"Ghe, ghe."
"Ngapain, sih, nelpon malem-malem ..." Suara serak Ghea menyapa indera pendengaran Hanin di tengah-tengah ributnya paduan suara kodok di area sawah terdekat. "Nin! Ini udah mau jam sebelas?! Emang ada hal penting apa, sih?"
"Gue enggak tahu ini merupakan hal penting bagi lo atau bukan ..." ujar Hanin sembari berpindah posisi berbaring menjadi ke arah kiri, menghadap jendela yang sudah tertutupi tirai. "Tapi, menurut gue pri-ba-di, ini penting!"
"Penting kenapa, sih?"
"Gue tadi ke rumah sakit, kan ... nah, enggak pernah gue duga bakal ketemu dia di parkiran rumah sakit! Bayangin, gak, lo! Ketemu Kak Aji ... di tempat yang gak keduga ... YA AMPUN, DIA DIEM DOANG GANTENG, GHE! Tapi, ekspresi dia di rumah sakit tadi bikin gue sedih ... lo tahu, enggak, kenapa?"
"Kuping gue sakit! Satu-satu ngomongnya bisa, enggak?" protes Ghea dengan suara yang pelan tapi terdengar jelas dia hampir berteriak. "Hampir aja gue teriak ... bisa diomelin kalau belum tidur jam segini ... jadi, lo ketemu Kak Aji? Di rumah sakit? Emang ngapain lo ke rumah sakit?"
Hanin refleks mengangguk. "Gue nganterin tas ke rumah sakit. Malem ini, abang sama Mama nginep di sana. Nah, pas gue balik ke parkiran, gue ketemu Kak Aji. Dia sendirian, pakai kemeja, terus pakai topi warna hitam. Ekspresi mukanya sedih gitu."
"Hm ... mungkin ada salah satu keluarganya sakit kali, ya?"
"Kayaknya bener, sih. Bang Yudhis bilang, emang ada yang kecelakaan tadi. Tapi, gue enggak tahu itu siapa."
"Lo enggak nanya langsung ke orangnya dia jenguk siapa?"
"YA KALI!"
"Santai aja, dong!"
"Yang mulai duluan siapa, sih?" Hanin mendengus kesal.
• j a t u h s u k a •
Koridor rumah sakit adalah salah satu tempat dimana masih banyak orang berlalu lalang pada jam segini. Mata mereka yang harusnya tertidur lelap, malah jadi terbuka lebar. Salah satu di antara mereka adalah Aji, yang kini duduk di kursi depan resepsionis, fokus dengan ponselnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jatuh Suka
Teen FictionMemangnya jatuh cinta pada pandangan pertama itu ada, ya? Ada. Hanin salah satu contohnya. Awalnya, sih, dia biasa-biasa aja sama pendapat tersebut. Malah Hanin sempat enggak percaya. 15 tahun hidup di bumi pertiwi, Hanin enggak pernah naksir yang n...