Boy mengacak rambutnya frustasi, ia pusing mendengar Baby sedari tadi terus merengek karena keinginannya tak terwujud. Lelaki itu menutup kencang laptop miliknya lalu berjalan keluar, turun menuju dapur untuk mengambil minum. Tentunya dengan Baby yang masih setia mengekorinya dari belakang."Kak, ayo, kak. Apa susahnya, sih?"
Boy menyentak pelan tangan Baby. Lalu, ia mencengkram erat pundak anak gadis tetangganya itu.
"Gue gak bisa, Baby" ucap Boy penuh penekanan.
"Oke. Kalo lo gak mau, gue bisa cari cowok lain. Gue yakin Pak Yono gak bakal nolak dapet memek perawan" Baby mencoba melepaskan cengkraman tangan Boy dipundaknya tapi ternyata tidak bisa. Boy malah semakin mengeratkan cengkramannya membuat Baby meringis pelan.
"Lo sadar dengan apa yang lo minta?" tanya Boy. Jika anak tetangganya ini dulu merengek karena tak ia beri permen kali ini Baby merengek karena ingin ia perawani.
"Hm, seratus persen sadar. Gue mau lo perawanin gue" balas Baby tanpa beban yang semakin membuat Boy tak habis pikir. Ia seperti tak mengenali Baby yang saat ini berdiri di hadapannya karena Baby yang ia kenal adalah gadis manis dan penurut. Kenapa bisa Baby tiba-tiba berubah menjadi perempuan binal.
"Gue udah cukur bulunya, gue tau lo gak suka memek yang banyak bulunya 'kan?"
Tanpa perasaan Boy mendorong tubuh Baby mundur kebelakang, untungnya Baby masih bisa menyeimbangkan tumbuhnya hingga tak sampai jatuh terjengkang kebelakang.
Boy memijat puncak hidungnya kenapa bisa dengan mudah sekali Baby mengucapkan kata-kata itu.
"Gue cuma pengen ngerasain kontol lo masuk ke dalam memek gue, kak" Boy menahan nafasnya ketika tanpa aba-aba Baby menangkup penisnya yang sudah sedikit menegang. Efek dari Baby yang sejak tadi terus menggoda dengan mengerayangi tubuhnya.
Sial! ia merasa seperti sedang dilecehkan oleh seorang bocah.
"Enak ya, kak?" Tanya Baby tersenyum senang karena kali ini Boy tak lagi menepis tangannya. Ia semakin merani mengelus penis Boy dari luar celana kolor yang lelaki itu pakai.
"Masukin tangan lo" Baby bersorak senang ketika akhirnya Boy menyerah juga. Mendengar geraman Boy yang terdengar sangat seksi untuknya, dengan semakin berani tangan Baby masuk melewati karet celana yang Boy pakai. Ia bisa langsung menggenggam penis Boy karena lelaki itu ternyata tak menggunakan celana dalam.
Boy yang sudah terlanjur terbawa gairah tak menolak, ia kini malah bersandar pada kulkas sambil menikmati kocokan yang Baby berikan pada penisnya.
Boy sudah tidak bisa menahan dirinya dari godaan Baby karena sudah lebih dari satu minggu Boy tak mendapat pelepasan. Ia memang liar, seks bebas sudah menjadi kebiasaan untuknya. Tapi, ia selalu bermain aman.
"Kak, pake mulut gue, ya"
"Hm" Boy hanya balas dengan anggukan sampai tak lama sesuatu yang terasa hangat melingkupi miliknya dibawah sana.
"Shh..." Boy meringis kesakitan ketika miliknya bergesekan dengan gigi Baby. Gadis itu benar-benar sangat amatir.
"Jangan kena gigi, By" Boy mencengram rambut panjang Baby, ia menuntun Baby bergerak pelan. Maju mundur memuaskan miliknya.
"Nah, iya begitu" desah Boy keenakan.
"Anjing, enak banget" wajah Boy menengadah ke atas hingga urat-urat lehernya terlihat jelas oleh Baby dari bawah. Terlihat sangat seksi membuatnya semakin bersemangat menggerakan mulutnya menggoda milik Boy. Tangan Baby juga tak diam dengan mengurut batang penis Boy yang tidak bisa masuk semua ke dalam mulutnya.
Tangan Boy terulur mengelus kepala Baby, gadis itu belajar dengan cepat.
Mulut Baby terasa mulai pegal mengulum penis Boy yang terasa semakin membesar. Geraman Boy semakin terdengar kencang sebelum lelaki itu menyemburkan cairannya di dalam mulut Baby. Baby yang tidak siap sampai tersedak. Baby berusaha menelan sperma milik Boy meski tak semuanya, sebagian meleleh melalui celah mulutmya. Ia mengernyitkan dahinya merasakan sperma milik Boy, rasanya sedikit aneh.
Boy menarik tubuh Baby kembali berdiri lalu mengajak Baby berciuman. Untuk ciuman Baby tak seamatir itu, Baby bisa menyeimbangkan dan membalas setiap lumatan yang Boy berikan.
Baby mundur, membawa tubuhnya duduk di atas meja makan. Ia melepas celana dalam miliknya lalu mengangkang lebar membuat vagina miliknya yang berwarna kemerahan merekah. Terlihat mengkilap karena cairan yang Baby keluarkan.
Boy tanpa sadar menelan ludahnya melihat itu.
"Ayo kak, masukin!" Pinta Baby sambil membuka lebar bibir vaginanya menggunakan jemari tangannya.
"Gue gak punya kondom" ucap Boy mengalihkan pandangannya dari vagina Baby yang terlihat seolah memanggilnya untuk segera ia jamah.
"Gak usah pake kondom, kak. Gue mau ngerasain punya lo langsung" pinta Baby, ia tak ingin diperawani oleh sebuah karet. Ia ingin merasakan langsung milik Boy membobol miliknya secara langsung.
"Gak bisa kalo enggak ada kondom" ucap Boy, lelaki itu masih mencoba mengalihkan pandangannya ke mana saja asal tak melihat kepada milik Baby yang terlihat sangat menggoda untuk ia cicipi. Sebenarnya tanpa dilihat pun aroma segar milik Baby menguar memenuhi ruangan, rasanya ia ingin berlari ke arah gadis itu lalu menenggelamkan wajahnya di lipatan menggoda milik Baby.
Boy akan kembali memakai celananya sebelum suara Baby menghentikan gerakannya.
"Tunggu! Tunggu disini" Baby turun dari atas meja, tanpa memakai kembali celana dalamnya gadis itu berlari keluar. Boy masih terdiam di tempatnya sampai tak lama Baby kembali sambil menunjukan sebuah benda yang tak ia sangka bisa Baby dapatkan dengan mudahnya.
"Dapet dari mana lo?" Tanya Boy memicing curiga melihat Baby memegang dua buah kondom.
"Punya Papa" balas Baby yang tanpa beban mulai merobek bungkusnya.
"Papa lo punya beginian di rumah?" Tanya Boy lagi.
"Punya. Banyak malah"
"Gue ambil satu enggak bakal ketahuan" tambah Baby.
"Sini, gue bantu pakein. Tapi, sumpah kontol lo gede banget, kak. Bikin memek gue makin banjir aja" ucap Baby vulgar membuat Boy lagi-lagi tak habis pikir kata-kata seperti itu bisa dengan mudahnya keluar dari mulut Baby.
Boy menahan tangan Baby yang akan memasangkan sebuah kondom pada batang beruratnya yang kini sudah berdiri tegang.
"Baby, gue tanya lo serius nyerahin begitu aja sama gue? Lo masih perawan, By" tanya Boy mencoba kembali memastikan, karena setelah ia memulai tidak kesempatan jika Baby berubah pikiran nanti.
"Seriuslah" jawab Baby tanpa beban.
"Gue mau makan punya lo dulu, boleh?" Tanya Boy.
Mendengar itu Baby mengangguk dengan semangat. Baby naik ke atas meja kembali mengangkangkan kakinya selebar mungkin.
"Ayo, kak. Obok-obok memek gue!"
****
Next Baby pecah perawan
Yang mau dilanjut gue tunggu komennya
KAMU SEDANG MEMBACA
SHORT STORY 21+
Short StoryWarning! Khusus area dewasa dedek-dedek gemush silakan menyingkir dulu Kumpulan cerita dewasa murni hasil pemikiran sendiri!