Bodoamat!
"Yi... Gue mau ngomong,"
Hayi akhirnya memberikan semua perhatiannya ke Hanbin.
Adele-nya Korea itu memperhatikan lekat ekspresi Hanbin yang dari santai menjadi sedikit tegang. Senyum lebar yang biasa tersungging di bibir Hanbin kini lenyap. Hanbin berubah ke mode serius dan Hayi peka akan hal itu.
"Gue capek jadi temen lo,"
Hayi yang mendengar kalimat itu pertama kali hanya bisa mengerjapkan kelopak matanya cepat.
Jelas bahwa Hayi tidak pernah menyangka Hanbin bisa bertutur dengan kata-kata seperti itu di depannya.
"G-gimana maksudnya?" respons Hayi gugup. Bersamaan dengan itu, degup jantung Hayi mulai merambat dari pelan ke tempo cepat yang ugal-ugalan.
"Gue ngga mau lagi jadi temen yang supportive." jawab Hanbin.
Hayi masih diam memproses jawaban sang CEO muda di depannya. Bak dibawa naik turun wahana rollercoster, Hayi merasakan desir antusias sekaligus takut dalam hatinya.
"Yi, jadi pacar gue ya?"
Pertanyaan yang diikuti dengan ekspresi berharap sekaligus serius Hanbin kini terang-terangan menyentak Hayi.
=
Perasaan campur aduk menemani Hayi dan Hanbin yang kini duduk berdampingan di dalam mobil.
Kendaraan roda empat itu melaju pelan menuju apartemen Hayi.
Suasana malam itu serasi dengan keadaan hati kedua penyanyi muda tersebut. Tidak ada kata antara Hanbin dan Hayi. Mobil Hanbin berhenti di lampu merah dekat dengan gedung tempat tinggal Hayi.
2 menit terhitung mundur, saat itulah Hanbin memberanikan diri meremas pelan tangan Hayi.
Lagi, tidak ada kata dari keduanya. Suasana ini memang terlalu sulit untuk digambarkan.
Setelah kerlip hijau rambu dimulai, Hanbin kembali melepaskan tangan Hayi dan melajukan mobilnya.
Decit ban dan lantai terdengar saat mobil sang CEO berhenti parkiran basement apartemen.
"Udah sampai," ucap Hanbin singkat.
"Hmm," balas praktis Hayi.
"See you?"
Hayi membalas Hanbin dengan anggukan pelan dan hendak membuka pintu mobil.
Namun pergerakannya tiba-tiba terhenti karena Hanbin bergerak cepat menarik tangan Hayi.
"What?" tanya Hanbin.
"You said 'see you' and I already nodded." jelas Hayi.
"Udah gitu aja?" Hanbin semakin menuntut.
Hayi makin bingung jawaban apa yang diinginkan Hanbin. "Kan udah diiyain,"
"Kurang. 'Sayang' nya mana?"
Hanbin tertawa melihat wajah Hayi yang merah padam. Ia pun mengusak puncak kepala Hayi karena tak tahan dengan tingkah Hayi yang menggemaskan.
"Sama pacar sendiri kaku amat, Yi" ejek Hanbin.
"Malu......" rengek Hayi berusaha menutupi wajahnya.
==== FLASHBACK =====
"Yi, jadi pacar gue ya?"
Sudah 10 detik namun Hayi masih belum memberikan jawaban atas pernyataan cinta Hanbin.
Seiring detik berlalu, Hanbin mulai mempersiapkan kemungkinan terburuk yang akan terjadi pada hatinya.
"Gue salah ya, Yi?" tanya Hanbin.
Hayi mengangguk. "Iya,"
Mencelos hati Hanbin mendengar jawaban Hayi. Era patah hati Hanbin sepertinya akan segera dimulai.
"Harusnya lo liat kartu ucapan dari gue dulu baru nembak" lanjut Hayi.
Hah? Kartu ucapan?
Hanbin pun segera membuka tas berisi kado dari Hayi dan mencari secarik kartu.
Selanjutnya Hanbin membaca pesan yang ditulis Hayi. Semakin ia baca semakin lebar merekah senyum di wajahnya.
"Is it a YES?" tanya Hanbin.
Hayi memutar bola matanya. Ia kesal. Kenapa Hanbin harus bertanya lagi padahal yang tertulis di kartu ucapan itu cukup jelas menggambarkan perasaannya.
"Tau ah bodo!" ucapnya lalu beranjak pergi.
Namun Hanbin lebih cepat. CEO 131 Label itu berhasil menahan tangan dan merapat tubuhnya pada Hayi.
Sementara penyanyi HOLO itu makin tak berkutik karena tubuhnya terhimpit antara dinding dan tubuh Hanbin.
Hanbin berdiri di depan Hayi, sangat dekat hingga nafas Hanbin terasa menerpa puncak hidung Hayi.
"Hayi, dengerin aku baik-baik,
"Kayak yang kamu tulis di kartu itu. Aku juga mau jadi yang berarti buat kamu. Tapi aku udah muak dengan bahagia 'cuma' jadi temen kamu.
"I want more. Lebih dari sekedar teman, atau gebetan." ucap Hanbin dengan nada pelan hampir berbisik, namun penuh penekanan.
Hayi bak kehabisan kata-kata. "Bin..."
Hanbin meraih kedua tangan Hayi meremasnya pelan. "I wanna make you mine," tambah Hanbin.
"You already did," jawab Hayi tenang.
"I'll make you proud,"
Kali ini Hayi menatap mata Hanbin teduh. "You always makes me proud,"
"So.... kita jadian?"
Hayi tersenyum, "Iya,"
Hanbin tidak bisa lagi menahan senyumnya. "Boleh panggil sayang?"
"Boleh,"
Tangan Hanbin kini berpindah tempat. Satu bertengger manis di tengkuk Hayi, sementara satunya mengelus pipi Hayi dengan hati-hati. "Boleh cium?" tanyanya.
Hayi sejenak, namun ekspresinya melunak. "Bo-mmmpphh!"
====
Aku tidak sanggup menulis angst jadi fluff aja ya guys....
Kalian suka cerita yang 🔞 ngga? Kalo mau baca plis komen yaa.