eighteen

2 0 0
                                    


"jodohkan mereka."

Kalimat itu terus terngiang di kepala Bima ia tak menyangkan Alderic akan melangkah sejauh ini, Bima pikir Alderic akan puas hanya dengan ia mengijinkan putranya Mahen dekat dengan Geby tapi ternyata dugaannya salah.

Bima tak bisa membantah maupun menolak sebab Alderic memegang itu sebagai kunci untuk membuat Bima tetap patuh padanya.

Sial! Bima bingung ia ingin menceritakan ini pada Bella tetapi ia tidak tega setelah melihat Bella yang mendadak panas semalam.

Kondisi tubuh Bella mendadak sekali turum semalam hingga kini panas di tubuhnya belum juga reda, Bima bahkan harus mematikan AC di kamarnya agar Bella bisa berkeringat.
Bima mengelus kening Bella yang tengah tertidur ia merasa bersalah karna merahasiakan ini pada istrinya,  Bella.

Tapi ia belum siap jika masa lalunya di ketahui banyak orang sekalipun itu keluarganya.

Tok tok

Atensi nya teralihkan saat ketuka pintu terdengar, ia dapat mendengar suara putrinya dari luar.

"masuk Mila, gak papah kunci." ucap Bima.

Dia selalu berusaha selembut mungkin saat bicara pada putrinya ataupun istrinya.

"pah, mamah masih belum baikan?" tanya Kamila ia cemas karna semalam saat ia pulang kuliah dua orang dokter keluar dari rumahnya, ia pikir Mahen sakit tapi ternyata mamahnya.
Tadinya ia ingin membatalkan kelas hari ini dan izin pada dosen tapi Bima melarangnya dan menyuruhnya tetap kuliah karna takut sebentar lagi ujian.
"belum, kamu bisa liat sendiri panasnya belum turun juga kayaknya papah bakal libur lagi hari ini." ucap Bima di angguki Kamila.

"yaudah, aku berangkat ya? Beneran gak apa-apa pah?" Kamila bertanya lagi.

"gak papa sayang, udah sana berangkat! Ntar telat loh." Kamila mengangguk dan pamit ia tersenyum dan menghilang dari pandangan Bima saat pintu tertutup.

Belum ada semenit Kamila keluar Mahen masuk dengan seragan lengkapnya.

"pah, mamah gimana?" tanyanya sembari menjinjing tas di tangan kirinya.

"belum membaik." jawab Bima sembari membuka gorden kamarnya.

"Mahen tinggal gak papa?" tanya Mahen membuat Bima tersenyum kecil sangat kecil nyaris tak terlihat.

"sekolah aja sana, mamah masih ada papah pelayan juga banyak gak usah khawatir." ucap Bima.

"oke, aku berangkat ya?" sebelum benar-benar pergi Mahen menyempatkan menyium kening Bella dan pamit padanya dengan suara pelan.

Lagi dan lagi Bima tersenyum melihat tingkah putranya, senyum yang hanya bisa ia rasakan sendiri.

"dah pah!" sama seperti Kamila Mahen menghilang di balik pintu.

















Kemarin sore...

"Hit you whit that!"

"DU-DU-DU-DUN!"

Ezaya bernyanyi begitu keras dengan headphone di kepalanya yang memutar lagu dari grup asal korea,  hitam merah muda.

Ia bahkan tak sadar Ryan telah berdiri ambang pintu dengan berkacak pinggang, pemuda itu melempar tas berisi boneka babi itu ke kasur dan mendekati Ezaya.

Ezaya tak peduli ia tetap bernyanyi dan menari di hadapan cermin, sesekali ia mengedipkan matanya membuat Ryan bergidik ngeri.

"wisss udah siap debut gue!" ucapnya girang, tak lama ia melihat pantulam Ryan di cermin.

ZAHENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang