Ohm menatap jalanan yang tak asing baginya. Jalan yang biasa ia tempuh untuk pulang ke rumah. Saat ini Ohm melewati jalan itu lagi, Namun bukan untuk pulang. Ia berada di dalam mobil bersama Nanon dan kedua orang tuanya. Hari ini mereka akan pergi ke rumah Om Nanon yang sudah dibicarakan beberapa hari lalu.
Tanpa Ohm sadari, Nanon memperhatikannya. Jika benar Nanon tak memiliki teman sama sekali, Itu berarti Ohm adalah teman pertamanya. Terkadang Nanon membayangkan, Pasti akan sangat menyenangkan jika Ohm adalah manusia sepertinya. Ia bisa berbincang dengan Ohm tanpa takut dipandang aneh oleh orang, Toh Ohm adalah teman bicara yang baik.
Bukan hanya Ohm yang merasa tak asing dengan lingkungan ini, Nanon juga berpikir demikian. Ia merasa seperti pernah melewati jalan ini beberapa kali.
"Ayah, Aku sering lewat jalan ini ya? Rasanya kaya ngga asing." Ucap Nanon pada Tay yang tengah fokus menyetir.
"Hah? Ngga kok. Kita lewat jalan ini kalo mau ke rumah nenek dan rumah om kamu doang Non."
"Masa sih? Aku kaya sering gitu loh liat suasana kaya gini."
"Lingkungan kaya gini mah dimana mana juga ada Non. Mungkin kamu pernah lewat tempat yang suasananya kaya gini juga."
Mild hanya diam mendengar omong kosong yang diucapkan suaminya. Ia masih bertanya tanya mengapa Tay berusaha begitu keras menutupi fakta yang sebenarnya.
Sampai melintaslah mereka di depan rumah Ohm. Pintu rumahnya tertutup rapat, Begitupun pagar tinggi yang mengelilingi rumah tersebut.
'Love, Kamu apa kabar? Kamu baik baik aja kan? Maaf kakak ngga bisa nemenin kamu. Semoga lukamu cepet sembuh, Anak baik.'
***
Jarak yang ditempuh keluarga Nanon cukup jauh dan memakan waktu. Ditambah kemacetan yang kian memperpanjang durasi. Bosan menunggu, Nanon memutuskan untuk tidur. Disamping Nanon, Ohm tersenyum menatap wajah kekasihnya yang tengah terlelap.
Ragu ragu, Ohm mendekatkan jari telunjuknya kearah Nanon. Ia tak tahu apakah dirinya bisa menyentuh Nanon atau tidak. Sebab selama beberapa hari ini Ohm dan Nanon tak pernah bersentuhan. Selalu ada jarak tiap kali mereka berbincang.
Ohm menggigit bibir bawahnya saat rambut Nanon bersentuhan dengan jari telunjuknya yang berarti Ohm masih bisa menyentuh Nanon. Ada perasaan senang sekaligus sedih dalam diri Ohm.
Sekali, Dua kali, Tiga kali Ohm membelai lembut kepala Nanon. Ia berusaha agar tidak membangunkan anak itu. Belaian lembut Ohm adalah yang terbaik. Dulu, Tiap kali mereka tidur bersama entah Nanon menginap di rumah Ohm atau sebaliknya, Ohm akan memberikan belaian lembut kepada Nanon menjelang tidur.
Belaian dari orang yang sama, Namun dengan suasana yang berbeda. Sepertinya Nanon sangat kelelahan sehingga ia tertidur dengan begitu pulas. Ia bahkan tak sadar kepalanya telah bersentuhan dengan pintu mobil. Menyaksikan itu, Dengan sangat hati hati Ohm membantu mengubah posisi kepala Nanon agar lebih nyaman namun justru membuat anak itu bangun.
Ohm sontak melepaskan tangannya dari kepala Nanon yang masih setengah sadar. Putra Tay itu menguap dan melihat kearah luar kaca mobil yang memperlihatkan pemandangan jalan raya.
"Masih jauh ya yah?" Tanya Nanon. Tay tertawa mendengar pertanyaan putranya.
"Bentar lagi Non. Kenapa? Cape? Kalo cape tiduran aja, Nanti ayah bangunin kalo udah nyampe."