BAB 13 (MELARIKAN DIRI)

12 3 0
                                    

Di ruangan rahasia yang penuh dengan peralatan canggih dan suasana tegang, Airin dan Nathan menyelinap masuk dengan hati-hati. Di hadapannya, terdapat tiga ilmuwan jahat sedang bersiap melakukan eksperimen pada tubuh Adrian yang terbaring lemah di meja operasi. Airin tahu bahwa dia harus bertindak cepat untuk menyelamatkan Adrian.

Pertarungan dimulai, mereka mengendap-endap mendekati ilmuwan pertama dan dengan gerakan cepat memukul tengkuknya, membuatnya terjatuh. Namun, dua ilmuwan lainnya segera menyadari kehadirannya.

"Siapa kamu?!" teriak salah satu ilmuwan sambil mengangkat alat suntik yang berbahaya.

"Aku tidak akan membiarkan kalian menyakiti Adrian!" balas Airin dengan tegas.

Ilmuwan kedua menyerang Airin dengan tongkat logam. Airin berhasil menghindari pukulan pertama, tetapi pukulan kedua mengenai bahunya, membuatnya terjatuh ke lantai. Dia merasakan rasa sakit yang luar biasa. Nathan kemudian memukul wajah ilmuwan itu dengan kuat sehingga tubuhnya terhempas cukup jauh. Airin segera bangkit dan meraih tongkat yang dijatuhkan ilmuwan yang sedang kesakitan itu. Pertarungan mereka sengit, dengan tongkat logam beradu keras. Airin menggunakan segala kekuatannya untuk melumpuhkan ilmuwan kedua dengan pukulan tepat di kepalanya.

Ilmuwan ketiga, yang tampaknya pemimpin dari kelompok tersebut, mengeluarkan pisau bedah dan mendekati Airin dan Nathan dengan ekspresi penuh kebencian.

"Kau tidak akan bisa menghentikan kami!" katanya sambil melancarkan serangan cepat.

Ilmuan itu melemparkan pisau itu kearah Natahan. Airin yang melihat itu mendorong tubuh Nathan untuk menghindari serangan itu, tetapi pisau itu berhasil melukai lengannya. Airin menahan rasa sakit dan menggunakan tongkat logam untuk menangkis serangan berikutnya. Mereka terlibat dalam pertarungan yang sangat brutal.

Airin menggunakan segala keterampilan bertarungnya untuk bertahan. Airin merasa semakin kesulitan karena luka-lukanya. Nathan yang melihat itu, mengambil botol yang berisi cairan kimia itu dan melemparkan kearah ilmuan itu. Ilmuwan itu merasakan sakit di wajahnya dan berhasil memojokkannya ke dinding. Airin merasakan darah menetes dari lukanya, tetapi dia tidak menyerah. Dengan keberanian terakhirnya, Airin mengayunkan tongkat logam dengan kekuatan penuh ke kepala ilmuwan itu sehingga membuatnya terhuyung-huyung mundur. Dia kemudian melancarkan serangkaian serangan cepat, akhirnya menjatuhkan ilmuwan itu ke lantai.

Semua ilmuwan yang akan bertindak jahat ke tubuh Adrian berhasil dilumpuhkan, Airin jatuh berlutut di samping tubuh Adrian. Nafasnya terengah-engah, tubuhnya penuh luka, tetapi dia berhasil. "Adrian, kamu aman sekarang," bisik Airin sambil membelai wajah Adrian yang pucat dengan lembut.

Airin dan Nathan segera mencari cara untuk memindahkan Adrian dari ruangan tersebut dan menghubungi Ibu Adrian yang sedang bersiap mengambil mobilnya. Airin kemudian mengangkat tubuh Adrian yang tidak berdaya itu dan membawanya keluar dari ruangan yang kejam itu.

Airin menggendong tubuh Adrian dengan sekuat tenaga. Ia membawanya menuju mobil milik ibu Adrian yang datang mendekatinya. Nesiya kemudian memakaikan kalung Zaluri milik Adrian kepada Adrian. Seketika ekor Adrian berubah menjadi sepasang kaki. Mereka kemudian membawa Adrian menuju rumah untuk menyembunyikan Adrian dari para ilmuwan yang selama ini menahannya.

Sesampainya di rumah, mereka menurunkan Adrian dengan hati hati ke sofa. Ibu Adrian segera menutup semua jendela dan pintu, memastikan tidak ada yang bisa mengintip ke dalam. "Kita harus cepat, mereka mungkin sudah menyadari bahwa Adrian hilang," katanya dengan nada khawatir.

Nesyia kemudian mengeluarkan kekuatan sihir penyembuhnya dan berusaha menyembuhkan Adrian. Namun, Adrian tidak kunjung sadar sadar juga. Tapak jelas dari raut wajah lelah dari Nesyia yang kehabisan tenaga.

Nesiya kemudian duduk di samping suaminya. "Aku harus kembali ke laut untuk mengisi kekuatan sihirku. Airin, bisakah kau tetap di sini dan menjaga Adrian sementara aku pergi?"

Airin mengangguk, meskipun hatinya terasa berat. Ia mencintai Adrian dalam diam, namun ia tahu bahwa melindungi Adrian adalah yang terpenting sekarang. "Tentu, Nesiya. Aku akan melakukan apa pun untuk memastikan dia aman."

Setelah Nesiya pergi, Airin duduk di samping Adrian yang masih lemah. "Aku tak akan membiarkan mereka menyakitimu lagi," bisiknya.

Ibu Adrian masuk ke dalam ruangan dengan beberapa ramuan obat. "Kita harus merawat lukanya dan memulihkan kekuatannya. Mereka telah melakukan hal-hal mengerikan," katanya sambil mulai mengobati Adrian.

Malam itu, Airin dan ibu Adrian bergantian berjaga. Tiba-tiba, terdengar suara langkah kaki mendekati rumah. Airin melihat keluar jendela dan melihat beberapa ilmuwan jahat mencari di sekitar lingkungan. "Mereka sudah dekat," bisiknya cemas.

Ibu Adrian segera membawa Airin dan Adrian ke ruang bawah tanah yang tersembunyi di bawah rumah. "Di sini, kita akan aman sementara. Kita perlu mencari cara untuk menyembunyikan Adrian dengan lebih baik atau membawa dia jauh dari sini."

Sementara itu, di laut Nesiya merasakan kehadiran bahaya. Ia tahu bahwa ilmuwan jahat itu tidak akan berhenti sampai mereka menemukan Adrian. Dengan tekad yang kuat, ia memutuskan untuk menggunakan kekuatan sihir pelindung, kekuatan yang diwarisi dari ayahnya, Raja Mermaid Merah.

Nesiya kembali ke rumah dengan segera. Saat ia masuk, ruangan terasa penuh dengan energi yang kuat. Airin dan ibu Adrian merasa ada sesuatu yang berbeda. "Nesiya, ada apa?" tanya ibu Adrian.

Nesiya mengangkat tangannya dan seketika, ruangan itu dipenuhi cahaya merah yang berkilauan. "Aku akan menggunakan kekuatanku untuk melindungi Adrian. Aku memiliki kekuatan sihir yang cukup kuat untuk melindungi kita semua." ucapnya dengan wajah yang menahan sakit.

Dengan mantra yang diucapkannya, Nesiya menciptakan perisai pelindung di sekitar rumah, membuatnya tak terlihat dan tak terjangkau oleh para ilmuwan. "Ini akan memberi kita waktu untuk merencanakan langkah selanjutnya," katanya dengan tegas.

Airin dan ibu Adrian merasa lega, namun mereka tahu bahwa itu belum berakhir. Dengan kekuatan Nesiya, mereka memiliki peluang lebih besar untuk melindungi Adrian dan mengalahkan para ilmuwan jahat. Bersama-sama, mereka bertekad untuk melawan dan menjaga Adrian tetap aman, apa pun yang terjadi.

Dengan perisai pelindung yang diciptakan oleh Nesiya, suasana di dalam rumah menjadi lebih tenang. Adrian mulai pulih perlahan-lahan, dan Airin serta ibu Adrian merasa sedikit lega. Namun, mereka tahu bahwa ini hanya sementara. Para ilmuwan jahat tidak akan berhenti mencari.

Nesiya mengambil napas dalam dalam, kekuatan sihirnya telah menguras banyak energinya. "Aku harus kembali ke laut untuk memulihkan kekuatanku lagi. Airin, tolong jaga Adrian dan tetap waspada. Perisai ini akan bertahan selama beberapa jam."

Waktu berlalu dengan lambat. Saat malam semakin larut, Nesiya kembali dengan energi yang telah dipulihkan.

Dengan kekuatan sihir Nesiya dan tekad mereka, mereka yakin bisa menghadapi segala ancaman yang datang. Perjuangan mereka belum berakhir, tetapi mereka siap untuk melawan apa pun yang datang demi menjaga Adrian tetap aman.

MERMAID BOY (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang