Sejak saat itu, Adrian menjadi dekat dengan Airin. Ia mengajari Airin banyak hal setiap hari mulai dari Matematika, Bahasa, IPA dan masih banyak lagi. Keesokan harinya Adrian ke rumah Airin untuk mengamatinya belajar. "Baik Airin, aku akan mengajari cara mudah menghitung perkalian." ucap Adrian kepada Airin.
Airin mendengarkan dengan seksama atas apa yang dikatakan oleh Adrian. Adrian kemudian mengambil buku yang tidak jauh darinya "Setelah memasukan rumusnya kita harus mengalikanya terlebih dahulu. Pertanyaannya 7×8 sama dengan berapa. Nah untuk mencarinya kita bisa menggunakan tangan. Sini lihat tanganmu!" perintah Adrian kepada Airin.
Airin kemudian memberikan kedua tangannya kepada Adrian.
"Jika angka tujuh maka 5 jari tangan kiri yang berdiri harus diturunkan 2. Sedangkan angka 8 berarti jari kanan yang diturunkan 3. Setelah itu, jari yang bawah dijumlahkan. Sedangkan jari yang berdiri di kalikan. Jari yang bawah itu bernilai puluhan sedangkan yang atas bernilai satuan. Jadi berapa setelah dijumlahkan?" ucap Adrian menjelaskan.
Airin berpikir dengan sangat keras "Yang bawah lima puluh, yang atas 6, berarti 56?" ucapnya dengan ragu ragu.
Adrian pun tersenyum "Iya benar, hore~" ucap Adrian senang.
"Coba sekarang 9×7 berapa?" ucap Adrian.
Airin berusaha menghitungnya "40 + 20 = 60, terus 3×1 = 3. Berarti 63." jawabnya dengan percaya diri.
"Iya benar, tidak susah kan?" tanya Adrian kepada Airin.
Mata Airin tidak percaya dengan apa yang terjadi "Ternyata tidak sulit sama sekali." ucap Airin dengan senang.
Adrian kemudian melihat jam tangan yang melingkar ditangannya menunjukan pukul 5 sore karena hal itu ia akan kembali ke rumahnya.
"Karena sudah sore, aku mau pulang. Besok kita belajar pecahan ya!" ucap Adrian kepada Airin.
Airin sangat senang belajar dengan Adrian "Oke, terimakasih Adrian." ucapnya berterimakasih.
Sesampainya di rumah, ibu Adrian marah kepadanya karena pulang terlambat. "Kemana saja Adrian? Ibu bingung mencarimu." ucap ibu Adrian cemas sambil memeluk Adrian.
Adrian kemudian menjelaskan apa yang sedang terjadi "Aku sedang belajar bersama temanku. Dia orangnya baik." ucap Adrian sambil tersenyum.
Ibunya menatap khawatir anaknya "Tetap saja ibu khawatir. Jika terjadi apa apa denganmu bagaimana?" tanyanya lagi.
Adrian kemudian memegang kalung berliontin biru yang dipakainya "Tenang ibu, aku selalu memakai kalung Zaluri ini. Aku tahu apa yang harus aku lakukan jika kejadian buruk menimpaku." ucapnya berusaha menenangkan hati Ibunya.
Ibunya kemudian memegang kedua pipi Adrian dan berkata "Ibu akan segera mencari cara agar kau menjadi manusia seutuhnya. Ibu berjanji padamu." ucapnya dengan suara yang tegas.
Adrian pun tersenyum mendengar itu "Iya ibu." ucap Adrian kepada ibu sambil memegang tangan Ibu yang sedang memegang pipinya.
Beberapa minggu telah berlalu, hampir setiap hari Adrian mengajari Airin hal hal baru. Namun, entah mengapa hari ini Adrian ingin mengatakan yang sejujurnya atas keadaannya pada Airin. Adrian menatap wajah Airin yang sedang mengerjakan soal yang telah dibuatnya. Wajahnya senang bercampur sedih melihat hal tersebut.
Adrian kemudian memanggilnya perlahan "Airin." ucapnya dengan pelan.
Airin yang sedang menulis memberhentikan pekerjaannya dan menatap wajah orang yang memanggilnya.
Adrian pun memberanikan diri untuk berkata "Jika suatu saat kita berpisah, aku harap kau tidak akan melupakanku!" ucapnya sambil tersenyum.
Airin kemudian tersenyum dan berkata "Iya, Tenang saja. Aku tidak akan melupakan bantuan mu. Aku akan menuruti apapun keinginanmu." ucapnya dengan antusias.
KAMU SEDANG MEMBACA
MERMAID BOY (TERBIT)
FantasyAirin adalah siswa yang sering dianggap bodoh dan suka membuat onar. Dia dirundung oleh Reno, teman sekelasnya yang kaya dan pintar. Namun, Adrian, siswa pindahan yang cerdas, berteman dengan Airin dan membantunya belajar hingga nilai Airin meningka...