Ohm duduk bersimpuh diatas lantai, Memandangi tubuhnya sendiri yang terbaring dan ditutupi kain putih. Ia juga melihat adik perempuannya yang menangis tersedu sedu.
"Gue... Beneran udah meninggal? Terus kenapa gue masih disini?" Gumam Ohm.
"Mau gue bantu jawab ngga?" Suara seseorang mengejutkan Ohm. Seorang perempuan berambut hitam panjang tiba tiba muncul dan duduk disampingnya.
"Arwah kaya lo ini yang sering disebut arwah penasaran. Ada beberapa alasan kenapa lo bisa jadi arwah penasaran. Mungkin lo belum ikhlasin kematian lo, Bisa juga ada urusan lo yang belum terselesaikan di dunia ini."
"Yah... Mungkin karena gue belum bisa nerima kenyataan kalo gue udah meninggal. Lo bayangin aja, Pulang party langsung mati."
"Ah kayanya ngga deh, Gue liat liat lo udah legowo kok walaupun masih kaget. Beberapa arwah penasaran yang gue temui tuh dia meraung raung, Nangis nangis minta balik ke tubuhnya. Nah yang kaya gitu tuh definisi arwah penasaran karena belum ikhlas menerima kenyataan kalo dia udah meninggal. Orang orang kaya gitu tuh kebanyakan matinya karena pemerkosaan, Pembegalan, Kecelakaan, Intinya yang tragis tragis deh."
"Terus lo sendiri arwah penasaran bukan?"
"Net not net not, Gue penunggu disini. Wujud asli gue hitam tinggi besar dan sering nongkrong di pohon deket parkiran. Cuma kalo gue tunjukin wujud gue yang kaya gitu, Bisa bisa lo lari kocar kacir ntar."
"Lo mau bantu gue buat nyelesain urusan gue di dunia ini ngga?"
"Waduh sorry dorry tapi gue sibuk. Yaudah sih gue cuma mau ngasih tau itu aja. Good luck bestie!"
Setelahnya sosok itu benar benar menghilang tanpa jejak. Ohm mencari cari kemana perginya perempuan itu namun ia justru melihat ayahnya berjalan mendekat.
"Ayah... Kak Ohm udah ngga ada..." Love, Adik perempuan Ohm memeluk ayah mereka erat erat. Dengan gemetar Mew membuka kain penutup yang menutupi sekujur tubuh putranya. Betapa hancur hati lelaki itu melihat anak sulungnya terbujur kaku tak bernyawa setelah mengalami kecelakaan maut.
Mew tak menangis, Ia hanya mengelus punggung putri bungsunya berulang kali untuk menenenangkan anak itu. Namun mata Mew tak dapat berbohong, Mereka berkaca kaca.
"Ayah ngga nyangka hidup kamu akan berakhir seperti ini nak." Ucap Mew. Ia mengelus dahi Ohm yang sudah dingin.
"Ayah... Love..." Dari kejauhan Ohm memanggil keluarganya. Ohm sendiri tak mampu menahan tangis. Ia memeluk lututnya sendiri dan menangis.
"Ayah, Gimana keadaan kak Nanon?" Tanya Love.
"Saat ini Nanon belum sadar, Tapi keadaannya sudah cukup stabil."
Ohm mengangkat kepalanya setelah mendengar pembicaraan ayah dan adiknya.
"Nanon masih hidup?"
***
Tangis Love kian menjadi jadi tatkala peti jenazah Ohm dimasukkan kedalam ambulans. Disamping Love ada Mew yang berusaha menenangkan putrinya.
"Ayah, Love, Maaf ya. Aku ngga ikut pulang sama kalian." Gumam Ohm. Ia merasa bersalah telah menjadi alasan kedua orang yang ia sayangi menangis malam ini.
"Om Tay..." Mata Ohm melebar saat melihat Tay mendekati ayahnya.
"Pak Mew, Saya turut berduka cita atas apa yang terjadi pada Ohm. Semoga Pak Mew dan keluarga diberikan ketabahan dalam menghadapi cobaan ini. Ohm anak yang baik, Dia mencintai anak saya dengan begitu tulus, Untuk itu saya berterima kasih kepada Ohm melalui Pak Mew."
"Iya Pak Tay, Terima kasih banyak. Saya juga mau minta maaf karena kelalaian anak saya menyebabkan putra bapak terluka. Sekali lagi saya minta maaf ya, Barangkali ada kesalahan yang Ohm lakukan semasa hidup."
Mereka berdua berpelukan. Baik Ohm maupun Nanon memang telah mengenalkan orang tua masing masing. Setelah berbincang sedikit, Tay pamit untuk pergi.
'Kalo gue ikutin Om Tay, Mungkin gue bisa ketemu Nanon.' Ohm membatin. Ia lantas mengikuti Tay yang berjalan menyusuri lorong lorong rumah sakit.
Langkah Tay terhenti di depan sebuah ruangan. Begitu pintu terbuka, Ohm bisa melihat Nanon terbaring lemah diatas ranjang.
"Nanon, Aku minta maaf ya. Gara gara aku kamu jadi luka gini. Maaf Non, Aku minta maaf..."
"Mild, Jenazah Ohm udah dibawa pulang sama keluarganya." Tutur Tay pada istrinya. Mild yang duduk di samping ranjang putranya hanya menghela napas.
"Kasian, Ohm anak baik. Dia sering bantu aku kalo main kerumah mas. Sekarang Ohm udah ngga ada. Yang aku pikirin sekarang adalah... Gimana kalo nanti Nanon sadar dan nyari Ohm? Anak kita pasti bakal sedih banget kalo tau orang yang dia sayang udah meninggal mas."
"Aku juga ngga bisa ngebayangin gimana sedihnya Nanon kalo dia tau yang sebenarnya. Tapi kita bisa apa Mild?"
Ohm terdiam mendengar obrolan suami istri itu. Ia menatap mereka bergantian.
***
Setelah beberapa jam tak sadarkan diri, Pagi ini Nanon mulai sadar. Perlahan matanya terbuka, Terasa begitu berat namun tetap ia paksakan. Cahaya matahari yang masuk melalui jendela menyilaukan mata anak itu.
Pemandangan selanjutnya yang Nanon lihat adalah dua orang yang berada di sisi sisinya. Nanon tak mengenali mereka.
"Nanon sayang, Kamu udah sadar nak?" Mild mengelus lembut kepala putranya.
"Kamu... Siapa?" Tanya Nanon dengan polosnya. Tay dan Mild saling beradu pandang. Merasa ada yang salah dengan putranya, Tay memutuskan untuk pergi memanggil dokter.
"Kamu lupa? Ini bunda nak, Bunda kamu, Bunda Mild."
"Bunda?" Nanon masih nampak kebingungan.
"Akibat kecelakaan yang menimpanya, Nanon mengalami amnesia. Tidak perlu khawatir, Amnesia ini sifatnya sementara. Cepat atau lambatnya ingatan Nanon kembali, Tergantung seberapa keras usaha yang dilakukan."
Penuturan dokter barusan membuat Tay terdiam. Ia tak tahu harus senang atau sedih. Nanon mengalami amnesia, Namun itu berarti Nanon kehilangan ingatan termasuk ingatannya tentang Ohm. Bukankah lebih baik jika ingatan tentang Ohm tak kembali lagi? Nanon tak perlu merasa sedih dan kehilangan jika ia bisa benar benar melupakan sosok Ohm.
"Sayang, Ini bunda nak. Kalo ini ayah, Ayah Tay. Kamu tenang aja ya, Ayah dan bunda akan bantu memulihkan ingatan kamu." Tutur Mild dengan penuh kelembutan.
"Kenapa aku bisa ada disini?" Nanon bertanya. Ia juga penasaran mengapa tubuhnya terasa sakit.
"Kamu mengalami kecelakaan saat pulang naik motor. Untungnya kamu ngga kenapa napa nak. Kita khawatir banget begitu denger kabar dari rumah sakit."
Mild menatap suaminya dengan tatapan heran. Mengapa Tay menceritakan kisah yang salah pada putra mereka? Apa yang sedang direncanakan oleh laki laki itu?
"Aku... Ngga mencelakakan orang lain kan yah? Ngga ada yang jadi korban kan?" Tay menggeleng dan tersenyum pada Nanon.
"Nanon ngga usah khawatir, Semuanya baik baik aja." Ujar pria berusia 40 tahunan itu.
'Ayah minta maaf nak, Ayah cuma ngga mau kamu sedih.'
Hi guys, Jangan lupa vote yaa