"Seorang pelacur harus diperlakukan seperti pelacur."
Kata-kata Boun yang diucapkan dengan nada dingin dan ketenangan menakutkan itu seolah-olah bergaung di ruangan yang hening itu.
Lelaki itu sudah melepaskan kemejanya, dan membuka ikat pinggangnya lalu meletakkannya di ujung ranjang. Matanya begitu dingin, ekspresi wajahnya tenang, terlalu tenang, hingga membuat Prem gemetar cemas."Kau... Harus... Mendengarkan." Prem masih mencoba, meskipun melihat ekspresi wajah Boun, ia tahu ia tidak akan berhasil. Boun terlalu marah, dia terlalu dibutakan oleh kemurkaannya.
"Lepaskan kemejamu, Prem." gumam Boun datar.
"Boun..." wajah Prem langsung pucat pasi mendengar perintah yang diucapkan tanpa ekspresi.
"Lepaskan." nada suara Boun begitu menakutkan. Mungkin Prem akan lebih berani menghadapi jika Boun berteriak-teriak marah dan membentaknya. Tetapi lelaki ini begitu tenang hingga menakutkan.
Dengan gemetar Prem melepas kancing demi kancing kemejanya. Menatap Boun dengan wajah memohon, tetapi pria itu tidak terpengaruh.Setelah seluruh kancing kemeja Prem terlepas, dia berdiri sambil menggenggam kemejanya yang terbuka dengan kedua tangannya erat-erat, berlutut di ranjang itu, memohon belas kasihan kepada pria yang berdiri di tepi ranjang dan tampak kejam.
"Aku bilang lepaskan kemejamu, Prem." suara Boun tetap lembut dan terkendali, tapi entah kenapa Prem semakin gemetar mendengarnya, dengan sudah payah dia melepaskan kemejanya dan menjatuhkannya ke kasur, menatap Boun tanpa daya.
"Sekarang celananya." sambung Boun setelah mengamati tubuh Prem tanpa malu-malu, membuat seluruh wajah dan tubuh Prem merah padam.
"Tidak...!" Prem berusaha membantah, dia tidak mau dilecehkan seperti ini, dipaksa membuka baju dihadapan laki-laki yang sama sekali tidak menghargainya.
"Aku bilang celananya!" suara Boun sedikit naik, tetapi tetap tenang. Matanya menatap tajam tak terbantahkan, hingga mau tak mau Prem bergerak melepaskan celananya, air mata mulai mengalir di mata Prem.
Hening cukup lama, Boun terdiam sambil menatap Prem tajam. Dan Prem berlutut di ranjang itu dengan tubuh gemetaran, berusaha memeluk tubuhnya sendiri dengan kedua tangannya.
"Lepas pakaian dalammu."
"Tidak!!" dengan was-was Prem berseru, tanpa sadar tubuhnya beringsut ke ujung ranjang, ketakutan.
Sikapnya itu malah menyalakan api kemarahan di wajah Boun, pria itu sudah tidak setenang tadi.
"Kenapa tidak Prem? Pelacurku? sudah tak terhitung berapa kali aku melihatmu telanjang, dan kau melakukan semuanya dengan sukarela, kan? Demi uang tiga ratus juta..." suara Boun terdengar jijik, dia melangkah maju mendekati ranjang dan secara otomatis Prem langsung beringsut mundur menjauh.
"Aku membeli tubuhmu seharga tiga ratus juta, seharusnya tubuhmu itu bisa ku pergunakan semauku, tetapi aku terlalu baik padamu, memberimu kemewahan, tidak menyentuhmu di saat kamu sakit, merawatmu... itu semua terlalu baik untukmu." mata Boun tampak menyala, "Dan kau dasar pelacur tak bermoral! bukannya mensyukuri kebaikan hatiku, kau malah merayu sahabatku...!!!"
"Kau salah paham Boun." Prem mulai menangis terisak.
Tetapi Boun tetap mengeraskan hatinya. "Aku tidak mungkin salah paham dengan apa yang ku lihat dengan mata kepalaku sendiri."
Dengan gerakan secepat kilat Boun meraih kedua lengan Prem, sebelum Prem sempat menghindar dan menempelkan tubuh Prem ke tubuhnya sendiri."Kalian berciuman!! kau membiarkan dia menciummu!! menjijikkan sekali dimataku." Napas Boun mulai terengah-engah, lalu mendorong Prem ke bantal membuatnya terbanting kasar disana.
Prem berusaha menghindar, berusaha melepaskan diri dari tindihan badan Boun yang keras dan berat, berusaha melepaskan diri dari cengkeraman tangan Boun yang kuat dan tanpa ampun.
![](https://img.wattpad.com/cover/232706104-288-k658555.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
A ROMANTIC STORY ABOUT YOU AND ME (BOUNPREM VER)
FanfictionDua manusia yang seharusnya tidak pernah bersilang jalan, kini dipertemukan oleh keadaan. Dua manusia yang saling membenci satu sama lain, tetapi dikalahkan oleh hasrat dan kebutuhan. Hubungan mereka panas membara, luar biasa panas sampai mereka bis...