BAB 5 (Proses Mewujudkan Harapan)

39 3 0
                                    

Karena anaknya tidak mau pulang akhirnya Ayah Airin membelikan Airin makan. Seminggu telah berlalu, akan tetapi ibunya tak kunjung bangun dan seminggu juga Airin tidak masuk sekolah.

Ayah Airin kemudian membujuknya untuk berangkat sekolah "Airin, sudah seminggu kamu tidak sekolah. Bagaimana kalau kamu tidak naik kelas?" ucap ayah kepada Airin yang duduk di samping ibunya.

Airin menolak perintah ayah "Tidak mau ayah, aku mau tetap bersama ibu!" ucap Airin dengan tegas.

"Ibu pasti sedih kalau kamu tidak berangkat sekolah. Kamu harus berangkat sekolah." bujuk ayah Airin kepadanya.

Airin kemudian menatap wajah ayahnya dan bertanya "Benarkah?" ujarnya.

Ayahnya pun mengangguk "Benar, mulai besok kamu harus berangkat sekolah lagi!"

"Baik ayah, besok aku akan sekolah. Tapi setelah pulang sekolah aku menemani ibu lagi." ucapnya sambil memegang tangan ibunya.

Akhirnya Airin memutuskan untuk berangkat sekolah. Ia mencari Adrian kesana kemari untuk menceritakan kejadian yang menimpanya. Akan tetapi ia tak menemukannya dimanapun. Karena lelah mencari akhirnya ia memutuskan bertanya ke teman sekelasnya.

"Apa kamu tau di mana Adrian?" tanyanya dengan bingung.

"Hampir satu minggu Adrian tidak berangkat sekolah. Terus kamu juga kemana 1 minggu gak masuk sekolah?" tanyanya balik.

Airin bingung dan menjelaskan apa yang sedang terjadi "Ibuku sakit. Jadi aku menemaninya di rumah sakit. Cepat katakan apa kau tahu dimana Adrian?" jawabnya.

Anak tersebut kemudian menjawabnya "Seminggu yang lalu aku lihat Adrian sama ibunya pergi ke ruang BK, wajahnya penuh lebam. Aku pikir kau bertengkar dengannya." ucapnya menjelaskan.

Mendengar hal itu Airin menatap ke arah Reno yang duduk tak jauh darinya. Airin kemudian mendekati Reno dan menarik kerahnya.

"Apa yang kau lakukan pada Adrian?" ucapnya tepat di wajah Reno.

"Hah, aku hanya memberinya sedikit pelajaran." jawabnya sambil menaikan salah satu sudut bibirnya.

Tanpa pikir panjang akhirnya Airin memukul wajah Reno dengan kuat. Pertengkaran tidak dapat dihindari, akhirnya mereka berdua saling balas memukul.

Tak lama kemudian bu Rafa datang dan melerai perkelahian tersebut.

"Jangan bertengkar!" teriaknya sambil berdiri di tengah tengah mereka.

"Mengapa kalian selalu saja bertengkar, ibu bingung harus bagaimana dengan kalian." ucap bu Rafa kepada mereka berdua.

"Dia yang pukul duluan." ucap Reno sambil menunjuk kearah Airin.

Airin membela diri dan akan memukul Reno lagi "Ya karena kamu berani melukai Adrian!" ucap Airin dengan marah.

"Sudah sudah sudah... Jangan ribut, kembali ketempat duduk kalian! Ibu gak mau dengar kalian berkelahi lagi!" ucap bu Rafa menyuruh mereka duduk.

"Tapi, bagaimana dengan Adrian? Dia habis dipukul oleh Reno kemaren." tanyanya kepada Bu Rafa.

"Masalah tersebut sudah diselesaikan dengan kekeluargaan beberapa hari yang lalu. Jadi masalah tersebut tidak perlu di ungkit ungkit lagi." jawab bu Rafa kepada Airin.

Airin kemudian bertanya dengan khawatir "Terus Adrian kemana? Kenapa dia tidak datang ke sekolah?" tanya Airin dengan wajah yang bertanya tanya.

"Adrian sudah pindah sekolah." ucap bu Rafa dengan menatap wajah Airin.

Airin kemudian bertanya lagi "Pindah sekolah mana bu?" tanyanya lagi.

"Maaf, ibu tidak bisa memberi tahu kalian karena orang tua Adrian tidak mengizinkan memberitahu dimana Adrian bersekolah." jawabnya dengan nada agak pelan.

MERMAID BOY (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang