nineteen

2 0 0
                                    

Ryan dan Tyo berjalan berdampingan di lorong kampus tanpa tujuan, entah apa yang akan mereka lakukan mereka hanya bosan karna matkul yang seharusmya mereka isi kmhari ini mendadak di pindah besok.

Mereka terus berjalan hingga sampai di taman belakang kampus, Tyo menghentikan langkahnya saat ia lihaf Kamila tengah duduk sendirian di bangku taman.

Dengan senang hati ia menghampiri temannya itu berbeda dengan Ryan yang berdecak dan melangkah dengan rasa malas, ia hanya sedang tidak ingin berdebat sekarang.

"hayoh.. Ngapain di sini? Sendirian lagi." Tyo menempatkan diri tepat di sebelah Kamila.

Kamila menengok dan memasang wajah malas saat matanya menangkap sosok Ryan yang sedang memandang nya dengan tatapaj tak bersahabat.

Seakan tahu kedua temannya sedang saling lirik tajam membuat Tyo menghembus nafas lelah, ia jadi ingin jadi menjodohkan keduanya.

"di tanya malah lirik-lirikan, gue gak di anggap nih?" ucap Tyo membuat Ryan maupun Kamila membuang wajah.

Setelahnya Ryan mengambil bangku yang cukup jauh dari keduanya membuat Tyo menahan tawa pasalnya wajah Ryan yang sengaja di buat jutek membuat Tyo geli.

"Mila jawab dong, lo dari tadi ngelamun mulu.. Mikirin apa?" Kamila menyandarkan punggungnya pada kursi dan membuang nafas verat.

"mamah sakit," ia berucap rendah.

"tante Bella sakit? Kok bisa sakit apa?" Tyo menyampingkan badannya hingga menghadap Kamila.

"gak tau, kata papah semalem suhunya tiba-tiba naik bahkan sekarang pun masih panas, gue kepikiran terus." Kamila menutup wajahnya menggunakan sebuah buku yang sejak tadi ia pegang.

"trus kenapa gak pulang? Mau gue bantuin minta izin? Gak papa kok." Tyo menawarkan diri namun mendapat gelengan dari Kamila.

"gak usah, ngerepotin elo nantinya gue gak mau." tolak Kamila halus masih dengan buku di wajahnya.

"mending iyain aja dah, dari pada lo kuliah tapi pikiran lo di rumah buat apa gak bakal fokus juga, mending pulang sono!" bukan Tyo tapi Ryan yang menyahut.

"lo mau bantuin gue apa mau ngusir?!" Kamila terpancing ia menatap kesal Pada Ryan.

"udah gak usah marah, Ryan bener mending pulang sono! Gue yang bakal bantuin izin nanti." Tyo menepuk pundak Kamila agara gadis itu percaya.

"serius nih?" Tyo mengangguk membuat Kamila tersenyum.

Bergegas ia menaruh bukunya di tas dan berdiri ia memastikan sekali lagi takut jika itu merepotkan Tyo, Ryan mah bodoamat.

"iya udah sana Mila.. Lo kayak sama siapa aja."

Segera Kamila melangkah pergi dan mengucapka terimakasih, tak lama Tyo pun bangkit membut Ryan mengerutkan kening.

"kemana?"

"ke dosennya Kamila lah, masukin izin dia. Kenapa?" Tyo berhenti saat Ryan bertanya.

"lah terua gue, sama siapa? Lo tega ninggalin gue sendiri entar kalo gue di culik gimana?" Ryan berbicara seakan benar-benar akan ada yang menculiknya.

"lo bukan anak kecil! Terserah mau ikut apa enggak, kalo gak mau diem di sini tapi kalo mau ikut ayok!" Tyo melangkah lebih dulu meninggalkan Ryan.

"oke gue ikut, ogah banget di tinggal sendiri. Tapi gue ikut karna elo ya bukan si mak lampir." ucap Ryan.

"hmm." hanya deheman yang Tyo berikan sebagai respon.

Mereka berdua meninggalkan taman untuk ke lantai tiga di mana kelas Kamila berada semoga saja gurunya juga ada di sana.




























ZAHENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang