3 hari setelah dirawat di rumah sakit, Nanon sudah diperbolehkan pulang. Tay memilih untuk melakukan rawat jalan. Bukan tanpa alasan Tay mengambil tindakan tersebut. Ia buru buru membawa Nanon keluar dari rumah sakit karena dirinya takut teman teman Nanon akan datang dan mengingatkan Nanon pada sosok Ohm. Tay ingin Nanon memulai lembaran baru tanpa perlu mengingat masa lalu.
"Mas, Apa kita ngga terlalu buru buru? Kita biarin Nanon istirahat disini sampai beberapa hari kedepan." Ucap Mild pada suaminya.
"Ngga Mild, Nanon istirahat di rumah aja."
"Aku tau kamu melakukan ini karena kamu ngga mau Nanon ketemu temen temennya. Kemarin kamu juga ngelarang Khao buat jenguk Nanon kan? Mas, Kamu ngga seharusnya membatasi Nanon dengan teman temannya. Mereka mungkin bisa membantu memulihkan ingatan Nanon."
"Aku ngga mau ingatan Nanon pulih. Aku ngga mau dia jadi inget Ohm dan sedih karena kehilangan kekasihnya. Aku cuma mau anak kita hidup bahagia tanpa perlu merasa bersalah, Mild."
Mild mengerti niat Tay sebenarnya baik. Namun ia juga tak membenarkan tindakan suaminya yang berusaha begitu keras untuk memisahkan Nanon dengan orang orang di masa lalunya.
"Cepat atau lambat, Nanon akan mendapatkan ingatannya kembali. Ia akan ingat kalau dirinya pernah mengalami kecelakaan dengan seorang laki laki yang merupakan kekasihnya dan laki laki itu meninggal ditempat. Ingatan lamanya akan kembali, Tapi ingatan barunya ngga akan menghilang. Dia bakal inget gimana ayahnya bohongin dia tentang apa yang terjadi padanya. Mas, Aku tau maksud kamu baik. Aku tau kamu cuma mau jaga perasaan Nanon. Semoga langkah yang kamu pilih ngga menjebak kamu sendiri kedalam lubang kebohongan."
Mild pergi meninggalkan Tay yang nampak termenung. Namun Tay bukanlah orang yang mudah goyah. Pendiriannya kuat, Ia tetap berpegang teguh pada rencananya.
***
Nanon memperhatikan jalanan yang penuh sesak oleh kendaraan. Ayah dan bundanya hanya diam di depan. Nanon tak peduli, Ia lebih memilih untuk melihat jalanan dari luar kaca mobil daripada berbincang dengan mereka. Di samping Nanon ada Ohm yang duduk diam, Tatapannya lurus ke depan.
Masih teringat jelas di benak Ohm bagaimana mobilnya tertabrak truk dan terguling. Ia juga ingat sesakit apa dirinya saat sekarat. Dengan nafas tercekat ia berusaha bertahan hidup. Namun darah yang mengucur deras dan luka yang amat parah membuat ia harus meregang nyawa di usia muda.
Ohm menoleh kearah Nanon yang membelakanginya. Senyum laki laki itu terbit. Ia bersyukur Nanon baik baik saja. Setidaknya Nanon tak perlu merasakan jadi arwah penasaran seperti yang ia rasakan.
'Apa aku harus bersyukur meski kini tubuhku terkubur sementara jiwaku masih tak tentu arah? Non, Apapun yang terjadi padaku, Aku tetap bersyukur karena apa yang terjadi padaku, Tak terjadi padamu jua.'
***
Tangan Nanon meraih gagang pintu kamarnya. Begitu terbuka, Ia bisa melihat seisi ruangan yang tertata rapi. Benar benar rapi seperti ruangan baru. Dari belakang Ohm mengikuti Nanon. Ia melihat figura figura di dinding yang isinya sudah diganti. Tak ada lagi foto fotonya dengan Nanon. Yang Ohm lihat justru foto foto pemandangan.
'Fotoku sama Nanon kemana?' Batin Ohm. Ia juga tak melihat foto Nanon bersama teman temannya yang lain.
"Nanon sekarang istirahat aja di kamar ya, Bunda mau masak buat makan malem."
"Iya bunda."