s a t u

93 9 9
                                    

Jujur saja.

Hanin merasa waktu berjalan sangat cepat.

Rasanya baru kemarin ia merasakan hari pertama UNBK--yang tidak tegang-tegang amat--dan sekarang sudah H-3 dia masuk SMA. Entah karena selama liburan ini dia habiskan dengan kegiatan rebahan yang persentasenya 80 %, kegiatan membantu abang di toko 20 %, dan sibuk mengagumi dua makhkluk yang tidak akan mungkin ia gapai, V BTS aka Kim Taehyung dan Kageyama Tobio dari anime Haikyuu.


"Hanin, cucian udah beres, belum?!"

Hanin terkesiap. Hampir saja benda pipih kesayangannya jatuh ke lantai. Gadis itu melirik jam dinding. Pukul satu siang. Mama pasti akan pergi ke arisan sebentar lagi.

"Udah, Ma! Hanin udah beresin tadi pagi!" Gadis itu menyeimbangkan nada suaranya dengan sang ibu. Rumah mereka hanya dua lantai, tetapi karena pernah ada kejadian dimana salah satu penghuni rumah tidak bisa mendengar dengan jelas jika terjadi sesuatu, maka jadilah mereka saling berteriak seperti ini.

"Kalau gitu, Mama ke tempat Bu Ani! Jaga rumah sampai kakak kamu dateng! Assalamu'alaikum!"

"Wa'alaikumussalam! Ma, nitip gorengan!"

Tidak ada jawaban setelahnya. Mama pasti sudah diluar. Hanin berjalan pelan mendekati jendela. Oh, benar. Mama sudah pergi dibawa motor Yamaha tukang ojek. Hanin menaikkan kedua bahunya, kemudian kembali ke kasur. Entah Mama mendengar atau tidak, yang jelas Hanin sudah mengatakannya.

Ngomong-ngomong, kakak Hanin yang disebut Mama adalah Kak Aurellia Salma, kakak pertamanya yang masih tinggal di rumah ini, beserta dengan anak perempuannya, Alya dan suaminya, Bang Adhit. Hanin biasa memanggilnya Kak Aurel. Jarak usia mereka cukup jauh, membuat ia dan Kak Aurel tidak terlalu sering mengobrol. Sama dengan Kak Aurel, kakak kedua sekaligus satu-satunya anak laki-laki Mama, Bang Yudhis, juga memiliki jarak usia yang cukup jauh dengan Hanin. Ya, bisa dibilang dia tidak terlalu akrab dengan kedua kakaknya.

Bagaimana tidak, coba? Kak Aurel memiliki sifat sebelas dua belas dengan ibunda ratu; lebih sering menasehati dahulu jika Hanin mulai bercerita padahal Hanin ingin didengarkan dan dimengerti. Bang Yudhis adalah abang yang tengil dan cerewet, bahkan terkadang bisa sangat jahil. Hanin heran, kok Kak Dhini mau-mau aja, ya, sama Bang Yudhis?

Tetapi, meski tidak terlalu akrab, Hanin tetap menyayangi mereka. Ia juga tahu kedua kakaknya itu sangat menyayanginya.

Lalu, siapakah yang menjadi tempat berkeluh kesah, tempat bercerita, dan dekat dengannya?

Oh, Hanin akan menjawab dengan nama anak tetangga yang tinggal depan rumahnya; Arshavina Ghea Basagita. Ghea.

Mereka berdua sudah berteman dekat sejak SD. Lebih tepatnya semenjak ia pindah ke kota ini dan menjadi teman sebangku di kelas lima. Ghea orang yang cukup pendiam, tetapi juga bisa menjadi banyak bicara pada saat tertentu.

Ting!

Ponsel Hanin berbunyi, bersamaan dengan getaran yang membuat telapak tangannya serasa seperti digelitik. Notifikasi yang tampak sekilas membuat Hanin refleks terkekeh. Panjang umur.


Untuk kedua kalinya, Hanin mendekati jendela. Tidak terlihat Ghea. Mungkin gadis yang memiliki tinggi sepuluh senti dari Hanin itu juga sama sepertinya: sedang asyik rebahan di kasur dengan ponsel di tangannya.

Jatuh SukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang