Ba-Ra 2

224K 1.3K 60
                                    

Bantu follow akun ini sebelum baca!!!

***

Tubuh kedua manusia itu masih sama-sama mematung, Bara mulai menikmati tekstur dua bulatan kenyal Inara sedangkan Inara masih tak menyangka tangannya kini menyentuh penis Bara meski masih terhalang oleh celana yang laki-laki itu pakai. Inara mendongkak, menatap Bara yang juga sedang menatap wajahnya, keduanya masih sama-sama diam. Inara menunggu bagaimana reaksi Bara, namum ternyata laki-laki itu tidak marah.

Kesadaran Inara mulai kembali ketika merasakan remasan tangan Bara pada kedua dadanya semakin kencang. Tanpa sadar ia melenguh pelan. Padahal tadi ia yang memulai tapi kini Inara dibuat panik saat tahu mereka masih berada di tempat umum.

Mata Inara membola saat dari kejauhan ia melihat sorot lampu mobil berjalan mendekat, ia mengenal siapa pemilik mobil itu, dengan cepat ia bersembunyi di balik tubuh besar Bara sampai mobil itu melewatinya. Benar dugaanya mobil itu milik Kakak laki-lakinya. Sadar jika ia sudah mulai dicari, Inara dengan cepat masuk ke dalam mobil Bara. Kemudian disusul oleh Bara.

"Ngapain kamu masuk mobil saya?" Tanya Bara berdehem pelan menghilangkan sedikit kegugupannya. Ya, ia gugup karena tadi sempat terlena oleh dua bulatan kenyal Inara.

"Ayo kita pergi, Pak"

"Bapak kesini karena enggak rela saya tunangan sama cowok lain, kan?" Perasaan Inara bernguna-bunga hanya kerena memikirkan pemikirannya sendiri.

"Saya mau balikin tempat makan kamu" jelas Bara, menunjuk paper bag berisi 6 kotak makan milik Inara.

Meski jelas-jelas kini Inara melihat kotak makan miliknya, Inara tak langsung percaya begitu saja. Aneh sekali bukan laki-laki itu malam seperti ini mau repot-repot kesini hanya untuk membalikan barang yang tentu tidak ada urgensinya. Dan, dari mana juga Bara tahu dimana tempat tinggalnya.

"Biar saya antar kamu ke rumah" Mendengar ucapan Bara seketika membuat Inara panik, sambil menangkupkan tangannya di depan dada Inara memohon pada laki-laki itu untuk membawanya pergi saja.

"Jangan, saya mohon. Bapak bisa bawa saya pergi kemanapun asal jangan kembali ke rumah. Kalo enggak saya numpang sampe depan gerbang komplek" pinta Inara memelas, ia teringat jika Rania sudah memesankan taksi untuknya.

****

Pandangan mata Inara tak bisa untuk diam, matanya mengedar menyurusi tempat saat ini ia berada.
Inara duduk di dalam sebuah sebuah kamar, tepatnya di atas ranjang yang dilapisi dengan sprei abu-abu polos.
Kamar ini didominasi warna abu-abu, mulai dari speri, cat tembok dan barang-barang lainnya. Dari aroma khas yang tercium Inara yakin ini adalah kamar Bara. Mengetahui Bara membawanya kesini membuat dada Inara menghangat, ia tersipu.

Padahal Bara bisa saja menurunkannya di depan gerbang komplek sesuai permintaanya tapi Bara membayar taksi online yang sudah dipesan lalu meminta taksi itu pergi. Bara malah mengajaknya ke rumah, membawanya ke kamar pribadi laki-laki itu.

Pandangan mata Inara tak sengaja jatuh pada satu-satunya foto di kamar ini, foto itu diletakan di atas nakas samping kasur. Inara mendekatinya, dengan hati-hati ia raih foto itu lalu ia amati dengan seksama. Di dalam foto itu terlihat gambar 4 orang yang ia yakini sebagai dua orangtua Bara, adik perempuan Bara dan juga Bara sendiri. Di foto itu Bara masih terlihat sangat muda, jadi seperti ini wujud Bara semasa remaja. Mungkin Bara tak merasakan yang namanya glow up karena sejak dulu laki-laki itu ternyata sudah sangat tampan.

Inara dengan cepat kembali meletakan foto itu ke tempat semula saat mendengar pintu diketuk lalu dibuka dari luar, masuklah Bara. Laki-laki itu berjalan medekat sambil mengulurkan sesuatu.

"Sana mandi!" Bara menyerahkan baju dan peralatan mandi kepada Inara, tadi ia sudah memilah pakaian sang adik perempuan yang sekiranya pas untuk Inara pakai. Tubuh Inara sedikit lebih besar dari tubuh sang adik, apalagi di beberapa bagian jadi mungkin akat terlihat sedikit mengetat.

Inara tak langsung meraih pakaian yang Bara ulurkan. Matanya fokus menatap wajah Bara. Tiba-tiba dadanya terasa sesak, kehadiran Bara saat ini seperti membuka harapan untuknya. Selain itu Inara juga merasa lega untuk sementara bisa terbebas dari perjodohan yang kedua orangtuanya siapkan. Tanpa ia sadari tetesan air mata perlahan mulai membanjiri wajahnya.

"Hei, kenapa nangis?" Tanya Bara lembut.

"Terimakasih sudah bawa saya kesini" Inara bangkit, melemparkan tubuhnya ke arah Bara

Meski sedikit kaku, perlahan tangan Bara terangkat membalas dekapan Inara. Ia punya adik perempuan, tentu Bara tak akan membiarkan Inara berkeliaran malam hari seperti ini seorang diri.

Keduanya masih bertahan selama beberapa menit dalam posisi itu, Bara bahkan merasakan baju bagian dadanya sudah basah oleh air mata Inara, tapi ia biarkan saja.

Suara isakan Inara perlahan tak terdengar, sambil bersandar di dada Bara ia juga menikmati elusan tangan Bara pada punggung dan puncak kepalanya. Terasa sangat nyaman. Ketika Inara mendongkakan kepala, pandangan mereka seketika bertemu.

"Setelah ini kamu mau kemana?" Tanya Bara.

"Apa enggak bisa saya disini, aja?" pinta Inara, memelas. Bara tak langsung menjawab, kini matanya fokus menatap bibir Inara yang terlihat mengerucut.

"Saya boleh cium kamu?" Tanya Bara berbisik dengan suara rendah, ia tak bisa menahan keinginannya untuk itu.

"Saya mau cium bibir kamu, sambil remas dada besar kamu" Satu tangan Bara terulur, meremas dada Inara yang sejak tadi menghimpit dadanya. Entah bagaimana ia sudah mulai ketagihan dengan dada Inara, ia penasaran bagaimana wujud dada itu jika ia lihat secara langsung.

"Eungh..." Mendapat perlakuan seperti itu Inara melenguh pelan. Ia tak bicara apapun masih tak percaya mendengar Bara bisa mengucapkannya segampang itu, tapi matanya perlahan tertutup saat melihat Bara mulai mendekatkan wajah mereka. Sampai Inara merasakan sesuatu yang lembut menempel di permukaan bibirnya.

Mulanya Bara hanya menempelkan bibir mereka, sambil menatap mata Inara yang terpejam. Sampai kemudian Bara mulai bergerak, melumat bibir bawah Inara dengan perlahan.

Bara yakin ia yang pertama saat merasakan Inara hanya diam saja menerima lumatan di bibirnya. Semakin lama, lumatan
bibir Bara semakin terasa dalam, bahkan tangan Bara meraih dagu Inara, dan menarik dagu itu ke bawah dengan jempolnya. Membuat bibir Inara mulai terbuka. Merasa ada sedikit celah, Bara langsung melumat ganas bibir Inara yang terbuka. Memainkan lidahnya, menyapu permukaan bibir Inara dan berusaha menelusup ke dalam rongga mulutnya.

Meski sedikit kaku, Inara pun ikut membalas lumatan Bara sebisanya Bara yang merasakan itu tersenyum kecil disela lumatannya. Ciuman
mereka semakin terasa panas dan menuntut. Ternyata Inara belajar cepat, ia pun sebisanya ikut memainkan lidahnya dan melilit lidah Bara yang menari di dalam rongga mulutnya yang hangat. Sesekali, Inara menghisap lidah Bara masih sambil memejamkan matanya. Merasakan pertukaran saliva yang basah dan hangat. Kepala
mereka bergerak ke kiri dan kanan,
memainkan peran masing-masing
dalam mencari posisi ciuman yang
lebih pas dan lebih nikmat.

"Eungh..."

Disela permainan bibir mereka, Inara mulai melenguh ketika bibirnya dihisap oleh Bara. Lenguhan yang diakibatkan oleh permainan bibir laki-laki itu.

Inara terengah, nafasnya serasa memberat dan rasanya terlalu sulit untuk kembali diraih. Entah sudah menit keberapa ciuman mereka berlangsung, meskipun awalnya perlahan ternyata bisa dengan sukses memancing gairah antara keduanya. Apalagi Bara, gairahnya bisa dengan mudah bangkit hanya karena mendengar lenguhan mesra Inara.

Bara yang sudah benar-benar bernafsu, tak tahan untuk tidak menyentuh dada Inara yang terasa kenyal dan sedikit melebihi genggaman tangannya. Diremasnya dada Inara dengan lembut ditengah gairahnya yang membara. Sentuhan kecil itu nyatanya berhasil menimbulkan suara lenguhan Inara di antara bibir mereka yang masih terus saling melumat.

Bara menjauhkan bibirnya membuat Inara merasa sedikit kehilangan, wanita itu menatap Bara dengan wajah sayu menahan gairah. Inara tak menolak saat Bara menggendong tubuhnya lalu dengan hati-hati diletakan di atas ranjang laki-laki itu. Inara hanya diam, menunggu apa yang akan Bara lakukan padanya. Pada tubuhnya.

****

Next??? Spam komennya ditunggu!!!

SHORT STORY 21+Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang