Entah mengapa hari ini waktu terasa berjalan lebih lambat dari biasanya. Airin sudah tidak sabar bertemu dengan Ibunya. Akhirnya waktu yang ditunggu tunggu telah tiba, ia berlari keluar kelas dengan penuh energi.
Airin kemudian meminta izin pada Adrian "Adrian aku pulang duluan. Aku mau bertemu dengan ibuku." ucapnya kepada Adrian.
Adrian bingung dengan apa yang dikatakan Airin "Tidak mau menunggu bus?" tanyanya lagi.
"Tidak, bus datang 20 menit lagi. Jika aku berlari maka akan lebih cepat sampai." ujarnya dengan penuh semangat.
"Hehehe... Yasudah sana pergi!" perintah Adrian kepada Airin.
Tak lama setelah Airin pergi, Reno mendekatinya dan mengajak Adrian untuk ikut dengannya.
"Apa kau yang mengajari Airin?" tanya Reno dengan wajah bingung.
"Iya, aku yang mengajarinya!" ucap Adrian dengan bingung.
Reno kemudian membujuk Adrian untuk ikut dengannya.
"Ada soal yang belum aku pahami. Bisakah kau mengajariku juga?" ucap Reno dengan wajah meminta tolong.
Adrian tersenyum "Iya boleh!" ucapnya.
"Kalau begitu ikut denganku!" ujar Reno dengan wajah serius.
"Sekarang?" tanya Adrian bingung.
"Iya, aku tidak tahu apa yang salah dengan dengan jawabanku!" ujar Reno dengan wajah sedih.
Adrian dengan halus menolaknya "Tapi bus akan datang 15 menit lagi!" tolaknya.
"Ayolah Adrian! Ini hanya sebentar! Aku hanya ingin tahu apa yang salah dengan jawabanku!" ujar Reno dengan menarik tangan Adrian pelan.
Akhirnya Adrian menyetujui ajakannya. Namun, setelah sampai di ruang kelas mereka yang kosong itu. Tiba tiba ada beberapa orang yang membekap mulut Adrian dan menahan kedua tangannya. Mereka menyeret tubuh adrian ke gudang sekolah yang terletak di tempat terbelakang dari sekolah tersebut.
Adrian sangat ketakutan, ia tidak bisa melepaskan cengraman tangan itu. Setelah sampai di tempat tersebut mereka mendorong tubuh Adrian hingga terjatuh. Ternyata itu Reno dan 2 temannya.
"Reno." ucap Adrian kepada Reno.
"Apa? Apa kau terkejut?" tanyanya sambil menginjak pelipis Adrian.
Adrian menahan sakit di wajahnya "Lepaskan aku!" perintah Adrian kepada Reno.
Reno hanya tersenyum dengan menaikan salah satu sudut bibirnya "Melepaskan mu? Hahaha... Aku sudah memperingatkan mu agar kamu tidak boleh lebih pintar dariku. Dan sekarang kau membuat musuhku menjadi pintar. Apa kau mau macam macam denganku?" teriak Reno tepat di wajah Adrian yang terdapat jejak kaki Reno di atasnya.
Adrian hanya terdiam, ia tidak bisa melawan. Bagaimana bisa melawan, kedua tangannya di ikat dan ditambah lagi Reno membawa kedua temannya.
"Aku mohon lepaskan aku." ucap Adrian memohon untuk dilepaskan.
"Apa? Aku tidak bisa dengar apa yang kau katakan?" ucapnya Reno kepada Adrian.
"Aku, mph-" ucap Adrian terhenti ketika kaki Reno menginjak mulut Adrian.
Adrian menahan air matanya, supaya Reno tidak melihat air matanya yang berubah menjadi Mutiara.
"Oh tidak, apa kau menangis?" tanyanya lagi dengan senyum yang mengerikan.
"Baiklah, kali ini aku akan melepaskan mu!" ucapnya sambil menurunkan kakinya dari mulut Adrian.
Reno kemudian mendekatkan wajahnya ke arah Adrian dan memegang pipinya "Ini hanya peringatan untukmu! Jika kau berani macam macam denganku! Lihat saja apa yang akan terjadi!" ucapnya dengan senyum yang sangat mengerikan.
Akhirnya mereka bertiga meninggalkan Adrian yang sedang menahan sakit. Wajahnya terasa sangat sakit dan terdapat sedikit darah di bibirnya. Tak lama dari itu, tiba tiba hujan turun. Tubuh Adrian basah karena air hujan dan membuatnya berubah menjadi seekor mermaid. Adrian tidak dapat menahan lagi air matanya, ia benci dengan keadaannya. Keadaan lemah tak berdaya yang ia miliki membuatnya muak. Ia tidak mengetahui berapa banyak ia meneteskan air mata, tetapi terdapat butiran butiran berwarna putih yang mengkilap disampingnya.
Airin berlari kerumahnya dan memanggil ibunya untuk menunjukan hasil nilai Ujian Tengah Semesternya.
"Ibu, ibu..." ucapnya sambil berusaha membuka pintu.
Tapi pintu tersebut terkunci sehingga ia tidak dapat masuk.
"Apa mungkin ibu pasar? Tapi jam segini seharusnya ibu sudah pulang." pikirnya dalam hati.
Tiba tiba saja hujan deras datang. Airin menunggu Ibunya datang di teras rumahnya. Ia memasukan kertas ujiannya kedalam tas dan memeluk tasnya. Meskipun ia tidak kehujanan tapi udara dingin menembus kulitnya. Lebih dari 2 jam Airin menunggu di depan pintu tersebut akan tetapi ibunya tak kunjung datang juga.
Ketika dia memejamkan matanya untuk tidur, tiba tiba terdengar suara mobil yang mendekat kearahnya "Oh mungkin itu ibu." ucapnya sambil melihat ke sumber suara tersebut.
Bukan ibu yang ia lihat melainkan ayahnya. Wajah ayah yang merah dengan mata yang berkaca kaca membuat Airin bingung.
Airin mendekati ayahnya dan bertanya "Ada apa ayah? Kenapa ayah pulang cepat?" tanyanya dengan bingung.
Ayah Airin menatap balik putrinya dan berkata "Ikut ayah!" perintah ayah singkat.
Ayah Airin memegang tangannya dan mengajak masuk ke mobil.
"Kita mau kemana ayah?" tanya Airin bingung.
Ayah Airin hanya terdiam sambil menyetir mobilnya. Sampai ketika mobil tersebut terhenti di salah satu rumah sakit.
"Ayah mengapa kita kerumah sakit?" tanyanya bingung dengan mata yang berkaca kaca.
Akhirnya ayah Airin menjawab pertanyaan putrinya "Ibumu sakit, sekarang sedang di rawat di rumah sakit."
Airin menatap ayahnya dengan bingung "Ibu sakit apa yah?" tanyanya lagi.
"Sudah, ayo kita lihat ibu!" perintahnya kepada anaknya.
Ketika ia sampai di ruangan ibunya. Airin terkejut melihat ibunya terbaring di tempat tidur rumah sakit. Airin perlahan berjalan mendekatinya dan memegang tangan ibunya
"Ibu, ibu... Ibu sakit apa? Ayo bangun ibu!" ucapnya akan tetapi ibunya tak kunjung bangun.
"Ayah, ibu sakit apa?" tanyanya sambil tetap memegang tangan ibunya.
"Ibu, hanya kecapean." jawab ayah Airin sambil menahan tangis.
"Ayah pasti bohong. Kalau begitu kenapa ibu tidak bangun bangun. Ibu, maafkan Airin. Airin janji kalau ibu bangun, Airin tidak nakal lagi! " ucapnya sambil menangis.
Ibu Airin masuk rumah sakit karena mobil yang ia kendarai di tabrak mobil yang berlawanan arah darinya. Pengemudi yang menabraknya telah meninggal dunia. Sedangkan Ibu Airin mengalami koma karena pendarahan di otaknya.
Airin tiba tiba saja membuka tasnya dan mengeluarkan lembar ujiannya.
"Ibu, lihat ibu, Airin dapet nilai 80 di UTS kemaren! Ibu harus lihat! Ibu ayo bangun lihat nilai Airin." ucapnya sambil memberikan lembar ujiannya.
Akan tetapi Ibunya tak kunjung bangun juga. Setelah 1 jam di ruangan tersebut.
Ayah Airin bertanya kepada Airin "Apa kau sudah makan?"
Airin hanya menggelengkan kepalanya dengan mata yang masih memerah.
Ayah pun tersenyum "Kalau begitu, kita cari makan." perintahnya.
"Tapi bagaimana dengan ibu?" tanyanya lagi.
"Ibu baik baik saja disini. Ada dokter dan suster yang menjaga ibu. Kamu harus makan dan istirahat agar tidak sakit." Perintahnya lagi menjelaskan.
Airin menolak permintaan ayahnya "Tidak mau ayah, aku mau bersama ibu." ujarnya karena ingin menemanimu ibunya yang sakit itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
MERMAID BOY (TERBIT)
FantasíaAirin adalah siswa yang sering dianggap bodoh dan suka membuat onar. Dia dirundung oleh Reno, teman sekelasnya yang kaya dan pintar. Namun, Adrian, siswa pindahan yang cerdas, berteman dengan Airin dan membantunya belajar hingga nilai Airin meningka...