BAB 6 (Kembali Berteman)

34 4 0
                                    

Bi Inah mencoba menghubungi Ayah Airin untuk memberi kabar tentang istrinya. Akan tetapi panggilan tersebut masih tidak di angkatnya. Karena tidak di angkat, maka ia mencoba mengirimkan pesan bahwa bu Sarah sudah mengalami perkembangan dalam proses penyembuhannya. Bi Inah menunggu sambil mencari makan untuk Airin dan dirinya.

"Airin ayo makan dan minum obatnya." ucapnya sambil menyuapi makanan kepadanya.

Airin perlahan membuka mulutnya, tetapi karena rasa sakit di bibirnya membuatnya susah menelan bubur tersebut.

"Sakit." ucapnya dengan raut wajah yang menahan tangis.

"Kamu harus makan 2-3 sendok baru minum obatnya. Jika kamu minum obatnya maka rasa sakit tersebut akan segera hilang." bujuknya sambil menyuapinya lagi.

Airin menatap wajahnya "Benarkah?" tanya Airin.

"Iya benar, ayo segera makan." perintahnya lagi.

Akhirnya Airin makan dan meminum obat tersebut, rasa sakit yang ada di tubuhnya mulai berkurang walaupun masih terasa sakit.

Selang beberapa waktu ayahnya datang melihat mereka. Ayah Airin bertanya kepada bi inah dengan perasaan senang "Apakah istriku sudah sadar?"

"Belum, tapi tangannya bergerak dan kata dokter dalam waktu dekat ia akan segera sadar." jawabnya dengan senyum di bibirnya.

"Benarkah?" tanyanya lagi.

Ayah Airin kemudian mendekati istrinya dan mencium keningnya "Istriku, aku mohon segeralah bangun! Aku dan Airin menunggumu." ucapnya sambil tersenyum bahagia.

Airin kemudian terbangun dan mendekati mereka. Melihat luka yang ada di wajah anaknya membuat Ayahnya murka "Apa kau bertengkar lagi? Apa kau ingin membuat ibumu kecewa jika ia sudah bangun nanti?" ucapnya sambil marah.

Airin hanya menunduk mendengar amarah dari ayahnya.

"Tidak pak Hendra, Airin tidak bersalah, yang bersalah anak yang mengeroyoknya." ucap ART membela Airin.

Ayah pun marah "Jangan membelanya!" ucapnya membuat bi Inah terdiam.

"Tapi ayah aku-" ucap Airin membela diri, akan tetapi di potong oleh ayahnya.

"Ayah sangat kecewa padamu Nak. Sudah, ayah tidak mau mendengar perkataanmu lagi. Kamu harus segera pulang!" ucapnya memotong perkataan anaknya.

Airin kemudian pulang kerumah sambil diantar oleh Bi Inah. Setelah sampai di rumah ia teringat dengan buku pemberian Adrian. Perlahan ia membuka buku tersebut, ternyata ini buku catatan milik Adrian. Ia terus membuka buku tersebut dan pada halaman terakhir ia melihat sebuah surat tertulis disana.

"Airin, terimakasih karena sudah menjadi temanku. Akan tetapi aku harus berpisah denganmu. Aku mohon jaga nilai mu tetap baik dan berjanji bahwa kamu harus berusaha menjadi anak baik. Aku akan mencari tempat dimana semua orang dapat menerima keberadaanku. Aku harap, aku bisa menjadi temanmu lagi suatu hari nanti. Dari Adrian." isi surat tersebut.

Suara desak pilu terdengar saat ia membaca tulisan yang ada di buku itu, raut wajahnya sangat menggambarkan perasaan kehilangan sahabatnya.

Waktu berjalan begitu cepat, tak terasa Airin sudah kelas 2 SMA. Airin sudah menepati janji yang diberikan Adrian untuknya. Ia selalu menjadi siswa terbaik dan selalu mendapat peringkat 1 dikelasnya. Karena hal itu membuatnya menjadi dingin dengan semua orang termasuk teman dan gurunya. Airin beranggapan bahwa semua orang menghargainya ketika pintar dan jika bodoh maka tidak ada yang menganggapnya ada.

Tak lama bel berbunyi, jam pelajaran pertama akan segera dimulai. Terdengar suara langkah kaki mendekati ruang kelas dengan tempo yang cukup cepat. Semua orang menatap kearah sumber suara tersebut. Ternyata pak Doni di ikuti anak laki laki yang bersembunyi dari balik pintu.

Pak Doni memperkenalkan anak laki laki yang ada di belakangnya dengan wajah yang sumringah "Anak bapak, hari ini kita kedatangan murid baru." ucap pak Doni kepada siswa kelas 11 Tersebut sambil mempersilahkannya masuk.

"Putra silahkan perkenalkan dirimu!" perintahnya sambil tetap tersenyum.

Anak laki laki itu menoleh dan memperkenalkan dirinya "Selamat pagi, perkenalkan nama saya Putra, saya dari SMA N 05 Jakarta. Salam kenal semuanya." ucapnya memperkenalkan diri.

Semua orang menatap takjub kehadiran Putra. Bagaimana tidak, wajah Putra sangat tampan, kulitnya seputih susu, hidung setajam pisau, dagu yang runcing serta mata almond yang indah membuat seisi kelas tak henti hentinya menatapnya.

"Putra ayo silahkan duduk ditempat yang kosong!" ucap pak Doni sambil menunjuk meja yang berada di samping Airin.

Putra pun tersenyum "Baik pak terimakasih." ucapnya berterimakasih.

Ia mulia berjalan perlahan mendekati tempat duduk tersebut, sebelum duduk ia meminta izin kepada orang yang duduk disebelah tempat duduknya.

Putra bertanya dengan tersenyum "Bolehkah aku duduk di samping mu?"

Airin menatap tajam kearahnya "Jika aku menolak, apa kau tidak akan duduk disini?" ucap Airin dengan ketus.

Putra pun bingung dengan perilaku teman sebangkunya. Karena tidak mau ambil pusing akhirnya Putra duduk di tempat tersebut. Kelas tersebut berjalan dengan baik dan jam istirahat pun tiba. Saat ini banyak anak yang mendekati putra untuk berkenalan dengannya.

"Hey namaku Yanto, ini surya, kamal dan ini teguh." ucap Yanto salah satu teman kelasnya sambil mengulurkan tangan kanannya.

"Putra." jawabnya sambil membalas salaman tersebut.

Akhirnya satu kelas berjabat tangan dengan Putra.

"Astaga, dia seperti idol K-pop. Andai aku bisa jadi pacarnya." ucap Yeri sambil menutup pipinya yang memerah.

Puput kemudian menimpuk wajah Yara dengan buku di tanganya "Mulai, mulai, lihat cowok ganteng dikit sampek sebegitunya." ucap puput yang berusaha menyadarkan khayalan Yeri.

"Apaan seh put? Itu ganteng banget bukan dikit." ucap Yeri marah sambil memukul pelan pundak puput.

Karena banyak anak yang berkenalan dengan Putra akhirnya membuat suasana menjadi sedikit ricuh. Airin kemudian berdiri dan memarahi mereka semua karena telah membuat keributan.

"Kalian semua berisik." ucapnya sambil pergi meninggalkan mereka semua.

Semua orang terdiam sejenak mendengar kata kata buruk yang dilontarkan dari bibir Airin.

Akhirnya Putra bertanya kepada teman temannya setelah Airin pergi meninggalkan mereka "Dia siapa? Kenapa dia sangat marah?" tanyanya bingung.

"Dia Airin, anaknya super cuek dan kasar. Jadi jangan di ambil hati kalau dia tidak sopan." ucap salah satu temannya.

Perasaan Dejavu tiba tiba muncul di dalam pikirannya "Airin?" ucapnya pelan.

Tak beberapa lama seseorang membuyarkan perasaan dejavu itu "Kamu pakai skincare apa? Kok bisa putih banget?" tanya salah satu temannya dengan takjub.

Putra merasa canggung dan berusaha menjawabnya "Aku, aku tidak pakai apa apa. Aku hanya memakai sabun wajah saja." jawabnya menunduk malu.

"Kulitmu sangat bagus. Andai aku punya kulit sepertimu." ucap temannya yang lain.

Putra merasa tidak enak "Tidak tidak, kulitmu juga tidak kalah bagus " ucap Putra kepada temannya.

Anak perempuan itu menjadi salting "Benarkah?" tanyanya lagi.

Belum selesai menjawab ada teman yang bertanya lagi "Dimana kau tinggal?"

Putra menjawab hampir semua pertanyaan pertanyaannya yang di ajukan padanya.

Yeri yang seorang bunga sekolah memberanikan diri bertanya kepadanya "Namaku Yeri, salam kenal." ucapnya sambil memberikan tangannya.

"Salam kenal juga Yeri." balasnya sambil membalas uluran tangan tersebut.

Yeri kemudian mengeluarkan sebungkus roti yang bersembunyi di balik tangan kirinya.

"Apa kau mau roti, ambilah!" ucap Yeri memberikan roti itu dan berlari menuju luar kelas.

"Kau ini kenapa? bel masuk sebentar lagi berbunyi. Kau mau kemana?" tanya Eja mencoba menghentikan Yeri.

"Tidak bisa, aku sangat malu." ucapnya sambil berlari.

MERMAID BOY (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang