Flashback****
Rania benar-benar merasakan apa itu hidup setelah ia berada jauh dari keluarganya. Ia tak perlu khawatir lagi ada yang memarahinya jika ia pulang larut malam, atau bahkan tidak pulang sekalipun. Lebih tepatnya ia bisa melakukan apapun yang ia mau tanpa ada yang melarangnya.
Seperti saat ini, ia sedang berada di apartemen kekasihnya. Rania sedang bergelung manja di bawah selimut bersama Tristan setelah satu sesi percintaan mereka terlewati. Biasanya tak akan berhenti sampai disini, mana puas kekasihnya yang maniak itu hanya bermain dalam satu ronde. Pasti akan ada beberapa sesi percintaan selanjutnya lagi. Rania tak pernah protes karena ia juga menikmati semuanya. Semua sentuhan penuh damba yang laki-laki itu berikan padanya.
"Wajah kamu pucat, kamu sakit?" Tanya Tristan, mengelus lembut pipi halus Rania. Tristan itu kakak tingkat Rania. Meski sudah jauh merantau ke negeri orang nyatanya Rania menetapkan hatinya pada laki-laki yang masih berasal dari satu negara yang sama dengannya.
"Aku baik-baik aja, Tan. Mungkin cuma kedinginan" balas Rania, sebenarnya ia merasa sedikit tak enak badan. Tapi, itu mungkin karena perubahan musim. Rania memang kurang bersahabat dengan musim dingin di negara ini.
"Ya udah aku angetin!" Bisik Tristan, tersenyum penuh arti.
"Sekali lagi, ya?" Pinta Tristan, yang tentunya Rania angguki.
"Aku mau di atas" pinta Rania tanpa malu, ujung lidahnya dengan gemas menggelitiki puting dada Tristan yang seketika membuat kekasihnya itu mengerang kegelian.
"As you wish, honey"
Rania bangkit melangkahi tubuh Tristan hingga kini ia sudah duduk mengangkangi tubuh kekasihnya itu.
Jari lentik Rania menggenggam penis Tristan yang sudah kembali mengeras, sebelum melesakan penis itu masuk Rania menggesekkannya pelan pada permukaan vaginanya membuat miliknya semakin banjir. Meski sudah sering dimasuki Rania masih membutuhkan banyak pelumas agar vaginanya tak terlalu sakit saat dimasuki.
Setelahnya ia mulai menurunkan tubuhnya hingga membuat penis besar Tristan tenggelam seutuhnya dalam lubang vaginanya. Desahan seketika terdengar dari tubuh keduanya.
Dengan menumpukan kedua tangannya di dada Tristan, Rania mulai bergerak naik turun menunggangi Tristan. Dari bawah Tristan bisa melihat bagiamana tubuh Rania melonjak-lonjak hingga membuat dada besar wanitanya itu ikut bergerak mengikuti gerakan yang Rania lakukan.
Kedua tangan besar Tristan mencengkram kedua sisi pinggang ramping Rania, membantu wanitanya itu bergerak naik turun menungganginya.
Suara desahan dan alat kelamin yang saling beradu menggema di dalam ruangan. Beberapa kali keduanya mengganti posisi hingga puncak yang keduanya nantikan akhirnya tiba juga. Rania klimaks terlebih dahulu diikuti Tristan setelahnya dengan mengeluarkan cairannya di atas perut sang kekasih.
****
Bukannya merasa segar, Rania bangun pagi dengan tubuh kaku dan pegal-pegal. Ia menatap kasur disebelahnya yang sudah kosong. Tristan pasti sudah pergi bekerja.
Rania menguap lebar sambil meregangkan tubuhnya, lalu ia memilih bangkit. Jika saja tidak ada kelas ia pasti lebih memilih kembali bergelung di bawah selimut untuk melanjutkan tidurnya.
Meski dengan malas-malasan Rania berjalan ke arah kamar mandi, namun saat tangannya baru memegang handle pintu pandangan Rania tak sengaja menatap kalender kecil yang terletak di atas meja. Rania dekati kalender tersebut untuk memastikan sesuatu. Hari ini ternyata sudah masuk tanggal 25 tapi ia belum mendapatkan tamu bulanannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SHORT STORY 21+
Short StoryWarning! Khusus area dewasa dedek-dedek gemush silakan menyingkir dulu Kumpulan cerita dewasa murni hasil pemikiran sendiri!