nine

7 1 0
                                    


Sejak pulang tadi Ezaya hanya merebahkan diri di kamarnya sembari membaca buku yang baru ia beli, tapi sesi baca nya terganggu saat Ryan masuk dan ikut merebahkan diri di sana.

"bang lu ngapa dah? Tiba-tiba pengen di sini, lu gak sakit kan?" tanya Ezaya curiga.

"zay, temen lu yang namanya Zahra itu punya saudara gak?" tanya Ryan balik.

Ryan membuatt Ezaya ikut berpikir ia membutuhkan waktu untuk menjawab.

"Zay, kok diem?" panggil Ryan

Ezaya mengerutkan alisnya ia bingung karna jujur dia sendiri saja tidak tau Zahra ini anak tunggal, sulung ataupun bungsu karna Zahra sendiri tidak pernah cerita bagaimana ia bisa tau.

"gue.. Juga gak tau." jawab Ezaya ragu.

"kok bisa gak tau, lu kan bestienya." ucap Ryan merasa jawaban Ezaya tak memuaskan.

"ya orang bocahnya aja gak pernah cerita, ya kali gue paksa kan gak sopan!" jelas Ezaya saat Ryan justru mencemberutinya.

Drttt drttt

Getaran dari saku celana Ryan menyadarkannya dari lamunan saat ia lihat rupanya itu telfon dari Tyo, teman kuliahnya.

"Ryan, buku yang elu beli di toko tadi kebawa sama gue besok ambil ya tapi jangan siang kalo siang gue pergi soalnya."

Ryan baru sadar ia pulang tanpa membawa satupun buku yang ia beli, ia pun mengiyakan untuk mengambil bukunya besok.

"iya besok gue ambil, simpen aja dulu yo." titah Ryan.

"oke, gue simpen sekalian nanti gue sharelock."

Tak lama kemudian sambungan terputus Tyo mematikan telfonnya sepihak, setelah telfon mati Ryan melirik ke arah Ezaya yang tengah asik berkutik dengan bukunya.

"besok anter yuk, kerumah temen gue" ajak Ryan pada Ezaya.

"kemana? Ngapain?" tanya Ezaya singkat pada dan jelas.

"ngambil buku gue yang ketinggalan, gak lama kok. mau ya?" pinta Ryan.

Ezaya tampak berpikir namun akhirnya ia tetap mengangguk.

"tapi pulangnya beliin gue kuota, plus es krim di tempat biasa gimana?" ujar Ezaya memberikan penawaran.

"oke, setuju!" dan seperti biasa selalu di akhiri dengan jabat tangan.

Besoknya..

"Zay, ayo cepetan!" panggil Ryan dari bawah saat Ezaya tak kunjung turun.

"iyaa ini juga udah, yuk!" Ezaya menyaut sambil memakai hiasan kalungnya.

"kalian mau kemana, pagi-pagi gini?" tanya Anara saat melihat anak-anaknya sudah rapih padahal ini hari minggu.

"ke rumah temen mah, buat ambil buku abang yang ketinggalan" jawab Ryan dan di angguki Ezaya.

"gak sarapan dulu?" lagi Anara bertanya.

"gak usah mah, kita sarapan di luar aja. Kita pergi ya, Assalamualaikum." Ryan dan Ezaya keluar dari rumah mereka menggunakan mobil milik Ryan yang di belikan Bryan sebagai hadiah ulang tahun, tahun kemarin.

Sebuah mobil berwarna hitam dengan tulisan 'Never give up' di kaca bagian belakang, Ezaya pelakunya ia menempelnya di sana.

Selama perjalana Ezaya fokus membaca google maps yang di berikan Tyo, semakin ia baca Ezaya semakin familiar dengan alamatnya.

Tapi dia tidak tau atau tepatnya tidak yakin.

"alamat ini.. "

Selama di perjalanan mobil begitu ramai padahal hanya ada mereka berdua, hal itu di sebabkan oleh keduanya yang rebutan ingin memutar musik kesukaan masing-masing.

ZAHENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang