Sita mencengkram erat bahu Tama ketika lelaki di atasnya mencoba menyatukan inti mereka dibawah sana. Jam pelajaran masih berlangsung tapi mereka berdua membolos, malah kini keduanya sedang saling tindih di dalam gudang di atas sebuah matras yang sebelumnya sudah Tama gelar. Jangan tanya apa yang sedang mereka lakukan tapi kini tubuh keduanya dalam keadaan bugil. Baju seragam teronggok begitu saja di dekat kaki mereka.
Tama masih berusaha, ini sama-sama yang pertama untuk mereka.
"Sakit, kak" ringis Sita ketika ujung kejantanan Tama terasa mulai memasukinya.
"Tahan bentar shh" sekali hentakan kuat membuat penis Tama berhasil masuk seutuhnya ke dalam vagina Sita. Tama menatap pada penyatuan mereka, terlihat vagina Sita merekah juga mengeluarkan darah tanda bahwa ini memang yang pertama kali untuk Sita.
Tama langsung memeluk tubuh Sita yang kini terbaring pasrah sambil terisak. Tama sengaja mendiamkan penisnya di dalam vagina Sita agar milik perempuan itu terbiasa dengan miliknya meski saat ini yang sangat ingin Tama lakukan adalah menggenjot dengan keras vagina Sita. Tama sedikit melenguh ketika merasakan vagina Sita berkedut memijat miliknya dibawah sana.
"Masih sakit?" Tanya Tama lembut, tangannya terulur menggoda dada Sita yang kini dipenuhi bercak merah hasil karyanya.
"Sedikit" jawab Sita lirih. Tubuhnya terasa terbelah dua, milik Tama dibawa sana juga terasa mengganjalnya, membuatnya merasa sangat penuh.
"Aku udah boleh gerak?"
Sita mengangguk sambil tangannya semakin erat melingkari leher Tama.
Tama memerikan lumatan pada bibir Sita yang terlihat membengkak lalu perlahan mulai menarik penisnya keluar masuk secara perlahan.
Mata Sita terpejam erat merasakan sesuatu yang memenuhi vaginanya keluar masuk secara perlahan. Perih itu masih ada meski kini diibarengi dengan rasa nikmat.
Tama mulai sedikit meningkatkan tempo genjotannya. Milik Sita benar-benar sangat sempit dan menjepit miliknya.
Gerakan Tama berubah semakin kasar, Penisnya yang keras menusuk dengan cepat vagina sempit Sita hingga ke bagian terdalam. Sita seutuhnya kini merasakan nikmat, tubuhnya sampai menggelepar-gelepar seperti ikan kekurangan air.
Tak lama Tama juga menyusul, menyentak miliknya dalam vagina Sita lalu menyeprotkan cairan miliknya di dalam vagina sang kekasih.
*****
Satu sesi percintaan telah selesai Tama dan Sita lakukan di dalam perpustakaan. Dengan inti mereka yang masih menyatu, Sita duduk di atas pangkuan Tama. Menyandarkan tubuhnya yang terasa lemas di tubuh Tama hingga dada telanjang mereka terasa bergesekan.
"Kenapa rasa memek kamu tidak pernah berubah, Sita. Kamu pakai obat?"
"Saya enggak penah pakai apa-apa, Tuan. Mungkin karena..." Sita menggantungkan ucapannya, terlihat ragu untuk melanjutkannya.
"Karena kenapa?" Tanya Tama, tangannya terulur ke belakang tubuh Sita, mengelus naik-turun punggung Sita yang sudah basah karena keringat.
"Mungkin karena sudah jarang dimasuki" cicit Sita malu-malu. Tama terkekeh pelan pendengarnya. Tangannya yang tadi mengelus punggung Sita turun ke bawah meremas dua bongkahan kenyal kesukaanya.
"Kalo begitu sekarang kamu harus sering-sering aku masuki" bisik Tama seduktif, lidahnya dengan sengaja menggoda telinga Sita membuat Sita menggelinjang. Milik mereka yang masih menyatu dibawah sana bergesekan hingga menimbulkan erangan pelan pada keduanya.
"Tuan..." Sita menahan nafas ketika merasakan milik Tama kembali mengeras.
"Jangan panggil Tuan, panggil aku sayang baru aku mau bicara sama kamu" ucap Tama sambil menciumi bahu telanjang Sita.
KAMU SEDANG MEMBACA
SHORT STORY 21+
Short StoryWarning! Khusus area dewasa dedek-dedek gemush silakan menyingkir dulu Kumpulan cerita dewasa murni hasil pemikiran sendiri!