Prem hampir saja terlambat kerja, dia menarik napas panjang melihat jam absennya, hanya kurang satu menit. Dengan segera dia melangkah masuk ke mejanya, teman-teman seruangannya sudah mulai sibuk bekerja. Prem pun mulai berkonsentrasi, tapi matanya hanya menatap kosong ke layar komputer, pikirannya mengingat kejadian semalam dan dia mengernyit. Dia merasa murahan sekali, menjual diri kepada laki-laki itu tetapi terlena dengan rayuannya. Mau bagaimana lagi, lelaki itu adalah jelmaan Eros penakluk wanita dengan segala pengalaman dan keahliannya, sementara Prem baru pertama kalinya bercinta. Tuhan, ampunilah dosa-dosaku. Prem memejamkan matanya dan menundukkan kepalanya sebelum mulai menenggelamkan diri dalam pekerjaan.
"Iya, aku juga tidak menyangka." suara berbisik dua rekan disebelahnya menarik perhatian Prem, "Rasanya seperti bukan Khun Boun." Mendengar nama lelaki itu disebut mau tak mau Prem menajamkan telinganya, mendengarkan. "Tadi kami serombongan habis sarapan berpapasan dengan Khun Boun, kami hanya menunduk karena biasanya bos besar itu hanya melirik dari sudut matanya, mengangguk selama sedetik lalu pergi dengan acuh tak acuh."
Wanita itu menghembuskan napas takjub, "Tapi tadi.. astaga! Khun Boun bahkan berhenti, tersenyum ramah dan menanyakan kabar kita semua..." suaranya terpekik hampir histeris, "Dan saat melihat senyumnya yang sangat jarang itu, kami bukannya menjawab semuanya malah terpesona dengan mulut menganga, ada yang mencoba menjawab tapi yang keluar hanya suara tercekik." lanjutnya menggebu-gebu.
"Khun Boun sama sekali tidak merasa terganggu dengan sikap konyol kami. Dia malah tertawa geli dan melambaikan tangan ramah sebelum pergi, benar-benar anugerah tak terlupakan! Menurutmu..."
Prem segera beranjak berdiri ke kamar mandi, tak tahan lagi mendengarkan pujian-pujian terhadap laki-laki itu. Tapi tetap saja dia ikut bertanya-tanya. Prem terpekur di depan pintu kamar mandi. Dia berpikir mengenai perubahan sikap Boun di kantor, dia itu memang selalu memasang wajah dingin, ketus dan jarang bicara, banyak wanita di sini yang takut sekaligus memujanya karena sikap itu, tapi kenapa dia bisa berubah ramah?
"Memikirkanku?"
Suara yang diucapkan dengan pelan dan lembut itu membuat Prem membalikkan tubuhnya mendadak dengan terlonjak kaget dan hampir menabrak orang yang berdiri dibelakangnya. Matanya langsung bertatapan dengan mata kecoklatannya yang tajam, obyek pikirannya. "Dan kenapa kau ada di sini? Di lorong menuju kamar mandi lantai 3 padahal kau punya kamar mandi sendiri di ruanganmu." tanpa sadar Prem mengucapkan pertanyaannya keras-keras yang disambut suara tawa Boun, "Aku sedang menemui kepala personalia di lantai yang sama, tiba-tiba ingin ke toilet, tidak bolehkah?" suaranya semakin melembut, lalu matanya berubah tajam. Dan Prem mengenali tatapan itu, tatapan kalau...
"Damn! Aku sudah amat sangat merindukanmu!"
Dengan cepat Boun meraih Prem, lalu menciumnya, dengan gairah menggebu-gebu seolah-olah sudah lama tidak berciuman, padahal baru tadi pagi mereka melakukan seks. Suara percakapan yang sayup-sayup mendekat membuat Prem terperanjat, dengan secepat kilat didorongnya Boun dan dia setengah berlari masuk ke toilet.
Didengarnya suara Boun dengan ramah membalas sapaan orang-orang yang baru datang ke toilet. Suaranya terdengar biasa saja bahkan sedikit kegembiraan kecil terselip di sana. Apa lelaki itu merasa geli atas sikapku? Sialan! Tak sadarkah dia kalau menyergapku seperti itu di toilet kantor benar-benar tindakan nekat? Jantungku saja masih berdentam-dentam dengan kuatnya seakan ingin meloncat dari tempatnya... Tapi... Prem mengernyit, apa jantungku berdetak keras karena ketakutan... atau karena ciuman spontan yang tidak diduga itu...?
~A Romantic Story About You & Me~
"Kau tampak senang." Drake menatap Boun yang sedang memeriksa berkas kontrak kerja mereka dengan supplier baru. Boun mengalihkan tatapannya dari berkas di mejanya dan menatap Drake muram, "Bukannya itu bagus? Tapi kenapa aku mendengar nada mencela dari suaramu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
A ROMANTIC STORY ABOUT YOU AND ME (BOUNPREM VER)
FanficDua manusia yang seharusnya tidak pernah bersilang jalan, kini dipertemukan oleh keadaan. Dua manusia yang saling membenci satu sama lain, tetapi dikalahkan oleh hasrat dan kebutuhan. Hubungan mereka panas membara, luar biasa panas sampai mereka bis...