Tiga minggu sebelum kepulangan Arthit...
Krist tak bernafsu makan, bahkan juga tak bersemangat untuk melakukan apapun ataupun sekedar mandi di pagi hari. Hal itu berdampak pada kehidupan seluruh anggota keluarga Ruangroj yang tinggal di dalam rumah tingkat dua bercat kuning pudar tersebut. Sang bunda yang nampak lesu itu membuat Natcha harus menggantikan tugas sang bunda; Memasak makan malam, membantu sang adik belajar dan bersiap ke sekolah, mencarikan pakaian yang senada untuk sang ayah bekerja. Beruntung mereka masih mempekerjakan asisten rumah tangga, jadi gadis sulung itu tak terlalu kelelahan mengerjakan banyak hal.
Kejadian ini bermula saat pertemuannya dengan ayah Kongpob yang mengecam hubungan mereka, bahkan juga mengatakan jika Arthitnya masih berhubungan dengan Kongpob, maka Arthit tidak akan baik-baik saja. Krist terus memikirkan ucapan teman lamanya tersebut. Akibatnya, Krist tak bergairah melakukan apapun, tubuhnya melemah dari hari ke hari selama satu minggu, hingga Singto mendapati istrinya itu muntah di tengah malam yang gelap. Saat itu juga Singto membawa pasangannya ke rumah sakit, beruntung ada Mix yang sedang berjaga sehingga cepat mendapat pertolongan.
"Kak Krist kena tipes, harus rawat inap," tutur Mix, dan Singto langsung mengurus administrasi istrinya.
Singto merasa dirinya gagal menjaga Krist, ia terlalu fokus dengan masalah Arthit sehingga ia mengabaikan bundanya Arthit yang sama khawatirnya "Krist, maaf..." lirihnya.
Krist yang sudah sedikit bertenaga itu membalas genggaman tangan Singto "Gapapa, gue gapapa"
"Gue takut lo kenapa-napa..." rengek pria yang lebih tua beberapa bulan dari Krist "Maaf"
"Lo mau permintaan maaf gue?" Tawar Krist, Singto menatap suaminya yang menatap langit-langit kamar ruang rawatnya "jodohin I-Oon sama Apple, cucunya yang punya perusahaan elektronik, Apple seumuran sama Oon, kan?"
"KRIST!" Sentak Singto terkejut, kemudian ia menetralkan emosinya "Lo gila?! Anak kita baru kemaren masuk kuliah!" Seru Singto tak terima, dulu Krist yang menentang keras akan perjodohan bisnis, tetapi kini justru ia sendiri yang menyuruh putranya di jodohkan.
"Apple anak baik, dia manis, cantik orangnya," Gumam Krist sendu "anak kita bakalan aman kalo di jodohin sama dia, daripada berhubungan sama anaknya Joseph yang gak tau adab itu," lanjutnya.
Bunda tiga anak itu menghela napasnya "Singto, bayangin, deh. Kalo Arthit nikah sama Apple, perusahaan lo bakalan berkembang pesat, Arthit bakalan aman, dan gak ada nama keluarga yang tercoreng dari masyarakat, gak akan ada orang tua yang malu karena anaknya berhubungan sama orang yang kastanya lebih rendah daripada kita, kita juga..."
Cup!
Singto menyambar bibir pucat suaminya, ia tak sanggup mendengar kata-kata irrasional dari orang tercintanya lagi. Rasa asin terasa jelas di pengecapan Singto, sedangkan Krist merasakan ada air asing yang masuk ke mulutnya. Singto menangis, Krist juga.
"Udah, Krist, stop!" Mohon Singto dengan suara bergetar, hatinya tak kuat menghadapi perkataan dari istrinya lagi "lo masih sakit, ngomongnya pas lo udah keluar dari rumah sakit aja, ya?"
Namun Krist menggeleng, ia menggenggam tangan pasangannya, wajah sepasang suami suami tersebut telah basah karena air mata, bahkan wajah pucat Krist memerah "gue takut, Singto! Tolong...demi keamanan Arthit..."
"Tapi gak peejodohan juga! Kita bisa pindahin Arthit ke univ di Jakarta, kalo perlu kita kirim ke luar negeri!" Usul Singto emosi "Krist, dengerin gue, ya! Gak semua masalah bisa di selesaiin dengan perjodohan" tuturnya lembut, Krist menangis pilu "Terus gue harus apa, Singto? Gue harus liat Arthit hancur karena impiannya kita rebut? Masuk univ itu impian dia dari sebelum ketemu Kongpob! Kita gak bisa rebut gitu aja..."
Singto mengusap pipi basah Krist yang semakin tirus tersebut "Dan biarin dia kesiksa karena liat Kongpob terus?" Sela Singto bergetar "Kita bisa jodohin Apple sama Arthit, tapi hati mereka gimana? Apa mereka oke? Kalo misalkan Apple udah punya pacar? Kita udah bukan di zaman Siti Nurbaya! Lo inget gak sih perasaan lo dulu waktu tiba-tiba nenek bilang 'Kalian besok lusa nikah' LO MIKIR GAK SIH KRIST PERAWAT?!" Singto kehilangan kendali, Krist tentu saja terkejut, belasan tahun mereka bersama, Singto tak pernah membentaknya seperti ini. Apa ia keterlaluan? Ia hanya ingin melindungi anaknya, itu saja!
"Sing-Singto...gue minta maaf..."
Yang lebih tua menghela napas "Gue juga minta maaf, gue kelepasan," ujarnya seraya merapihkan selimut Krist dan mengusap air mata Krist "Kita masih emosi, obrolin lagi pas lo keluar dari rumah sakit, ya? Gue cari kopi dulu, bentar lagi perawat ngecek kondisi lo, pas perawatnya dateng lo telfon gue" Singto mengakhiri tuturannya dengan kecupan lama di kening Krist sebagai permintaan maaf yang tulus, ia telah membentaknya dua kali dalam satu waktu.
Dek, maafin mas...
Masa kini, Twin's Cafe n Resto, Bali
Arthit menunduk "A-ayah, Oon minta maa..."
"Bukan salah kamu, nak" potong Singto menyesal "salah ayah yang bawa kamu ke acara reunian waktu itu sampe kamu ketemu Kongpob, salah ayah yang gak batesin hubungan kamu sama Kongpob, salah ayah juga yang bersikap seolah ayah dukung hubungan kamu sama Kongpob" tuturnya menyesal, yang lebih muda memberi isyarat kepada pelayan kafe agar berpura-pura tidak melihat ayahnya yang meraung di depannya.
"Maafin ayah, I-Oon, ayah gagal jadi kepala keluarga yang harusnya jagain anggota keluarga ayah" Singto menarik napas dalam, dadanya sungguh sesak, melihat Arthit dan masalahnya dengan orang tua Kongpob akan selalu membuatnya teringat akan kegagalannya dalam menjaga keluarganya agar tidak berada di situasi yang mencekam. Harusnya Singto membawa keluarganya dalam suasana yang aman dan nyaman, harusnya Singto menjaga agar nyawa anggota keluarganya aman, harusnya Singto...ah sudahlah, banyak sekali kata pengandaian yang terlintas di benak Singto.
Dalam diam Arthit meminta masker pada seorang pelayan kafe, sambil menunggu, ia menggenggam tangan ayahnya "Oon gapapa, Oon terima semua penyangkalan ayah, Oon terima kalo ayah mau jodohin Oon sama cewek manapun di seluruh dunia" ujar Arthit lembut, selembut usapan tangannya pada sang ayah "Tapi kasian Apple" lanjutnya.
Seorang pelayan kafe menyerahkan sebuah masker medis pada Arthit "ayo balik ke kamar, pake masker dulu tapi! Muka ayah jelek banget banyak ingusnya, hiii!" Canda Arthit membuat sang ayah terkekeh. Singto memakai maskernya dan berdiri "ayo balik, coklat sama risolnya udah ayah bayar tadi, " putranya tersenyum, ia menerima rangkulan sang ayah.
Dalam hati Arthit berusaha untuk memahami situasi, dan berusaha untuk tidak marah kepada orang tuanya. Dan benar saja, ia mendapatkan alasan atas perbuatan sang ayah. Arthit kini mengerti semuanya, ia kini paham dengan sikap ibu Kongpob yang sudah tak seramah dulu saat awal mereka bertemu. Kini Arthit mengerti semua keadaan ini. Cinta merusak segala hubungan baik yang ada.
"Eum, yah... Oon bisa nikah sama siapapun, tapi jangan Apple, kasian pacarnya..."
"Oon, ini permintaan kakeknya Apple juga, soalnya mereka punya alesan yang sama kaya bapaknya Kongpob" potong Singto "Kamu tau, kan? Kalo pacarnya Apple cewek juga?"
Bersambung, berapa update hari ini dari Vee?
KAMU SEDANG MEMBACA
Kak Oon, I Love You! (KongArt)
LosoweRe-publish! "ini kak, air" tawarnya yang langsung disambar Arthit dan langsung diteguknya hingga habis "hahhh...makasih...?" Arthit menanyakan namanya "Kong, nama saya Kongpob kak" ucapnya sambil tersenyum _____________________ "kak Arthit? inget sa...