BAB 15 (TRISULA SAKTI)

11 2 0
                                    

Mereka meninggalkan gua dengan hati-hati, bergerak menuju tempat ibu Adrian disandera. Nesiya menggunakan ilusi untuk membuat para ilmuwan berpikir bahwa mereka membawa Adrian bersama mereka. Ilmuwan tersebut terkejut melihat Adrian mendekat dan sebagian dari mereka mulai bersiap untuk menangkapnya.

Namun, di saat kritis itu Nesiya dan Airin menyerang dengan cepat dan penuh kejutan. Airin dengan kuat melumpuhkan para penjaga, sementara Nesiya menggunakan kekuatan sihirnya untuk membebaskan ibu Adrian. Gelombang air dan energi sihir melindungi mereka, memukul mundur para ilmuwan yang mencoba melawan.

Adrian, meskipun lemah, memusatkan seluruh kekuatannya untuk menciptakan penghalang energi di sekitar mereka, menjaga para ilmuwan tetap di luar jangkauan. Dengan keahlian dan keberanian mereka, mereka berhasil melarikan diri dari tempat itu bersama ibu Adrian.

Kembali ke gua yang aman, mereka semua terengah engah tetapi merasa lega. Ibu Adrian memeluk putranya dengan erat.

Airin tersenyum meski terlihat lelah "Ini belum berakhir, tapi kita berhasil kali ini. Kita harus terus bersama dan tetap waspada."

Mereka tahu bahwa perjuangan mereka masih panjang, tetapi bersama-sama, mereka yakin bisa menghadapi segala ancaman dan melindungi satu sama lain. Mereka memutuskan untuk tetap bersembunyi di gua itu sementara, menyusun rencana untuk mengalahkan para ilmuwan jahat sekali dan untuk selamanya.

Tiba-tiba, dalam perjalanan kembali ke gua, serangan mendadak dari para ilmuwan yang bersembunyi di sekitar mereka terjadi. Tembakan dilepaskan sehingga dalam sekejap Nesiya dan Airin terkena tembakan tersebut.

Nesiya jatuh ke pasir memegangi luka di pundaknya, sementara Airin terhuyung-huyung dan terjatuh darah mengalir dari lukanya. Adrian meskipun masih lemah, merasa panik melihat keduanya terluka. "Tidak! Airin! Nesiya!" teriaknya.

Ibu Adrian berusaha melindungi Adrian dan mendekati Nesiya serta Airin. "Kita harus bergerak cepat! Mereka akan datang lagi!"

Nesiya mengangkat tangannya yang bergetar untuk menggunakan kekuatan sihirnya untuk menciptakan penghalang air sementara di sekitar mereka.

Ibu Adrian segera mengikat luka mereka dengan kain "Kita harus merawat luka ini dengan cepat. Mereka kehilangan banyak darah," katanya dengan cemas.

Adrian berlutut di samping Airin dan Nesiya, menggenggam tangannya dengan kuat. "Aku tidak akan membiarkan apa pun terjadi pada kalian. Kita akan keluar dari situasi ini bersama-sama."

Airin tersenyum lemah, meskipun wajahnya pucat. "Aku tahu kita bisa mengatasinya, Adrian. Kita hanya perlu waktu untuk pulih."

Mereka berusaha pulih di dalam gua. Nesiya menggunakan kekuatan sihirnya untuk memperkuat perlindungan gua, sementara Adrian membantu merawat luka mereka dengan sisa-sisa kekuatannya. Mereka tahu bahwa ini hanyalah awal dari perjuangan panjang, tetapi mereka juga tahu bahwa dengan keberanian, tekad, dan cinta mereka, mereka bisa mengatasi apa pun yang datang.

Di dalam gua, situasi semakin tegang. Adrian merasa marah dan tak berdaya melihat Airin dan Neysia terluka karena ingin melindunginya. Kemarahan yang membara dalam dirinya membuatnya merasa putus asa dan ingin melakukan sesuatu.

Dalam kemarahan itu, Cahaya tersebut menyebar ke seluruh gua, membuat semua orang tercengang.

Nesiya yang masih lemah namun sadar, melihat trisula itu dan matanya membesar.

"Itu... Trisula Lautan Biru," bisiknya dengan suara terkejut. "Hanya pewaris sah dari kekuatan lautan yang bisa memanggilnya."

Airin dan ibu Adrian juga tertegun melihat perubahan itu. "Adrian, apa yang terjadi?" tanya ibu Adrian dengan suara khawatir.

Adrian memandang trisula di tangannya, merasakan kekuatan besar mengalir melalui tubuhnya. "Aku... aku tidak tahu. Ini muncul begitu saja."

Nesiya, meskipun terluka, berusaha bangkit dengan bantuan Airin.

"Trisula itu adalah simbol kekuatan dan kendali atas lautan. Dengan itu, kau memiliki kekuatan yang luar biasa untuk melindungi kita semua." jelas Nesyia dengan gemetar

Adrian merasakan kemarahan dan tekadnya menjadi satu. "Aku akan menggunakan kekuatan ini untuk melindungi kalian. Aku tidak akan membiarkan siapa pun melukai kalian lagi."

Dengan trisula di tangannya, Adrian berjalan menuju pintu gua. Dia mengangkat trisula itu ke udara dan seketika lautan merespons. Ombak besar mulai bergolak di luar gua menciptakan penghalang alami yang kuat. Cahaya biru dari trisula menerangi malam memberikan tanda peringatan kepada para ilmuwan dan musuh bahwa mereka tidak lagi mudah diserang.

Para ilmuwan dan polisi di luar gua terkejut melihat kekuatan yang baru ditemukan oleh Adrian. Mereka mundur, merasa gentar menghadapi kekuatan yang begitu besar.

Dengan trisula di tangannya Adrian siap menghadapi para ilmuwan. Dia yakin bisa melindungi orang-orang yang dicintainya dan membawa perdamaian kembali ke hidup mereka.

Adrian berdiri di puncak sebuah batu besar di luar gua dikelilingi oleh cahaya biru yang memancar dari trisula di tangannya. Dengan kemarahan yang membara dan kekuatan yang baru ditemukan, dia terbang tinggi di atas puncak ombak raksasa yang tampak sangat dingin dan mengerikan. Bajunya yang sebelumnya rusak kini berubah menjadi baju kerajaan yang bersinar dengan warna biru yang sepadan dengan trisula itu.

Adrian memandang ke arah kota dari kejauhan di mana para ilmuwan dan polisi berkumpul yang masih terkejut dengan kemunculan Adrian dengan ombak besar. Dengan suara yang menggema penuh kekuatan Adrian berbicara kepada semua orang yang ada di bawahnya.

"Dengarkan baik-baik!" suaranya menggema di seluruh kota, membuat semua orang terdiam.

Adrian menatap mereka dengan kemarahan "Jika kalian menyakiti ibuku, Airin, Nesiya, atau anak kami lagi, aku akan menenggelamkan kota ini! Kekuatan lautan ada di tanganku dan aku tidak akan ragu untuk menggunakannya." ucapnya dengan kemarahan.

Trisula di tangan Adrian bersinar semakin terang, mengeluarkan cahaya biru yang menyelimuti seluruh kota. Gelombang besar mulai terbentuk di lautan di bawahnya menandakan ancaman yang sangat nyata. Para ilmuwan, pejabat dan polisi di bawahnya merasa gemetar, beberapa di antaranya tampak panik.

Melihat ombak besar yang berdiri di sekeliling kota, rasa takut menyebar di kalangan para ilmuwan dan penduduk kota. Mereka melihat kekuatan luar biasa yang dimiliki Adrian dan ancaman akan kehancuran kota membuat mereka merasa terjepit.

Adrian dengan trisula yang masih bersinar di tangannya, berbicara dengan suara yang penuh tekanan dan kemarahan. "Manusia dan kaum mermaid tidak boleh saling menyakiti. Namun kalianlah yang dahulu menyakiti kaum mermaid. Kini aku akan membalas perlakuan kalian dengan kekuatan ini."

MERMAID BOY (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang