Baby Boy 2

553K 2K 40
                                    

Baby dibuat mendesah tak karuan ketika lidah Boy menggoda vaginyanya dibawah sana. Jilatan dan lumatan Boy pada vaginanya membuat Baby hilang akal. Nikmat sekali. Hanya dengan lidah saja rasanya sudah senikmat ini apalagi nanti ketika milik Boy memacu miliknya. Baby sudah tak sabar untuk sampai di tahap itu.

"Iya, Kak ahh.... Sedot memek gue, enak banget Kak" Baby terus mendesah sambil meracau tak karuan.

Kepalanya dibuat pusing, ia pikir ia hampir sampai tapi tiba-tiba Boy menghentikan gerakannya. Lelaki menjauhkan wajahnya dari vagina Baby.

Tangan Boy terulur mengelus rambut Baby yang terlihat lepek karena keringat terus mengalir dari kulit perempuan itu.

"Lo cuma boleh keluar sama kontol gue" Baby tersenyum seperti orang tolol mendengarnya, ia semakin dibuat tak sabar saja.

"Yakin ini memek muat gue masukin?" Tanya Boy, mendorong masuk satu jarinya memasuki celah sempit Baby.

"Shh... cobain aja, Kak" balas Baby, ia memejamkan mata sambil meremas tangan Boy yang sedang menggoda vaginanya menggunakan satu jari panjang lelaki itu.

"Please...hhh"

Dengan tak sabaran Boy menarik tubuh Baby agar duduk di samping meja, mereka kini berhadapan dengan penis Boy yang siap menerobos masuk ke dalam vagina sempit Baby. Boy mengecup sekilas bibir Baby yang terlihat membengkak sebelum mulai menempelkan penisnya di atas permukaan vagina becek Baby. Keduanya mendesah bersamaan.

"Kon...enghh... kondom" ucap Baby disela desahannya, karena kondom yang tadi ia ambil diam-diam di lemari Papanya masih tergeletak di ujung meja. Belum terpasang pada penis Boy.

"Gue terobos pake kontol gue aja langsung" bisik Boy, padahal tadi sebelumnya ia yang memaksa harus menggunakan kondom, tapi setelah dipikirkan lagi rasanya rugi sekali menerobos keperawanan Baby menggunakan karet pengaman itu.

Boy mendorong lebih keras. Dengan satu tangan membatu mendorong kejantannya masuk sedangkan satu tangannya lagi memegang pantat Baby. Boy menikmati melihat bagaimana kepala penisnya mencoba menyoyak lubang vagina Baby yang terlihat mengkilap dan sangat sempit.

"Mungkin akan sakit, lo tahan sebentar" bisik Boy, mengecup puting Baby yang menegang bergantian. Kepala penis Boy baru akan menghentak masuk sebelum sebuah suara menginterupsi kegiatan mereka.

"Astaga kalian!"

"Shit!" Boy mengumpat kesal sambil merapatkan tubuh Baby padanya, menghalangi tubuh telanjang Baby dengan tubuhnya.

****

Baby hanya bisa menunduk sambil menangis terisak-isak ketika saat ini ia sedang disidang oleh Tante Dena. Ternyata tadi yang memergoki perbuatan mesumnya dan Boy adalah ibu dari Boy sendiri.

"Kalian sadar tadi kalian ngapain, hah? Bisa-bisanya kalian lakuin itu" geram Dena, matanya melirik bergantian sang putra dan anak tetangganya yang terlihat menunduk. Wanita setengah baya itu benar-benar tak percaya dengan apa yang baru beberapa menit lalu ia lihat.

"Jangan buat Baby takut!" Ucap Boy, pada sang Mama yang sejak tadi belum berhenti memberikan tatapan membunuhnya pada mereka berdua.

"Maafin aku tante, ini bukan salah Kakak, aku yang maksa kakak lakuin itu" ucap Baby, disela isakannya. Ia sadar semua itu tidak akan terjadi jika bukan karenanya, awalnya saja Boy sudah menolak dengan tegas tapi dirinya tetap bebal memaksa.

"Jangan-jangan kalian sering begitu setiap rumah kosong, iya?"

"Baby aja masih perawan" balas Boy, tanpa beban.

"Gimana tadi kalo Mama enggak ada, mau jadi apa kalian ini" Dena masih terus saja mengoceh. Sebagai orangtua tentu Dena tak akan tinggal diam melihat anak-anaknya dengan nekat berani berbuat mesum seperti tadi.

SHORT STORY 21+Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang