03.

819 118 15
                                    

U N H O L Y
unholy
. . . . .
"Ketidaksetiaan dan penghianatan, aku sudah merasakannya, dengan bukti nyata."

————enjoy!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

————
enjoy!

Keduanya berpandangan, menyelami perasaan masing-masing bersama dengan keterkejutan. Taeyong memandang sosok itu sayu, seorang pria tak dikenalnya rela bergabung di bawah hujan, memayungi kepalanya dengan salah satu telapak tangan agar terlindung dari derasnya air. Yang satunya digunakan untuk mengelus pipi Taeyong, belum berpindah semenjak kejadian tautan bibir tersebut.

"Dingin ya?" orang itu bertanya, mendekat ke arah lawan lalu memberikan pelukan hangat, jaketnya telah basah, namun setidaknya ia bisa membuat Taeyong hangat karena suhu tubuh. Alhasil, Taeyong benar-benar terlindung, badannya tenggelam dalam pelukan orang asing itu. "Mata kamu merah, bibir kamu pucat —tapi masih manis." tuturnya.

Ditepuknya secara lembut si mungil kemudian di gendongnya untuk dibawa ke tempat aman, hujan masih turun deras. Tidak baik jika keduanya berlama lama di sana. Mereka bisa terkena demam.

"Nyaman." Taeyong bergumam lirih, wajahnya mendusal ke dada seseorang yang memeluknya. Sangat nyaman. "Taeyong, Lee Taeyong. Kamu?" tanya Taeyong mendongak, matanya yang memerah itu terbuka lebar kala orang itu kembali mengecup bibirnya lembut, lalu menggesekkan hidung mereka.

"Jung Jaehyun. Maaf, aku tidak bisa berhenti mencium mu, kamu manis, sayang." Jaehyun mendekap Taeyong gemas, merapatkan tubuh keduanya kemudian ia gerakkan ke kanan kiri. Demi Tuhan, Jaehyun tidak berbohong tentang ucapannya tadi.

Mereka tertawa —namun tawa paling kencang adalah milik Jaehyun, sementara Taeyong tersenyum sambil memejamkan mata. Rasanya, inilah tempat yang dirinya cari sedari dulu, tempat yang bisa memberikannya ketenangan. "Seperti ini sebentar, ya?" pinta Taeyong, dan Jaehyun mengangguk singkat.

"Jaketnya lepas dulu, udah basah. Sini aku bantu." dengan telaten, pria Jung itu membantu Taeyong. Jemarinya menyisir helaian rambut si manis yang basah sebab hujan, tersenyum singkat setelahnya mengecup kening Taeyong.

Ia kembali mendekap tubuh mungil, menepuk nepuk punggung sempit Taeyong teratur. Jangan lupakan dadanya yang beralih fungsi sebagai bantalan. Jaehyun menyukainya, menyukai bagaimana wajah kelelahan itu terpejam erat seolah tidak ada beban yang hinggap di pundak, tak apa pahanya pegal, Jaehyun malah suka. Jaehyun juga menikmati, menikmati raut wajah tenang Taeyong, kadang juga saat ia melirik, terdapat guratan samar pada dahi. Refleks naluri nya menyuruh ia untuk mengelus dahi si manis. Dinginnya malam, entah kenapa tidak berpengaruh kepada mereka, bahkan suara gemuruh hujan sama sekali tidak terdengar.

"Selamat tidur, manis." ucapnya pelan. Sepertinya, seseorang di pelukannya ini sangat kelelahan. Maka Jaehyun membiarkan, menunggu sampai hujan reda. Lalu pulang ke kost an sambil membawa anak kucing yang ia dapatkan —(Taeyong). Tak lupa, Jaehyun membeli makan malam.

( ✅ ) unholy, jaeyong.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang