BAB 14 (TERDESAK)

19 3 0
                                    

Tiba tiba saja kalung yang di pakai oleh Adrian bercahaya. Cahaya yang awalnya redup kini menjadi semakin terang sehingga menyelimuti tubuhnya. Tangan Adrian perlahan bergerak dan matanya terbuka. Adrian berhasil sadar dari tidurnya yang panjang.

Mereka semua menatap dengan raut wajah tidak percaya dengan hal itu. Ibu Adrian menatapnya dengan tangis bahagia sambil mengusap kepala putranya.

"Ibu." Ucap Adrian sambil menatap wajah ibunya.

"Sekarang kau akan baik baik saja." ucap ibunya sambil menahan tangis.

Adrian melihat sekeliling ruangan itu dan melihat banyak orang yang mengelilinginya.

"Ibu, Airin, Nesyia." ucapnya dengan pelan.

Airin kemudian memegang tangan Adrian yang sangat dingin itu.

Tiba tiba saja anak laki laki berumur 15 tahun itu memanggilnya dengan sebutan ayah.

"Ayah." ucap Nathan dengan raut wajah tidak percaya.

Adrian yang melihat itu menjadi bingung.

Nesiya kemudian mendekatinya dan menjelaskan "dia putra kita. Nathan..." ucapnya sambil tersenyum.

Nathan kemudian perlahan mendekati tubuh Adrian yang sedang berbaring dan memeluknya. Adrian kemudian membalas pelukan itu pelan.

Beberapa jam kemudian, kekuatan pelindung Nesyia mulai memudar. Mereka akhirnya memutuskan bahwa langkah terbaik adalah membawa Adrian ke laut, di mana kekuatan Nesiya dapat melindunginya lebih baik. Pagi itu, mereka bersiap-siap untuk perjalanan menuju pantai.

Airin dan ibu Adrian membantu Adrian yang masih lemah untuk berdiri. "Kita akan membawamu ke laut, Adrian. Di sana, kamu akan lebih aman," kata Airin dengan lembut. Adrian mengangguk, meskipun tubuhnya masih terasa lemah.

Nesiya memimpin jalan dengan kekuatan sihirnya untuk memastikan tidak ada bahaya yang mengintai. Mereka bergerak dengan cepat melalui hutan menuju pantai. Saat mereka sampai di tepi laut, Nesiya memandang ke arah air dengan penuh harapan.

"Kita hampir sampai. Airin, bantu aku membawa Adrian ke air," perintah Nesiya. Airin dan Nesiya dengan hati-hati mengangkat tubuh Adrian dan membawanya ke dalam air.

Saat air menyentuh tubuh Adrian, kekuatan sihir Nesiya kembali bekerja. Ekor Adrian muncul kembali, menggantikan kakinya yang lemah. Ia terlihat lebih kuat dan lebih hidup saat berada di dalam air. Nesiya menyentuh dahi Adrian dengan lembut, memberikan sedikit energinya untuk mempercepat pemulihan.

Airin yang berdiri di tepi pantai, menatap dengan campuran perasaan antara bahagia dan sedih. "Kamu akan lebih aman di sini, Adrian. Aku akan selalu ada di sini untuk mendukungmu."

Nesiya kemudian mengangkat tangan dan memanggil makhluk makhluk laut untuk membantu menjaga Adrian. "Di laut, kekuatanku lebih besar. Kita bisa melindungi Adrian dengan lebih baik di sini."

Ibu Adrian, yang berdiri di samping Airin, merasa lega melihat putranya mulai pulih. "Kita harus tetap waspada. Para ilmuwan mungkin mencoba datang lagi, tapi sekarang kita lebih siap."

Dengan kekuatan Nesiya sebagai keturunan Raja Mermaid Merah, mereka yakin bisa melindungi Adrian dari ancaman apa pun yang datang.

Di dalam air, Adrian merasa lebih kuat dan lebih aman. Dengan Nesiya di sisinya, ia tahu bahwa masa depan mereka penuh dengan harapan. Mereka akan melawan apa pun yang datang melindungi satu sama lain dengan segala cara.

Tiba-tiba langit di atas mereka dipenuhi oleh deru helikopter. Mereka melihat ke atas dan menyadari bahwa mereka telah dikepung oleh para ilmuwan, polisi, dan orang-orang bersenjata. Keadaan menjadi tegang dan Adrian yang baru saja mulai pulih masih sangat lemah untuk melawan.

Nesiya segera merespons dengan kekuatan sihirnya, menciptakan dinding air yang cukup tinggi di sekitar mereka untuk melindungi Adrian. "Kita harus bertahan!" serunya dengan suara penuh tekad.

Airin dan ibu Adrian berdiri di samping Nesiya, berusaha mencari cara untuk melawan ancaman yang semakin dekat.

"Kita harus melindungi Adrian, apa pun yang terjadi," kata Airin dengan suara gemetar namun penuh tekad.

Para ilmuwan mulai berteriak dari helikopter, "Serahkan mermaid itu kepada kami dan kalian tidak akan terluka!"

Nesiya tidak gentar ia mengangkat tangannya dan mulai mengendalikan air di sekitar mereka. Ombak besar terbentuk, mengancam helikopter yang mengelilingi mereka.

Namun, para ilmuwan dan polisi tidak mundur. Mereka mulai menembakkan jaring dan alat-alat lainnya ke arah mereka. Nesiya berusaha keras untuk menangkis serangan itu dengan kekuatannya, tetapi jumlah mereka terlalu banyak.

Adrian meskipun masih lemah berusaha bangkit. "Aku harus membantu... Aku tidak bisa membiarkan mereka melukai kalian," bisiknya dengan suara lemah.

Dengan sisa tenaga yang dimilikinya, Adrian mencoba menggunakan kekuatan sihirnya sendiri. Meski belum pulih sepenuhnya, ia berhasil mengangkat tangannya dan mengirimkan gelombang energi yang kuat ke arah para penyerang.

Energi tersebut menghempaskan beberapa helikopter dan membuat para ilmuwan serta polisi mundur sejenak. Namun, Adrian jatuh kembali, kelelahan dan lemah. "Aku... aku tidak bisa lagi," katanya.

Nesiya, melihat suaminya berjuang, merasakan kekuatan yang lebih besar dari dalam dirinya. "Kita tidak akan menyerah," katanya dengan suara penuh tekad.

Ia mengangkat tangannya sekali lagi dan mengeluarkan kekuatan sihir terbesar yang pernah ia gunakan. Lautan merespons, menciptakan pusaran air besar yang menarik helikopter dan peralatan musuh ke dalamnya.

Airin dan ibu Adrian berusaha keras untuk tetap berdiri ditengah kekacauan. "Nesiya, kita harus menemukan cara untuk melarikan diri," kata ibu Adrian.

Nesiya mengangguk, meskipun terlihat lelah. "Ada satu tempat di laut yang aman, sebuah gua yang terlindungi oleh kekuatan sihir. Kita harus membawa Adrian ke sana."

Dengan sisa tenaga yang dimiliki, mereka mengangkat Adrian dan bergerak cepat menuju laut. Nesiya memimpin jalan, menggunakan kekuatan sihirnya untuk membuka jalur melalui air. Mereka berlari dengan cepat meninggalkan kekacauan di belakang mereka.

Akhirnya, mereka sampai di sebuah gua tersembunyi di dalam laut, terlindungi oleh kekuatan sihir kuno.

Di sana mereka merasa aman untuk pertama kalinya. "Kita akan bersembunyi di sini sementara, sampai Adrian pulih sepenuhnya," kata Nesiya.

Mereka beristirahat di dalam gua, merencanakan langkah selanjutnya. Meskipun ancaman masih ada di luar sana, mereka tahu bahwa selama mereka bersama, tidak ada yang bisa mengalahkan tekad dan kekuatan mereka untuk melindungi Adrian. Perjalanan mereka masih panjang, tetapi mereka siap menghadapi apa pun yang datang dengan keberanian dan kekuatan kasih sayang.

Namun, dalam kekacauan itu ibu Adrian berhasil ditangkap dan disandera oleh para ilmuwan. Mereka menggunakan ibu Adrian sebagai alat untuk memaksa Adrian kembali.

Di dalam gua yang tersembunyi, mereka menyadari bahwa ibu Adrian tidak ada bersama mereka. Hati mereka terasa hancur ketika melihat ibunya yang sedang diikat dan dijaga ketat oleh para ilmuwan.

"Jika kalian ingin melihat wanita tua ini, kau harus menyerahkan diri," kata salah satu ilmuwan itu.

Adrian meskipun masih sangat lemah berusaha bangkit. "Aku harus menyelamatkan ibu. Aku tidak bisa membiarkan mereka menyakitinya."

Nesiya menggenggam tangan Adrian dengan kuat. "Kita tidak akan membiarkanmu menyerahkan diri begitu saja. Pasti ada cara lain."

"Mereka mungkin mengira kita terpojok, tapi kita masih punya kekuatan. Kita bisa menyelamatkan ibumu tanpa menyerahkan Adrian." ucapnya dengan penuh keyakinan.

Mereka mulai merencanakan dengan hati-hati. Nesiya menggunakan kekuatan sihirnya untuk menciptakan ilusi, membuat para ilmuwan percaya bahwa mereka menyerahkan Adrian. Sementara itu, Airin dan Nesiya merencanakan serangan mendadak untuk menyelamatkan ibu Adrian.

Nathan awalnya ingin ikut membantu, akan tetapi masih terlalu muda sehingga kekuatan sihirnya belum muncul.

MERMAID BOY (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang