Mild mengetuk pintu kamar Nanon berulang kali karena anak itu sudah berpesan untuk dibangunkan agar bisa pergi mencari bahan tugas. Tak lama Nanon membukakkan pintu.
"Jadi kan beli bahan buat tugasnya? Mau bunda temenin?" Tanya Mild.
"Ngga usah bunda. Aku mau beli sendiri aja."
Nanon menatap wanita di hadapannya. Ia terpaksa berbohong karena belum siap berterus terang kalau ingatannya sudah kembali.
'Apa bunda turut andil dalam kebohongan ayah?' Tanya Nanon dalam hati.
Nanon kemudian bersiap siap dan pergi menggunakan ojek. Bukan, Ia bukan pergi untuk membeli bahan seperti yang dikatakan kepada sang bunda.
Tempat yang Nanon tuju untuk pertama kali adalah rumah Ohm. Saat ini ia berdiri di depan gerbang rumah Ohm. Nyali Nanon seketika menciut. Ia sempat berpikir untuk pulang saja. Namun pikiran itu segera ia buang jauh jauh. Tangan Nanon mendorong gerbang tersebut. Nanon tahu, Gerbang rumah Ohm tidak pernah terkunci.
"Love." Nanon memanggil seorang gadis yang duduk di teras. Gadis itu duduk dengan ditemani seekor anjing kecil.
"Kak Nanon..." Seperti mimpi, Love akhirnya bertemu seseorang yang sudah hilang bagai ditelan bumi. Adik Ohm itu berdiri dan berjalan menghampiri Nanon. Keduanya berpelukan, Pelukan yang sangat erat.
"Kak Nanon kemana aja..." Tutur Love. Matanya berkaca kaca, Ia sangat merindukan laki laki itu.
"Nanti aku ceritain. Kamu apa kabar?"
Nanon melepas pelukan dan mengelus kepala Love. Gadis kecil itu sudah banyak berubah. Love bukan lagi seorang perempuan pemurung yang suka mengurung diri di kamar.
"Aku baik kak. Ayo masuk dulu, Ketemu sama ayah."
"Ayah kamu lagi di rumah?"
"Sekarang ayah selalu pulang cepet. Ayah ngga pernah lembur sampe malem semenjak Kak Ohm meninggal."
Love menggandeng tangan Nanon dan mengajak laki laki itu untuk masuk ke dalam. Di dalam, Ada Mew yang sedang duduk menonton tayangan televisi.
"Ayah, Liat siapa yang dateng." Tutur Love. Mew menoleh dan terkejut melihat Nanon berdiri di samping putrinya.
Tangis Nanon tak tertahankan lagi, Ia berlari menghampiri Mew dan memeluk laki laki itu. Mew sendiri juga tak kuasa menahan tangis. Melihat Nanon membuatnya merindukan Ohm. Mereka seperti satu kesatuan yang tak terpisahkan.
"Menantu om akhirnya dateng. Apa kabar nak? Gimana kuliahnya?"
Nanon tak sanggup berucap meski hanya sepatah kata. Ia terus menangis di pelukan Mew.
"Om Mew, Ohm beneran udah ngga ada ya?" Bodoh, Nanon melontarkan pertanyaan yang jelas jelas ia sendiri tahu apa jawabannya.
"Ssst, Kita duduk dulu yuk, Ngobrolnya sambil duduk biar enak."
Mew merangkul bahu Nanon dan mengajak anak itu duduk di sofa. Dari dulu, Nanon memang sangat dekat dengan keluarga Ohm. Ia akrab dengan ayah dan adik kekasihnya.
"Aku mau minta maaf karena aku ngga dateng pas pemakaman Ohm. Waktu itu aku bener bener ngga tau, Dokter bilang aku amnesia setelah kecelakaan. Ayah juga bilang kalo kecelakaan yang aku alami adalah kecelakaan tunggal, Ngga ada korban jiwa dalam kejadian itu. Aku pikir setelah kecelakaan malem itu, Semuanya udah baik baik aja."