B.P.Y.A 16.

10.9K 739 6
                                    

Pertama aku menginjakkan kakiku, di sini, di Jakarta, aku hanya melihat punggungnya yang berlalu dariku, menandakan dia tidak bisa aku raih, aku hanyalah masah lalunya, tidak perna lebih dari itu!.

Hari berikutnya kami pergi ke perayaan ulang tahun rumah sakit yang menjadi tujuan utama kami, dan sedari tadi aku fokus pada kegiatan kak Reysan yang terlihat serius, aku sangat penasaran dengan itu semua, membuatku mengubah ubah espresiku dari cemberut, mengerutkan keningku, berpikir, sebbal, sampai mendengus, tapi tetap tidak di pedulikan olehnya.

Hingga aku ngerecokinya, sampai aku tahu pokok permasalahannya, saat aku merebut smartphone kak Rey', berani beraninya dia mengacuhkanku sejak tadi, sejak kepergian kami dari Hotel.

Aku tertawa terbahak bahak, membaca chat lebaynya.

"Haha... Zakila Kak Reysan selingkuh sama Aliasyah, pake emotikon lope lope sama cium ciuman..", pekikku berbinar binar, melihat kearah smartphone kak Reysan, aku mengira dia laki laki yang kaku dengan perempuan, ternyata dia bisa juga suka, dan menyatakan cintanya.

Kak Reysan di tempatnya mengerang marah, melihatku, mungkin, "Beca.. balikin enggak!, kamu enggak maukan Kakak marah!!", desisnya, mengintimidasi.

Tetapi aku tidak memperdulihannya, tetap mengotak atik smartphone kak Reysan.

"wih kangen!, gue saja yang pergi kemana pun, tidak ada yang kangenin, mati pun mungkin begitu enggak ada yang peduli!!", seruku asal.

Tapi itu kenyataan aku pergi darinya, dia tidak mempedulikannya, sempat kah dia mencariku?, aku rasa jawabannya tidak, memang siapa aku ini?, aku bukan siapa siapanya.

Aku melihat kearah kak Reysan, di bola matanya terpampang jelas kalau dia sedang marah besar, mendengar perkataanku tadi, tapi sunggu itu jawaban spontanku saja.

"Mami, Papi, dan kakak, enggak pernah ngajarin loh!, mengatakan seperti itu, percuma kami menyekolahkan loh tinggi tinggi, dan sejauh ini, kalau pikiran loh, masi sempit!!", desis, kak Rey', tajam, membuatku terisak di tempatku.

Ya Papi, Mami, dan Kak Reysan, tidak pernah mengajarkan kami seperti itu yang mereka lakukan adalah memberi kami semangat menjalani hidup, dan pantang menyerah menghadapi segala hal, jika jatuh masih ada kesempatan berikutnya, dan begitu seterusnya.

Hiks... "Maafkan Rebeka Kak..", kataku segera menghapus kasar air mataku yang langsung mengalir di pelupuk mataku, menunduk.

Ya!, perkataan kak Reysan benar seharusnya aku tidak ngotot sekolah di Jakarta saat itu, seharusnya aku keafrika!, sehingga tidak perna bertemu dengannya.

"Sepulang dari sini, loh nggak bisa keluar keluar lagi!, kakak nggak akan biarkan loh keluar lagi!!", tambah kak Rey', tapi tidak ayal, menarikku kedalam pelukannya, aku membalas pelukan kak Rey', menyembunyikan kepalaku di dada bidangnya, aku menangis sejadi jadinya, dan aku juga merasakan Zakila mengusap usap bahuku dari belakang, penuh sayang, menguatkanku.

Menandakan masih banyak yang menyayangiku, dan semarah marahnya kak Rey' padaku dia tetap menyayangiku.

"Gue sayang sama loh Beca, Papi Robet, Mami Rosaline, Roy, Kak Reysan, apalagi siapa tuh yang selalu ngejar ngejar oh, ah!!, james!!", pekik Zakila mengingat kanku dengan Jemes Regaldo Oias, rekan kerja Reysan yang sangat tergila gila pada ku.

Mengingat James moodku jadi berubah dongkol aku menyiku lengan Zakila memperingatkannya, berani beraninya dia.

"Haha.. ya!. Jemes dia sangat susah payah mendapatkan restu dari kakak!, dia sudah mendapatkan restu dari Rio!, dia membelikan PS5, keluaran terbaru!", kata kak Rey', tertawanya renyah, memancingku, aku juga mendengar cekikikan tertahan Zakila, mereka memancing emosiku, membuatku lupa dengan kesedihanku, benar benar rencana brilian.

Berserah Padamu ya Allah {Story 5}.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang