Lima

38 18 4
                                    

Qyara berjalan gontai memasuki ruang kelas. Untung saja jam istirahat masih 5 menit lagi.

Keisha, Risa dan Nadia yang sejak tadi bingung mencari Qyara, menghampiri Qyara yang terduduk lemas dikursinya.

“Lo dari mana aja Ra?!” Tanya Keisha.

“Lo sakit? Kok lesu banget.” Risa mulai khawatir melihat Qyara tiba - tiba terduduk lesu.

“Gue nggak apa – apa.” Qyara mengatur emosinya. Dia tidak boleh terlihat lemah walaupun itu di depan teman – temannya, tapi setiap dia mengingat kejadian tadi dari penolakan Arya sampai ancaman Gita membuat dia tidak dapat berpikir jernih.

“Eh!” Tiba-tiba Qyara teringat sesuatu yang membuat semangat dalam dirinya berkobar. “Ris lo tadi kan mau cerita tentang kak Arya. Cepetan ceritain,” desak Qyara tidak sabaran.

“Dih, lo kok tiba – tiba berubah jadi semangat gini. Tadi lesu banget loh kayak orang habis diputusin,” ejek Keisha.

Qyara tidak menjawab. Dia menyeringai kecil sambil mengguncang tangan Risa meminta jawaban.

“Iya iya gue ceritain,” ucap Risa. “Jadi lo itu cewek pertama yang dibales sapaannya sama Kak Arya, kayak yang pagi tadi. Soalnya dia itu orangnya cuek banget. Nggak pernah mau ngomong sama cewek. Paling kalo ada urusan penting aja kayak tugas sekolah gitu,” lanjut Risa.

“Iya Ra, ada ya cewek yang mau kasih dia kue di depan lapangan pas dia main basket. Nggak dia gubris, dilirik aja nggak. Padahal tuh cewek nunggu mereka selesai latihan basket dipinggir lapangan ke panasan ngga ada artinya buat dia,” tambah Nadia.

“Jadi gue cewek pertama nih?” ucap Qyara sambil tersenyum bangga.

“Bisa jadi” celetuk Risa.

“Terus lo sama Kak Arya ada apa?” timpal Keisha tidak sabar.

“Kita pacaran!” aku Qyara sambil mengukir senyuman bangga. Dia tidak sepenuhnya ingkar janji. Dia berjanji untuk tidak memberitahu semua orang kalau mereka di jodohin bukan pacaran.

“Hah?! Beneran?! Kok Bisa?” teriak teman-temannya bersamaan.

“Iya. Diem - diem aja tapi,” pinta Qyara sambil meletakkan telunjuknya di depan bibirnya. “Entar gue ceritain detailnya.” Qyara harus berpikir matang-matang untuk menceritakan

tentang perjodohan itu dengan teman - temannya. Pasalnya mereka baru kenal, mungkin dia hanya bisa jujur pada Keisha.

Mereka mengangguk. Bel selesai istirahat telah berbunyi dan semua murid di kelas XI IPA 2 langsung bergegas duduk di kursi masing - masing.

*

Qyara berjalan menyusuri lorong sekolahnya sendirian pasalnya dia tadi harus ke ruang guru dulu untuk mendapatkan tugas dan materi yang tertinggal. Seketika tas Qyara terayun di udara ketika dia berhenti karena melihat Arya hendak berjalan menuju motornya. Qyara menoleh ke arah kanan, dilihatnya ada Gita yang hendak menghampiri Arya. Tidak mau kalah, Qyara berjalan cepat dan mengalungkan lengannya tepat sesaat dia sampai di samping Arya.

Arya tersentak. Dia menaruh kembali helmnya di atas motor. Dia hendak melepaskan tangan Qyara, tapi Qyara mengalungkan lengannya erat seraya melihat kebelakang menemukan Gita mengentakkan kakinya marah dan berlalu pergi. Qyara tersenyum penuh kemenangan. “Rasain lo!” gumamnya.

“Lo apaan sih! Lepasin!” bentak Arya masih berusaha melepas tangan Qyara.

“Nggak mau! Anterin pulang!” pinta Qyara manja.

“Nggak!” akhirnya lengan Qyara terlepas. Arya segera mengambil helmnya, tetapi Qyara lebih cepat. Dia mengambil helm Arya. “Sayang, anterin aku pulang ya.”

Arya & QyaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang