USAI aku melepas rindu dengan saudariku, aku memutuskan untuk keluar dari ruangannya. Tindakanku yang keluar dari ruangan disambut oleh wajah khawatir dari Andy yang tiba-tiba hadir dengan sepasang suami istri yang kutahu merupakan orangtua angkat saudariku.
"Andy? Dari mana saja kamu?" tanyaku datar sambil menutup pintu.
Andy mengatur napasnya lebih dulu. "Miss! Apa Anda tahu bagaimana paniknya Saya mencari Anda? Kenapa Anda meninggalkan ruangan Anda tanpa kabar apa pun?"
Aku memutar bola mataku malas mendengarnya berucap demikian. Sementara itu, kulihat pasutri tua yang merasa bingung dengan pertengkaran kami.
Oleh karena itu, aku lebih dulu memberikan senyuman pada mereka sebelum mengajak Andy menjauh dari tempat tersebut.
"Harusnya aku yang tanya padamu, Andy. Kau dari mana saja? Kenapa saat aku bangun, tak ada satu orang pun yang menjagaku? Kalian pergi ke mana?"
Andy menepuk jidatnya. "Maafkan Saya, Miss. Tadi ada kejadian darurat di mana eomma Anda tiba-tiba sakit. Hal itu mengharuskan mister Lim untuk pulang diantar Toni."
Aku mengangkat satu alisku sambil tetap melipat kedua tangan di depan dada.
"Kalau saya.. Saya harus mengantar Pak Tarno dan Bu Larmi untuk mengambil beberapa barang Miss Sarah ke rumah mereka."
Aku mengangguk-anggukkan kepalaku mengerti. "Apa semuanya sudah selesai sekarang?"
"Sepertinya sudah, Miss."
"Kau tahu bagaimana keadaan saudariku? Apakah sudah ada perkembangan?"
"Maaf, Miss. Saya kurang tahu kalau soal itu. Sepertinya Toni lebih mengetahuinya."
Aku tak menjawab Andy lagi. Sementara itu, Bu Larmini ternyata ada di belakangku, mencoba untuk meraih perhatianku melalui Andy.
"Nak, bisakah Ibu titipkan sesuatu pada Anda? Ini adalah barang Sarah."
Aku mengangkat kedua alisku, menatap benda persegi yang dipegang oleh Bu Larmini.
"Apa ini, Bu?"
"Ini adalah buku keseharian Sarah. Saya pikir, ini akan membantu keluarga barunya untuk mengenal Sarah sebelum dia siuman."
Tanganku perlahan mengambil benda berupa buku diary usang berwarna coklat cukup tebal yang diulurkan oleh tangan Bu Larmini.
"Apa tidak apa-apa saya membawanya?"
"Akan lebih baik jika Anda yang merawatnya, Nak. Kami bukanlah siapa-siapa Sarah."
Entah mengapa hatiku berdenyut sedih mendengar pernyataan itu. Tidak. Tidak seharusnya mereka berpikir demikian.
Bagaimana pun juga, mereka adalah orang yang sudah setulus hati merawat dan membesarkan saudariku dengan baik.
Meski dengan kekurangan yang amat jauh dariku, Sarah dapat hidup hingga usianya yang sekarang adalah berkat mereka.
Mereka memberi Sarah kenyamanan dan kehangatan, memberi Sarah atap, kebutuhan jasmani dan rohaninya.
Meski mungkin hidup Sarah jauh dari kata cukup dan menyenangkan, hal yang mereka lakukan sudah cukup untuk membuat mereka tidak perlu minta maaf pada kami dan merasa seperti itu.
"Kalau begitu, terima kasih, Bu."
Setelah memberikan buku Sarah padaku, Bu Larmi kembali duduk di kursi yang ada di depan ruangan Sarah bersama suamimya.
Aku tersenyum pada mereka sebelum akhirnya ikut berlalu menuju ruangan di mana aku dirawat.
"Andy,"
Andy menoleh sebelum tanganku berhasil meraih knop pintu.

KAMU SEDANG MEMBACA
IRONA
General FictionPenyesalan Irona karena ketidaktahuannya tentang dunianya yang nyata membuat dia harus terseret menjadi bayangan saudarinya yang selama ini tidak dia duga. 'Irona Lim' Gadis cantik dari keluarga kaya yang sebelumnya tinggal di luar negeri, kini haru...