01.

1.9K 169 6
                                    

U N H O L Y
unholy
. . . . .
"Ketidaksetiaan dan penghianatan, aku sudah merasakannya, dengan bukti nyata."

—————enjoy!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

—————
enjoy!

Kedua tungkai kaki lelah kini melangkah lemah dengan pelan, menyusuri jalanan sunyi menuju rumah sang pejalan. Ia memikirkan, kejutan apa yang didapatkannya hari ini setelah lelah bekerja seharian. Terkadang menangis seorang diri di dalam kamar pun tak membuat orang itu sadar.

Mungkin akal sehat manusia tak tahu diri telah hilang bersama para jalang jalangnya, bersama sperma sperma yang telah dikeluarkan pada lubang bekas orang lain. Padahal di dalam rumah tersebut masih ada sang istri sah, sayangnya wanita itu tidak bisa berbuat apa apa selain menyaksikan. Mereka takut melawan, lebih baik terdiam daripada dibuat kesakitan.

Taeyong, nama lelaki tersebut, berjalan menyusuri gang gang sempit yang kumuh, tentunya banyak sampah berserakan. Namun ia tidak peduli, terpenting menurut Taeyong sekarang adalah ia harus bertemu ibunya, memberikan makanan karena memang belum sempat. Kasihan, ibunya pasti menunggu, di kamar seorang diri sebab penyakit stroke menyerang sejak perilaku buruk sang ayah muncul.

Tanpa mengetuk pintu, Taeyong mendorong pembatas hingga terbuka -benar! Dugaannya selalu benar, ayahnya membawa perempuan baru lagi ke rumah, bersetubuh di sofa dengan tidak tahu malunya. Desahan mereka bersahutan begitu memekakan gendang telinga, berisik.

Engga peduli, pria manis itu terus melangkah menuju kamar ibunya. Ia mengetuk pintu sejenak, ingin melihat keadaan cinta pertamanya. "Bu? Yongie masuk ya? Yongie bawa makanan, kita makan sama sama." panggil Taeyong halus. Dengan telinga menempel di daun pintu, karena demi apapun!!

Mereka berdua berisik sekali!!!

"Shhhh ahhh sayanggghhhh ber-berhenti dulu itu ada anakmu shhhh." pinta sang perempuan.

Nyatanya, ayahnya -ohhhh bahkan Taeyong enggan mengakui bahwa pria itu adalah ayahnya, terlanjur sakit. Ibunya dicampakkan setiap hari tanpa henti, anak mana yang akan terima? Seorangpun tidak mau.

Bukannya menurut, desahan mereka semakin nyaring terdengar di penjuru rumah beserta suara peraduan kulit. Sungguh, itu sangat menjijikkan untuk di dengar. Apa mereka tidak mempunyai malu? Setidaknya mencari tempat lain, bukan di ruang tamu, bagaimana jika tetangga datang? Ahh benar, mana mungkin mereka berpikir seperti itu, otak saja sudah tidak punya.

Berdecak dalam hati lantaran rasa jijik, Taeyong pergi ke dapur, mengambil piring dan membuatkan ibunya teh herbal. Giginya ia tekan kuat hingga kebas, ia marah, namun tidak bisa melawan. Ingin mencari tempat baru tetapi tidak mempunyai biaya, untuk makan saja ia masih pas pasan.

Hanya dirinyalah sebagai tulang punggung, jangan ditanya ayahnya. Terkadang saja Taeyong masih di mintai uang, yahh tentunya untuk jajan di jalanan.

Setelah selesai, Taeyong bergegas masuk ke kamar ibunya. Menutup pintu rapat, berharap suara menggelikan itu sudah tidak terdengar. Bibirnya seketika tertarik ke atas, senyuman bahagia dan juga sedih.

Di sana, di atas kasur, ibunya tengah menutup diri dengan selimut, kepalanya dibungkus dengan bantal. Pasti hati perempuan itu sakit sekali. "Bu, makan dulu, ini yongie bawakan kesukaan ibu." dengan penuh perhatian. Taeyong membawa raga ibunya untuk bersandar pada kepala ranjang.

Tangannya secara reflek terulur membersihkan jejak air mata, pria bajingan, hanya pria bajingan lah yang bisa membuat istrinya menangis. "Cukup ya? Yongie tidak mau ibu terlarut dalam kesedihan, biarlah dia berbuat semaunya. Apa perlu kita pergi dari rumah ini? Yongie bisa mencarikan tempat tinggal baru, lebih layak." entah yang keberapa kali Taeyong mengatakan hal sama. Membujuk ibunya agar pergi dari rumah terkutuk ini.

Dan jawaban sama pun selalu Taeyong dapatkan. Wanita berhati malaikat ini masih memikirkan nasib suaminya.

Katanya 'Ayahmu masih butuh ibu disini, tak apa ibu tidak dianggap, terpenting ibu masih menjalankan kewajiban ibu sebagai seorang istri, kecuali jika kita telah berpisah. Mari membuat lembaran baru, berdua.'

"Nanti kita carinya sama sama ya? Ibu tidak tega lihat kamu pergi pagi dan pulang sore terus. Ibu juga mau bantu kamu."

"Ibu ga perlu pikirkan itu, terpenting kita pergi dulu. Urusan uang, bisa yongie urus kok." anak itu tersenyum lembut, memeluk raga sang ibu. Kepalanya menyandar pada bahu tegar tersebut. "Yongie lebih khawatir dengan kesehatan ibu, semakin lama kita di sini, rasa pengkhianatannya semakin kental."

"Ibu percaya, ayahmu akan berubah seiring berjalannya waktu." usapan pada rambut Taeyong rasakan. Dengarlah, wanita sebaik ini saja masih diberikan sakit yang sangat besar. "Tunggu ya? Jika ibu sudah tidak tahan, ibu akan bilang ke kamu, jangan sedih anakku."

Menutup mulut, Taeyong tidak bisa membantah sama sekali. Bagaimanapun ini adalah pilihan ibunya, ia berhak menghargai itu, sekalipun bertentangan dengan pilihannya. Taeyong bisa apa? Hanya menjaga.

"LEE SIALANNN?! KEMARI KAU ANAK TAK BERGUNA!! KELUAR!! JANGAN MENGURUSI WANITA PENYAKITAN YANG KAU SEBUT IBU!!" teriakan makian terdengar dari luar. Taeyong menghela nafas kasar.

—————
t b c.
don't forget support me^ tq.
follow, vote and comment.

.

nb : haii aku bawa satu lagi cerita, openingnya kurang memuaskan maaf ya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


nb : haii aku bawa satu lagi cerita, openingnya kurang memuaskan maaf ya. mungkin cerita ini nanti lebih banyak plot twist kedepannya. see u❤❤❤
btw, boleh tolong pencet bintang di pojok kiri, makasih [ cute ]

( ✅ ) unholy, jaeyong.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang