THIO - Permainan 20.3

22K 2.9K 285
                                    



Jangan lupa vote, komen, share cerita ini dan follow akun WP ini + IG @akudadodado.

Thank you :)

🌟



"Kamu?"

"Aku apa?" tanyaku balik.

"Kalau bisa balik ke masa lalu, kamu mau ubah apa?"

Aku melihat ke langit-langit rumah. "This is easy. Aku ikut Kristina dan Oliv keliling Eropa." Mataku lalu kembali ke arah cowok itu yang menaruh 100 persen perhatiannya padaku. Remasan pelan di sekitar otot betis menggoda mataku untuk tertutup. Aku berulang kali menahan diri untuk tidak menguap hingga mataku berair.

"Kenapa nggak jadi ikut?"

"Karena kamu dan Andini menikah. Itu tiket kami beli dari tahun lalu sewaktu ada promo. Nggak tahunya kalian mau nikah."

"Terus tiketmu hangus?"

Aku mengangguk dua kali. "Mau gimana lagi. Ibu minta aku supaya datang." Jesse memegangi belakang dengkulku dan menariknya ke arah cowok itu. Kepalaku melorot turun dari bantal, sedangkan setengah dari pahaku kini berada di atas kaki Jesse. "Ih, ngapain tarik-tarik, sih?" Aku menggunakan siku untuk menyanggah tubuh dan kembali ke posisi semula. "Itu dua pertanyaan."

Jesse mencibir, "Mau tanya apa?"

"Kamu olah raga apa?" Ini adalah pertanyaan yang dulu tidak pernah Jesse jawab dan kesempatan ini akan aku gunakan untuk mengeruk jawaban darinya.

"Macam-macam. Seringnya ke gym dan Kickboxing."

Nah, kan? Pantas saja pahanya segede beton bangunan, atau lengannya yang sebesar kepalaku. Tapi memang secara keseluruhan, Jesse besar. "Gym mana? Ada Personal Trainer yang bisa kamu rekomendasiin?"

Jesse menepuk-nepuk paha bagian luarku dengan kedua tangannya, lalu meletakkan telapaknya yang terbuka lebar pada lemakku yang masih bergoyang. Ini orang memang ngajak ribut, sih.

"Mau ngapain?"

"Sok-sok nggak tau lagi. Itu kamu lagi ngejek, kan?" tuduhku sambil menunjuk kedua tangannya yang kembali melakukan gerakan yang sama. "Aku mau kecilin paha. Dulu sempat ke gym sama Kristina, tapi nggak nemu PT yang cocok." Atau mentalku saja yang memang terlalu tempe dan langsung mencoret PT itu dari list saat dia mengejek berat badanku atau lingkar pahaku yang terlalu besar, menurut dia. Aku tahu, sih, banyak PT yang menggunakan sistem seperti itu dengan tujuan membangun. Tapi aku bayar mahal bukan untuk dikatai seenak udel.

"Aku nggak ngejek," kata Jesse sambil menyengir, "ini gemes banget." Kedua telapaknya lalu lanjut meremas paha bagian bawahku dan langsung aku ganjar dengan tendangan ke perutnya.

Sial, perutnya saja kencang juga.

Jesse mengaduh pelan lalu mengelus perutnya secara langsung dengan mengangkat permukaan kaosnya sedikit, sehingga kulit-kulit yang baru aku lihat mengintip dari sana. "Kenapa ngotot banget mau kecilin paha, sih?"

"Ini gede banget. Mau cari celana juga susah."

"Ya sudah, nggak usah pakai celana," ujar cowok itu enteng dan aku melemparkan bantalan sofa ke wajahnya yang tertawa. "Bisa pakai rok," lanjutnya setelah bantal itu jatuh ke lantai. "Ini nggak gede, kok." Jesse melebarkan kesepuluh jari dan melingkarkannya di pahaku hingga jemarinya bertemu.

"Kata orang yang aku yakin lemak di tubuhnya nggak sampe lima persen dan tangannya segede kaki Bigfoot."

"Kalau mau buat kesehatan, bisa sama aku aja. Aku sudah lumayan lama di sana dan sudah terbiasa sama peralatannya."

"Ini trik lama kamu supaya bisa grepe-grepe cewek di gym, ya?"

Jesse tergelak, tapi cowok itu sama sekali tidak menampik ucapanku. Aku membuat kesimpulan bahwa apa yang aku ucapkan asal tadi benar adanya. Dasar buaya darat satu ini. Aku mulai berpikir ucapan Kamal tadi 100 persen benar; cowok yang tengah tertawa di depanku ini adalah biang playboy.

Urgh. Aku lebih tahan berhadapan dengan biang parfum dibanding biang playboy.

"Enggak lah. Sudah punya istri, ngapain grepe-grepe cewek lain." Jesse menaik turunkan alis tebalnya seraya tersenyum yang membuat sudut bibirku berkedut. "I need to make my record straight. Ada beberapa alat yang memang perlu bantuan dan itu bukannya aku yang tawarin. Mereka yang nanya bisa dibantu atau enggak."

Aku hanya menggelengkan kepala. "No, thank you. Mau minta nama gym aja dan minta rekomendasi PT. Aku mau ajak Kristina. Olivia mungkin mau juga kalau ada yang ganteng di sana. Atau Kamal juga di sana nggak? Dia kayaknya suka Kamal." Aku sedikit bersemangat membahas hal ini. Menyingkirkan Olivia agar tidak merusuhi hidupku adalah dengan memberikan persembahan cowok untuk membuatnya sibuk. Mengorbankan Kamal adalah pilihan pertama yang terlintas di kepalaku saat melihat sahabat Jesse itu.

"Dia terdaftar di sana, tapi jarang-jarang datang. Kamal lebih sering ikutan Kickboxing."

Aku bersorak riang di dalam kepala. Aku tidak perlu mengeluarkan jurus bujuk rayu yang mendayu-dayu pada Olivia dengan Kamal yang menggantung di ujung joran.

"Kalau nggak ngurutin lagi, minggir." Aku mencoba menggerakkan kakiku, tapi Jesse menahannya dengan menempelkan di sisi tubuh cowok itu, lalu mengapitnya dengan lengan. Sehingga Jesse masih tetap berada di kedua pahaku yang terbuka lebar karena badannya besar.

"Enggak mau," sahutnya keras kepala. "Kecuali kalau kamu lapar lagi dan mau makan. Kita masih ada pizza kayaknya."

Menarik. Aku sempat tergoda untuk menerima tawaran itu, terutama itu jalan keluar untuk posisi kami yang membuatku kikuk ini. "Mau." Padahal kami baru makan camilan tepat sebelum tamu-tamu kami pulang.

Aku menunggu untuk Jesse mengejek nafsu makanku yang besar ini, tapi cowok itu tidak melakukannya. Dia hanya mengangkat salah satu tungkaiku dan menyatukannya di punggung sofa. Tidak ada tanda-tanda akan mengeluarkan ejekan atau sindiran.

"Tapi maunya duren," sambungku saat Jesse hendak berdiri dan bantal bersarang di wajahku yang tertawa.

25/11/22

Please help. Part mana dari cerita Ali dan Jess yang kalian suka? Atau yang bikin gemes atau yang mau kalian denger dibacain orang?

Terima kasih buat yang sudah mau jawab!

Terima kasih buat yang sudah mau jawab!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
The Honeymoon Is Over [FIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang