4

225 40 9
                                    

Sebuah pesta kebun yang cantik digelar sedemikian rupa di suatu tempat. Penuh bunga, penuh tamu dan juga tawa yang meresap cepat di udara. Dahulu Seulgi lebih senang bersembunyi dari pesta-pesta yang ia datangi. Mengambil minuman diam-diam, lalu kabur begitu saja sampai kakaknya malu sendiri. Baik Seulgi maupun Jimin, keduanya tidak akan menyangka bahwa mereka yang hari itu hanya bisa bersembunyi, kini menjadi bintang utama dalam pesta.

Mereka tanpa sadar telah menjadi bintang paling terang di pagi yang cerah. Berada di tengah-tengah mereka yang dipenuhi haru, sampai Seulgi yang harus berjalan didampingi ayahnya untuk melewati bentang karpet merah di kaki. Di ujung sana sudah berdiri Jimin dengan tuxedo hitamnya. Rambutnya pun naik ditata, memberinya nilai tambahan sebagai pria paling tampan di pestanya sendiri.

Seulgi merasakan dirinya tergerus angin. Jiwanya melayang-layang di udara. Jantungnya sendiri sudah berdegup begitu keras sejak ia membuka mata. Berjalan dengan ayahnya, di hadapan banyak tamu yang tersenyum, membuatnya seakan bermimpi. Tidak pernah sekalipun dibayangkannya tentang ia yang akan melakukan ini. Menikah dengan tetangganya sendiri, seorang Park Jimin, yang bahkan makanan disukainya saja pun tidak sempat ia tanyakan.

Hari ini, Seulgi resmi meninggalkan masa mudanya. Lebih memilih membangun rumah tangga konyol, sekaligus memakan stereotip banyak orang soal menikah yang selalu disertai dengan cinta. Tapi ia pun tidak berharap jika pernikahannya harus berjalan dengan baik. Dipikir siapa ia yang punya hak menuntut, sedangkan ia dan Jimin telah setuju untuk menghargai pribadi satu sama lain.

Sesaat, Seulgi merasakan tangan ayahnya kini melepaskannya. Menciptakan kekosongan yang sendu ketika senyum ayahnya dipatri untuknya. Ayahnya terlihat begitu bangga mengantarnya ke tengah acara. Menjadi orang tua yang paling bahagia karena masih sempat melihat putrinya menemukan tujuan hidup. Dan itu membuat Seulgi semakin berdosa karena telah berbohong. Berbohong bahwa ia bahagia dengan pilihannya. Berbohong dengan segala kebodohan yang ia buat bersama Jimin.

Seulgi kini bersumpah ingin menangisi pilihannya.

Tiba pada Jimin yang meraih jemarinya. Membawanya pergi menjauh dari ayahnya yang masih berdiri menyaksikan kepergiannya. Ajaibnya, tangan dingin Jimin bisa menggenggamnya dalam keyakinan. Seakan berbicara dengannya, lalu meyakinkannya tentang mereka yang tetaplah benar dalam mengambil sebuah keputusan.

Dan Tuhan tahu apa yang harus dilakukan. Jikalaupun Tuhan tidak suka, maka suatu saat mereka pasti akan dipisahkan. Tiada lagi harapan yang bisa Seulgi bangun, hanya jalani saja seperti apa adanya.

Sebuah janji kemudian terucap begitu saja. Sosok yang dahulunya Seulgi lihat di sebelah pagarnya itu kini akan ia lihat di setiap waktunya, menjadi sejati miliknya dalam suka maupun duka. Tak lupa Jimin memasangkannya cincin yang begitu pas di jemarinya. Seakan semua ini memang harus menjadi miliknya. Menjadi takdir mereka yang sebenarnya.

Senyum kaku Jimin kemudian terpancar kala Seulgi mendongak untuk menemukannya. Hati Seulgi sendiri berubah gugup ketika melewati ini semua. Ia kembali bertanya dalam hati, apakah ini benar untuknya? Apakah ini benar untuk mereka berdua?

Pun mereka sudah resmi di mata Tuhan. Menjadi pasangan serasi, seperti yang diharapkan para orang tua. Bukankah tidak ada jalan lain selain menganggap ini benar?

Jimin mendekat padanya, berusaha menyelesaikan rangkaian acara seperti seharusnya. Seluruh tamu tak kalah berdebar menyaksikan. Seulgi sendiri ingin berlari melompat ke dalam danau karena mendapati Jimin mencuri ciuman di sudut bibirnya. Tidak begitu palsu. Cukup sampai membuat semua orang yakin bahwa mereka pasangan yang paling bahagia hari ini.

White Marriage || seulmin•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang