e n a m

28 7 3
                                    

Mata Hanin berbinar begitu menyadari hari Jum'at sebentar lagi. Rasanya seperti ada yang mekar di dalam hatinya seiring lamanya ia menatap kalender kamar.

Ah, jadi begini yang namanya jatuh cinta?

Hal sepele yang berhubungan dengannya saja seperti latihan PMR pertama--yang bahkan belum dimulai--bisa membuat Hanin merasakan taman bunga bermekaran di dadanya, lengkap dengan degup jantung yang seakan membalap untuk berdetak.

Astaga, padahal belum tentu ia dan Aji akan memiliki secuil interaksi. Tak apa, tak ada salahnya berharap.

"Nin, buku kunci gitar lo mana?"

Sebuah suara mendistrak Hanin, membuat gadis itu beralih dan menunjuk laci meja belajar. "Jadi ... lo beneran, nih, mau nginep?"

Lawan bicara Hanin, Ghea, menatap gadis itu dengan tatapan heran sebelum kemudian sedikit terkekeh. "Menurut lo gue disini mau ngapain kalau bukan nginep?" Ia menggeleng pelan seraya tangannya terulur mengambil buku tipis yang berisikan kunci gitar dari berbagai lagu lawas. "Ih, efek salting jadi aneh ya!"

"Hah? Maksudnya?"

"Itu, telat mikir!" Ghea tertawa. "Eh, apa sebenarnya lo enggak telmi tapi pura-pura telmi karena kebawa salting, ya."

"Apa, sih." Tangan Hanin terkepal lalu meninju lengan Ghea pelan. Matanya mengarah pada ponsel di atas meja yang sepertinya sudah penuh terisi baterai. "Tolong ambilin hape gue, dong, Ghe."

Ghea mengangguk lalu memberikan ponsel Hanin. Ia melakukannya dengan mata yang sibuk membaca buku kunci gitar.

Apa yang dilakukan Ghea membuat Hanin tertawa sembari jari jemarinya bergerak cepat memainkan ponsel. "Ghe, lo baca buku kunci gitar buat gabut doang, nih?" Ia tahu kalau Ghea tidak bisa dan tidak tertarik untuk bermain gitar. Ghea pernah bilang ia sudah cukup puas dengan kemampuannya bernyanyi, walau ia malu menampilkannya di depan khalayak ramai.

"Ssst, diem." Ghea menaruh telunjuk di bibir. "Gue mau nostalgia lagu-lagu jaman SD."

"Okee!" Hanin merespon dengan jari jempol dan telunjuk membentuk bulatan. Ia memperbaiki posisi duduknya lalu melihat-lihat notifikasi yang masuk.

Hanin membelalakkan mata

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hanin membelalakkan mata. "Ghe, Kak Aji ngechat gue!"

Ghea mendongakkan kepala. "Hah? Kok bisa?"

"Gue juga enggak tahu! Apa karena gue follow account Twitter-nya kali, ya ...."

"Mung--eh, gercep banget udah tahu akun sosmednya!"

"Gue iseng nyari di search bar. Eh, ketemu, deh." Kedua jempolnya kemudian mengetikkan balasan. Astaga, sejak kapan membalas pesan bisa jadi semendebarkan ini?

 Astaga, sejak kapan membalas pesan bisa jadi semendebarkan ini?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Jatuh SukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang