Tak lama dari itu, handphone Daira berbunyi. Ada yang menelponnya. Ia pun segera bangkit dari posisi tidurnya dan meraih ponsel yang ada di nakas samping ranjangnya. Dilihatnya nama yang tertera pada ponselnya. Regan. Senyum sumringah pun terlihat di wajahnya sekarang.
"Halo, sayang? Kamu kemana aja sih? Aku khawatir banget sama kamu, Regan," ucap Daira mendahului Regan yang ingin berbicara.
"Assalamualaikum," Daira memang sangat kebiasaan. Dia sangat jarang mengucapkan salam ketika memulai sebuah percakapan di telpon.
"Waalaikumsalam,"
"Nah gitu dong, biasain gitu dulu, jangan langsung tanya ini itu duluuu," ucap Regan.
"Iyaa, maaf. Kamu kenapa?" tanya Daira mengulangi pertanyaannya.
"Gapapa, kok. Kenapa emangnya?"
"Ihh, serius dong, aku tuh bingung banget tauuu!" ucap Daira sedikit menaikkan nada bicaranya agar Regan tau bahwa ia sedang serius.
"Aku gatau harus gimana, kalo emang kita ga dibolehin pacaran, kita temenan aja, yaa? Toh kamu juga anggep aku temen, kan?"
"Kok gitu sih ngomongnya? Kan kamu pacar aku, kenapa ngomong begitu?"
"Kalo kamu anggep aku pacar, kenapa kamu bilang ke Ibu kalo kita cuma temen?" tanya Regan pada Daira dengan nada sedikit kecewa.
"Aku minta maaf. Kemarin aku emang sempat ganti nama kontak kamu, aku gatau juga kenapa aku takut jujur sama Ibu kalo kamu pacar aku," jelas Daira. Suaranya bergetar. Ia takut hal ini memperburuk keadaan sekarang.
"Yaudah gapapa, kita temenan aja yaa?"
"Ga, gamau. Kamu kenapa gitu sih? Masalah Ibu biar aku yang urus. Kita bisa kok telpon di tempat temen aku, aku bisa nginep disana. Please, don't leave me," matanya mulai mengeluarkan air mata. Dadanya sesak. Nafasnya pun tersengal-sengal menahan isak tangis.
Regan pun tak sanggup berkata-kata lagi. Ia memilih untuk mengakhiri telpon dan melanjutkan di chat. Regan bukan orang yang suka mendengar orang lain menangis. Ia bahkan bisa ikut menangis jika keadaannya sangat sedih.
Mrs. Aarav
Daira, maaf banget kalo aku ga gentle,
tapi please terima keputusan aku, ya?
Sayang, tolong jangan gini
Kamu belajar yang rajin yaa
Turutin apa kata ibu kamu
Aku gamau putus
Putus itu harus dari dua pihak
Kan kita pacaran juga dua pihak
Daira, udah!
Aku gamau.
Keadaan ini sangat memaksa Regan mengikhlaskan Daira. Regan pun tidak ingin hal ini terjadi padanya. Namun bagaimanapun, ia harus memutuskan hubungannya dengan Daira karena ibu Daira sendiri yang meminta.
Di satu sisi, Daira pun sangat keberatan dengan keputusan sepihak yang diberikan oleh Regan. Ia sangat tidak menyangka bahwa Regan akan memutuskannya secepat ini dan mengakhiri kisah mereka yang bahkan baru dimulai.
Sekarang Daira sudah tidak dapat melakukan apapun lagi. Ia hanya bisa menangis meratapi keadaannya. Ia bahkan belum keluar kamar sampai sekarang.
***
Esoknya, saat bangun tidur, semua terasa berbeda. Daira merasakan sesak di dadanya yang teramat sakit. Apalagi ketika dia berada didepan kaca. Ia hanya bisa melihat wajahnya yang tidak bersemangat dengan kantong mata yang membesar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Virtual Feelings
Teen FictionHubungan ini rumit, banyak senang dan sakit yang terjadi dalam satu waktu. Apakah aku terlalu bodoh jika masih terus saja menerima kembalimu? Ataukah hal itu yang memang harus aku lakukan supaya kamu kembali menjadi milikku? Entahlah. Semuanya terli...