-Rainbow before the storm-

2.4K 424 5
                                    

Bulan madu mereka selesai tanpa ada kendala, mereka kembali ke Pack dan menjalani hari penuh kemesraan seperti biasa.

Namun terkadang Luis melihat Almee bersikap aneh, terkadang wanita itu bisa menatapnya dengan tatapan kosong selama beberapa detik, sampai akhirnya dia tersadar kembali.

Luis sudah bertanya pada Alveena, dam Alveena juga tak mengatakan hal mencurigakan.

Hari ini Luis sudah selesai dengan tugasnya sebagai Luna, dia harus memastikan pengeluaran Pack senantiasa stabil dan memastikan warga Pack tak ada yang kelaparan.

"Tugasku sudah selesai kan?" Luis bertanya pada mate Leah, siapa ya namanya Luis lupa.

Mate Leah itu kalau gak salah namanya Clazio.

"Sudah Luna, apa anda mau bertemu Alpha?" tanya Clazio sopan.

Luis mengangguk, dia mengikat rambut sebahunya dengan rapi lalu memastikan dirinya masih menawan seperti biasa.

Baru setelahnya dia berjalan keluar ruangan, dia mau bermanja dengan Almee, dia merindukan sentuhan Almee.

Clazio menunduk saat Luis berjalan melewatinya, baru setelahnya Clazio mengikuti langkah Luis.

Sepanjang jalannya, para maid dan pengawal menunduk, menjadi tanda hormat mereka pada sang Luna.

Hela napas Luis berikan, dia ingin makan beberapa buah asam tapi gak tau dimana bisa dapetin itu buah.

"Aku ingin makan buah, tapi yang bentuknya kaya bintang." celetuk Lui tiba-tiba.

"Aku juga, tapi bagaimana caranya kita mendapatkannya?"

"Minta sama Almee, dia pasti akan mencarinya."

"Ah benar, itu ide bagus."

Luis mempercepat langkahnya, dia berjalan menuju ruang kerja Almee lalu membukanya, terlihatlah Almee yang sibuk di meja kerjanya.

Almee hari ini mengenakan kemeja hitam yang 2 kancing teratasnya dibiarkan terbuka, rambut panjangnya diikat kuda seperti biasa.

Ada Leah juga bersamanya, dan ada Beta baru yang diangkat menjadi tangan kiri Almee.

Kalau gak salah, namanya Liah.

"Alpha, aku merindukanmu~"

Almee mendongak, dia mengulas senyum lembutnya kala Luis mendekat dan memeluknya mesra.

Leah yang melihat kedatangan mate nya sontak mendekat, sementara Liah hanya mampu menahan kesengsaraannya kala dua pasangan itu bermesraan didepannya.

"Luna terasa semakin empuk saja." bisik Almee.

Luis melepaskan pelukan mereka lalu menatap Almee kesal, apa maksudnya? Apa dia semakin gendut?

"Maksud kamu, aku gendut?"

Almee hanya tersenyum lugu mendengar pertanyaan mengerikan itu, dia tak menjawab dan malah mendusel diperut rata Luis.

"Luna ku sangat cantik, aku mencintaimu sayang."

"Kamu mengalihkan pembicaraan."

"Hehehehe."

Dengus kesal Luis berikan, tapi kemudian dia mengingat perihal buah asam yang dia mau.

"Aku mau buah asam yang berbentuk bintang, kamu bisa carikan tidak?"

Almee tanpa pikir panjang langsung mengangguk, apapun untuk Luna kesayangannya ini.

"Nanti aku cari ya sayang, gimana kalau kita main hm? Aku merindukan desahan manismu~"

Wajah Luis sontak merona, dia memukul pelan bahu Almee lalu mengangguk, dia juga merindukan sentuhan Almee.

Liah memilih undur diri, sementara Leah dan Clazio sudah pergi terlebih dahulu.

Sementara Lui dan Alveena, keduanya lagi asik berpelukan dan mesra-mesraan duluan.

"Luna memang semakin empuk."

Lui tak sesensitif Luis, dia hanya tersenyum lalu mengecup bibir Alveena.

"Itu tandanya Luna bahagia selama bersama Alpha." jawabnya lembut.

Alveena terkekeh malu, dia memeluk Lui semakin erat, betapa bahagianya dia bisa mendapatkan mate seperti Lui.

Sudah baik, lembut, gak pernah marah, selalu sabar, tahan pula menghadapi Alveena yang hyperaktif ini.

"Aku sayang banget sama kamu Lui, selalu ingat itu oke?"

"Iya Alveena, aku akan selalu ingat itu."

Bagus, Alveena harus terus mengatakan kalau dia mencintai Lui maupun Luis, harus dan harus.

Bersambung—

My Male Luna [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang