tweleve

4 1 0
                                    


Mahen membawa Ezaya ke lapangan basket indoor ia bersyukur karna di sana sepi,  mereka duduk di kursi penonton sama-sama menatap lapangan yang kosong tanpa pemainnya.

"Hen, itu beneran gak papa kita tinggalin temen lu? Kayaknya dia marah banget pas kita pergi, dia bukan pacar lu kan?" Ezaya bertanya sembari berusaha membuka tutup botol minumannya.

"santai aja kali, gak usah di pikirin dia bukan siapa-siapa gue. Sini gue bukain" Mahen mengambil minuman Ezaya dan ia bukakan tutupnya setelah terbuka ia kembalikan lagi pada pemiliknya.

"nih"

Ezaya menerimanya lalu meminumnya, ia menoleh tatapannya berhenti pada Mahen yang tepat berada di sampingnya,  posisi mereka begitu dekat hanya ada jarak dua jengkal saja.

Semakin di perhatikan rasanya semakin nyaman, wajah Mahen yang nyaris sempurna membuat Ezaya betah menatapnya berlama-lama,  hidung mancung mata besar serta rahang yang tajam begitupula dengan bibirnya yang kecil dan berwana merah muda seakan tak pernah menyentuh sebatang rokok.

Sadar ada yang menatapnya Mahen menoleh pada sisi kirinya, pada Ezaya.

Malu karna ketahuan menatal diam-diam Ezaya mengalihkan wajahnya dengan semburat merah di pipinya yang membuat pipinya memanas.

"lu ngeliatin gue?" tanya Mahen dengan suara beratnya.

Ezaya enggan menoleh ia terus menatap ke arah berlawanan, ingin rasanya Ezaya ingin pergi dari sini malu Ezaya benar-benar malu.

"gak! Gue gak ngeliatin elu kok, ge'er!" elak Ezaya membuat Mahen tersenyum jahil,  kini ia mendekat ke arah Ezaya hingga tak ada jarak lagi.

Mahen dekatkan wajahnya pada Ezaya mencoba membuat mata itu menatapnya, dan ia berhasil kedua netra itu saling pandang hingga sama-sama menimbulkan rasa nyaman.

Sebelum tenggelam terlalu dalam, Ezaya mendorong Mahen menjauh hingga pemuda itu mundur dan menjaga jarak.

Dan entah kenapa rasanya mendadak canggung, keduannya sama-sama diam tanpa ada yang memulai percakapan.

Hingga Mahen turun kelapangan saat melihat ada bola basket di bawah sana, ia memainkannya sebentar dan menatap Ezaya yang duduk dia di atas.

"maen yuk! Yang kalah ngerjain tugas yang menang?" tawar Mahen.

Merasa tertarik Ezaya mengangguk kebetulam tugasnya sedang banyak ia juga lumayan pintar, jadi bisalah.

Ezaya turun dan membuka almet seragamnnya begitupun Mahen kini mereka sama-sama hanya memakai seragam putih dan celana serta rok saja.

"mulai!"




















Di perpustakaan yang damai inilah Zahra menghabiskan waktunya, lembar demi lembar, kata demi kata ia baca dari buku novel itu.

Pandanganya begitu fokus pasa buku di hadapannya pendengarannya ia tutup dengan sepasang earphone yang mengalirkan musik pada  telinganya.

Zahra mengangkat kepalanya saat merasakan pergerakan pada kursi di hadapanya.

"permisi, gue boleh duduk di sini?"

Zahra mengangkat sebelah alisnya sembari menatap orang itu lalu kembali menutup wajahnya dengan novel tebal itu.

"jutek banget." Ucap orang itu tapi tak di dengar Zahra.

"lo baca apa? Udah lama di sini?" merasa orang di hadapanya hanyak tanya ia memutuskan menyelasaikan bacaanya.

Tak lama Zahra melepaskan earphone nya karna musik nya mati,  ia memasukan earphone nya pada saku seragam  dan beranjak pergi.

Orang yang tadi duduk di hadapannya memperhatikan Zahra bahkan saat gadis itu tertutup rak-rak buku.

ZAHENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang