🍷 Enam

602 75 2
                                    

Jihyo terdiam di tempatnya dengan mulut yang sedikit terbuka saat maniknya bertemu dengan manik Minho yang kini menatapnya dengan tatapan polos. Ia tidak tahu bagaimana mengatakan ini, tapi sudah lama sekali sejak ia terakhir kali melihat manik itu menatapnya seperti ini. Ada rasa bahagia di hatinya yang menemani rasa khawatirnya karena keadaan sang adik. Menelan ludahnya susah payah, gadis cantik itu lalu tersenyum sebelum membuka mulutnya--hendak mengatakan sesuatu pada sang adik.

"Kamu..."

Diam sesaat, kata yang baru saja terucap terasa asing. Tapi, memang seharusnya kata itu yang digunakan bukan?

"Kamu gimana keadaannya?"

Minho tidak menjawab, lelaki itu masih menatap Jihyo dengan tatapan yang sama--membuat sang kakak tersenyum lebih merekah dengan tangan yang terulur meraih tangannya untuk digenggam.

"Yang mana yang sakit?"

Masih tidak menjawab, Minho lalu menoleh ke sisi brankar yang lain, di mana Hyunjin--orang pertama yang ia lihat saat bangun setelah kecelakaan--berada. Hyunjin yang paham maksud tatapan Minho ikut tersenyum seperti Jihyo.

"Dia kak Jihyo, kakaknya kak Minho."

Masih ada jeda, pemilik wajah manis itu baru mengangguk pada detik ke sekian sebelum kembali menatap Jihyo sambil menggumamkan 'kakak' tanpa suara.

"Apa yang sakit, dek?"

Jihyo kembali mengajukan pertanyaan itu setelah maniknya kembali bertemu dengan manik Minho. Ia kini sudah duduk di sisi brankar--sambil menghadap Minho--dengan tangan yang menggenggam lembut tangan adiknya.

Minho sendiri memilih diam sesaat, melirik genggaman tangannya dan Jihyo sebelum menggeleng kecil lalu kembali menatap sang kakak, "Gak ada," jawabnya kemudian dengan lirih.

"Syukurlah."

Jihyo bergumam mengucap syukur dengan tangan lain yang bergerak mengelus tangan Minho. Demi apapun, ia ingin menangis saat ini. Rasanya sudah lama sekali mereka tidak terlibat pembicaraan seperti ini. Karena belakangan sang adik terus menatapnya dengan tatapan tidak suka, seakan mereka adalah musuh besar.

"Kakak kenapa?"

"Eh?"

Jihyo tersentak, ketika sebuah pertanyaan Minho ajukan secara tiba-tiba. Lalu, saat ia mendongak, matanya kembali bertemu dengan tatapan polos yang sama.

"Kakak nangis?"

"Kak, lo nangis?"

Dua pertanyaan serupa diajukan oleh dua orang yang bersamanya saat ini. Sukses membuat Jihyo menggeleng lalu kembali tersenyum merekah. Lalu, pada detik selanjutnya, sukses membuat Minho menggerakan tangannya untuk menyentuh sudut matanya yang berair.

"Tapi ini kenapa?"

"Gak apa-apa," jawab Jihyo cepat, "Oh ya, kamu nanti ketemu sama temen kakak ya, dia yang selama ini selalu ngelakuin apa aja buat kamu."






•oblitus•








"Chan?"

Chan yang sedang fokus menatap orang-orang yang berlalu lalang di depan sana, hanya berdehem pelan ketika Younghoon memanggilnya. Saat ini mereka sedang berada di sebuah pelabuhan di mana kapal-kapal besar yang membawa kontainer sering berlabuh.

"Jihyo nelpon, minta lo ke rumah sakit."

"Hah?"

Lalu, ketika Younghoon mengatakan tujuannya memanggil sepupunya itu, Chan langsung menatapnya.

"Jihyo minta lo ke rumah sakit."

"Minho kenapa?"

Tapi, bukannya menjawab apa ia akan ke rumah sakit atau tidak, si Bang itu malah mengajukan pertanyaan lain--yang sukses membuat Younghoon menatapnya curiga.

"Gak apa-apa, katanya udah sadar terus lo diminta ke sana."

Diam sesaat, Chan tidak langsung menjawab ucapan Younghoon. Ia lebih memilih untuk memikirkan alasan kenapa Jihyo memintanya ke rumah sakit. Lalu, ketika jawabannya tidak ia temukan sama sekali, ia menggeleng sambil menatap ke depan lagi.

"Nanti aja, gue mau ngurusin ini dulu."

Di tempatnya, Younghoon hanya mengangguk. Lalu, mengajukan sebuah pertanyaan yang sukses membuat Chan kembali menatapnya.

"Gue masih penasaran deh, Chan. Lo sebenernya ada apa sih sama adeknya Ji?"

"Kenapa lo nanya?"

"Penasaran tadi. Lo gak pernah kayak gini soalnya," sahut Younghoon cepat, "Lo kan orangnya bodoh amat, gak pedulian. Tapi pas dengar kabar adek Ji kecelakaan, respon lo cepet banget kayak itu yang kecelakaan nyokap lo. Lo juga ngebut dan keliatan khawatir banget pas di jalan ke rumah sakit."

Chan tidak menjawab, ia hanya menatap Younghoon saja. Membuat sepupunya itu nembuka mulutnya dan mengatakan kalimat lain lagi.

"Gue awalnya mikir kalo lo sama dia pasti ada hubungan yang baik, mirip sama Ji atau lebihlah. Tapi pas denger lo diusir sama temennya dari rumah sakit sama Hyunjae yang bilang kalo dia nganggep lo setan, gue jadi gak yakin. Lo sebenernya ada apa sama dia?"

Diam lagi, Chan memilih kembali menatap ke depan. Tidak ada suara yang ia keluarkan setelah itu, membuat Younghoon menatapnya saja sambil menunggu apa yang ia katakan. Lalu, pada detik kesekian, ia menghela napas sebelum mengatakan sesuatu.

"Gak ada apa-apa."

"Dan lo tahu gue gak bakal percaya."

"Tapi emang gak ada apa-apa," ucap Chan lagi sebelum mendongak dan menatap langit, "Dia cuma orang yang punya hati gue."

•oblitus•




















Thank you...

o b l i t u s •• banginho/minchanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang