Sejak saat itu Boun seolah-olah menghilang dari kehidupan Prem, Prem merenung dalam mobil rumah sakit yang membawa mereka pulang ke apartemen.
Hari ini Ohm sudah boleh pulang dari rumah sakit, bersama Pharm dan Tee mereka pulang ke apartemen. Tee memutuskan untuk tinggal sementara membantu Prem, dan Pharm sudah berjanji akan berkunjung setiap hari untuk mengecek kondisi Ohm dan melakukan terapi rutin.
Kata Pharm, Boun memutuskan mengambil tugas perjalanan ke Eropa dan mungkin akan kembali dalam waktu yang lama. Dada Prem terasa nyeri, ketika sekali lagi mengakui kenyataan itu kepada dirinya sendiri, Oh ya, dia merindukan Boun, sangat merindukannya. Ternyata cinta memang bisa tumbuh tanpa direncanakan. Prem mencintai Boun. Dia tidak tahu kapan perasaan ini bertumbuh. Dia hanya tahu dia mencintai Boun, itu saja.
"Aku tidak menyangka bosmu yang kelihatannya sombong itu bisa begitu baik, meminjamkan apartemennya." Ohm memecah keheningan, menatap Prem dengan sedikit menyelidik, dia bertanya-tanya karena akhir-akhir ini Prem begitu murung.
"Aku yang membujuknya." Pharm yang duduk di kursi depan cepat-cepat menjawab, tahu bahwa Prem pasti kebingungan dengan pertanyaan Ohm itu, "Boun adalah sahabat suamiku, aku bilang merawatmu penting bagiku, karena kamu adalah salah seorang yang selamat dari kecelakaan yang menewaskan suamiku. Jadi Boun mau meminjamkan apartemen itu, toh apartemen itu tidak terpakai."
Diam-diam Prem dan Tee menarik napas lega mendengar kelihaian Pharm menjawab. Mereka sampai di apartemen, dan Prem mendorong kursi roda Ohm memasuki ruangan itu.
Begitu mereka masuk tanpa sadar Prem mengernyit, semua kenangan itu seolah menghantamnya. Di sini, di apartemen ini dia menghabiskan waktu berdua dengan Boun, makan malam bersama, bercakap-cakap bersama.
"Apartemen yang sangat bagus, kita beruntung Prem, bos mu sangat baik." Ohm mendongakkan kepalanya ke belakang menatap Prem sambil tersenyum. Mau tak mau Prem memaksakan senyuman di bibirnya. Kuatkah aku berada di sini? Apalagi di kamar itu... Prem melirik kamarnya, tempat Boun juga menghabiskan sebagian besar waktunya di sana. Tidak! Aku tidak mau masuk lagi ke kamar itu!
Dengan cepat dan efisien mereka menyiapkan segalanya sehingga bisa Ohm di terapi dan beristirahat dengan nyaman di kamarnya. Tee menjaganya sebentar, lalu berpamitan untuk kembali ke rumah sakit, berjanji akan pulang dan menginap di sini nanti malam.
Setelah memastikan Ohm tertidur pulas, Pharm menyeduh teh dan mengajak Prem duduk di ruang depan."Dia sudah kembali dari Eropa." Pharm membuka percakapan, menatap Prem dari atas cangkir kopi yang diteguknya.
Seketika itu juga hati Prem melonjak, tahu siapa yang di isyaratkan sebagai 'dia' itu. "Apakah dia baik-baik saja?" tanya Prem pelan.
Pharm tersenyum mendengar kelembutan dalam suara Prem,
"Kau itu baik hati ya, sudah menerima arogansinya yang tidak tanggung-tanggung, tetapi masih saja mencemaskannya." dengan pelan Pharm meletakkan cangkirnya, "Yah, dia baik-baik saja, sedikit kurus, terlalu memaksakan diri dan jadi pemarah seperti beruang terluka, tak ada yang berani menyinggungnya dan mendekatinya dalam radius 100 meter kalau dia sedang mengeluarkan aura pemarahnya, bahkan direktur keuangan memilih berhubungan dengannya via telepon." Pharm terkekeh. Lalu wajahnya berubah serius melihat kesedihan Prem, "Yah.... dengan melupakan fakta kalau akhir-akhir ini dia lebih seperti mayat hidup daripada manusia, sepertinya dia baik-baik saja."Prem memalingkan wajahnya dengan pedih, "Dia menderita Prem..." desah Pharm kemudian, "Aku tidak pernah melihatnya seperti ini sebelumnya."
"Sudah..." Prem tidak tahan lagi mendengarnya, penderitaan Boun serasa mengiris-iris hatinya, "Sudah aku tidak mau mendengar lagi."
Pharm menarik napas, "Tapi tadi dia memintaku menyampaikan pesan kepadamu."
Kata-kata Pharm yang menggantung membuat Prem menoleh, tertarik,
"Pesan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
A ROMANTIC STORY ABOUT YOU AND ME (BOUNPREM VER)
FanfictionDua manusia yang seharusnya tidak pernah bersilang jalan, kini dipertemukan oleh keadaan. Dua manusia yang saling membenci satu sama lain, tetapi dikalahkan oleh hasrat dan kebutuhan. Hubungan mereka panas membara, luar biasa panas sampai mereka bis...