Boleh dong minta Vote dan Feedback-nya di akhir cerita nanti. Jangan pelitlah, pencet bintang itu gak bayar dan gak disuruh mikir kayak bikin cerita koq!
*
*
*
*
*"Hahh ... sss fuuhh ...," desah pelan Seung Hyun sambil menyesap sebatang rokok.
"Hyung, kau kenapa akhir-akhir ini wajahmu suram sekali? Apa lukisan mu dicakar Jiyong?"
"Haiishh bukan itu Bae. Hahh...," Seung Hyun menghela napas lagi.
"Lalu?"
Sebuah tangan menepuk pelan punggung Seung Hyun bermaksud menenangkan pertikaian dipikirannya.
"Kau bisa cerita padaku, Bro. Aku datang ke rumahmu selain bermain, aku juga ingin mengetahui hal yang kakak tertuaku rasakan."
Mata Seung Hyun melihat Bae dengan wajah serius. Sepertinya yang dikatakan dongsaengnya ini benar. Kalau dia memendamnya sendiri maka akan mati stress lama kelamaan.
"Hahh ... aku sudah tak tahan Bae ...," kata Seung Hyung sambil matanya mengarah lesu ke depan.
"Apa maksudmu? Jangan bertindak aneh-aneh Bro! Banyak yang menyayangimu," ucap Yong Bae.
"Ck, aissh bukan itu..."
"Lalu apa? Aishh kau ini jangan membuatku memanggil panda untuk melipat tulang belakangmu agar kau cepat bicara."
"Kalau dia berani lakukan itu, akan kupastikan pacarnya kukirim untuk menjadi pelatih lumba-lumba," seloroh Seung Hyun.
"Wkwkwk yo ... yo santai Bro, aku hanya bercanda. Jadi, apa keluhanmu Tuan Choi?"
"Youngbae-ya, aku tak tahan lagi. Aku semakin menyukai Daesung, aigoo...," jawab Seung Hyung setelah itu menutup wajahnya malu.
"..."
Yongbae diam sejenak. Dia masih memproses dan mencerna kata-kata kakak tertuanya.
"Hahh, aku pulang dulu. Anakku sudah menungguku di rumah. Kau tanyakan saja pada Jiyong," kata Yongbae setelahnya.
"Yak, Youngbae-yaa! Haiiisss...," Seung Hyun mendesis.
....
Seung Hyun duduk di halaman rumahnya sambil tangannya mengelus salah satu dari anak robotnya.
"Apa yang harus kulakukan Moca? Apa aku langsung mendekatinya? Tapi kemarin aku tak sengaja menghilangkan legonya. Eoh? Apa dia akan menjauhiku? Atau apa dia akan Mem-blacklist-ku sebagai orang paling tampan? Aigooo ottokeeee?" gerutu Seung Hyun sendiri.
Seung Hyun yang saat itu benar-benar putus asa hanya pasrah dengan keadaan. Tiba-tiba dari mata Moca, sang robot kecilnya muncul cahaya yang membuatnya terkejut dan reflek melempar Moca ke bawah. Dari robot itu keluar sebuah sosok kecil bersayap dengan membawa sebuah panah.
"Khamjagiyaa!! Ya, amplop aku kaget!! Siapa kau? Apa kau tuyul bersayap?"
"Yaaakk!!! Aku bukan tuyul!!" protes si tuyul, eh si sosok kecil.
"Lalu, siapa kau? Apa yg kau lakukan pada Moca?"
"Xixixi ... jangan takut! Aku Ciput, Cupid yang kiyowo," jawab si Ciput.
"Perasaan gak ada nyambungnya namamu." Seung Hyun garuk rambutnya, padahal gak gatel.
"Ssstt jangan protes! Aku datang ke sini ingin membantumu. Apakah kau ada masalah soal percintaan?"
"Wah, ada!" seru Seung Hyun.
"Apakah Anda malu mengungkapkan perasaan kepada pasangan Anda? Apakah Anda takut dijauhi gebetan Anda?"
"Yaaa!!"
"Apakah Anda punya masalah rematik, nyeri saraf tulang belakang dan mengalami ketidaksuburan? Klinik ChengBok Solusinya!"
"Ha? Oii ... aku semakin yakin kau adalah tuyul bersayap," ujar Seung Hyun dengan tatapan datarnya.
"Ehehe bercanda biar gak tegang."
"JADI APA SOLUSINYA? JANGAN BIKIN NARASI CERITA INI KEPANJANGAN TUYUL!!" omel Seung Hyun sudah diambang batas kesabaran rupanya dia.
"Y-ya gomenasaiiiii. Solusinya adalah ..."
"Adalah?"
"Adalah..."
"Ungkapkan sendiri pabo!! Kau saja belum mencoba," jawab Ciput.
"Yakk sekkiaaaa!!!!"
Begitulah kisah pertemuan Seung Hyun dengan malaikat cupid yang dikata tuyul. Setelah emosinya meluap, Seung Hyun pun tersadar dari tidurnya. Ternyata itu hanya sebuah mimpi.
"HAHHHHH!!"
....
Seung Hyun semakin galau dengan nasibnya. Apalagi ditambah matanya melihat Jiyong dan Seungri yang sedang kasmaran saling menyuapi makanan ke mulut pasangan masing-masing, saling memandang penuh cinta. Hal itu seakan dunia milik berdua semakin membuat Seung Hyun gerah.
"Aku mau mencari udara segar." Langsung saja Seung Hyun beranjak dari kursi.
"Hyung, apa tidak apa-apa kita tidak membantunya?" tanya Seungri yang melihat Seung Hyun galau.
"Tak apa Seungri-ah. Biarkan dia mencari jalan sendiri," jawab Jiyong sambil mengelus pipi gembil Seungri.
....
Seung Hyun keluar dari studio dan bermaksud berjalan-jalan sebentar mencari udara segar sambil menjernihkan pikirannya sebelum kembali membuat sebuah lagu untuk comeback lengkap mereka (Amiiinnn)
*bug*
Tanpa sengaja Seung Hyun menabrak seseorang cukup keras dan membuat orangnya hampir terjatuh.
"Maafkan aku. Kau tak apa?" Matanya membelalak ternyata orang yang ditabrak adalah Daesung yang seharusnya menjadi sosok yang dia hindari beberapa hari ini agar jantungnya aman.
"Maafkan aku Daesung-ah. Aku tak sengaja."
"Eh ... aku yang tak melihat Hyung," jawab Daesung sambil mengambil tasnya yang jatuh akibat kecelakaan kecil itu.
"Tapi, tasmu putus," ucap Seung Hyun melihat tas Daesung.
Daesung hanya melihat tasnya. Tergeraklah hati Seung Hyun untuk menolong.
"Dae, biarkan aku memperbaiki tasmu," kata Seung Hyun.
"Eoh? Apakah Hyung bisa?"
"Serahkan padaku," kata Seung Hyun sambil mengambil tas Daesung.
Daesung tersenyum lembut kepada Seung Hyun membuat jantungnya semakin tak karuan.
"Bagaimana caramu memperbaikinya, Hyung? Apakah bisa dijahit kembali? Apa kau bisa menjahit?"
"Ah, aniyo. Serahkan saja padaku. Fuhh ..."
Seung Hyun memegang tali tas dae yang putus itu lalu menyambungkannya dan memandang tas Daesung dan berkata...
"Sudah, cepat balikan kalian berdua. Coba diomongin baik-baik. Ingat kenangan indah kalian bersama, masa rela putus gitu saja kalian," ucap Seung Hyun percaya diri.
Daesung yang berada di dekatnya hanya diam. Antara syok dan tak percaya beda-beda tipis.
"Kenapa aku mencintai orang absurd ini wahai dewa Neptunus?" batin Daesung dengan senyuman tipisnya.
Tanpa seunghyun sadari ternyata Daesung juga memendam perasaan yang sama ke Seung Hyun walaupun hyung tertuanya itu punya pikiran yang di luar alam semesta.
-The End-
Written by Mipanpanda
15 November 2022
KAMU SEDANG MEMBACA
Symphony of Life
RandomHidup bagai sebuah simfoni Hidup bagai panggung sandiwara Hidup bagai pelangi yang memiliki warna Hidup adalah Hidup Apapun yang terjadi, tolong jangan lupa napas. Karena napas itu gratis! Manfaatkan! #1st published on 14 November 2022