🍷 Dua Puluh Empat

398 62 1
                                    

"Ya itu, gue nemu kayak buku harian dia. Bukan gue yang buka ya, cuma pas gak sengaja gue liat, udah kebuka. Tulisannya ya itu, dia suka sama lo, Chan. Gue pas liat itu ya diem aja, namanya juga bocah SMP baru suka-sukaan, makanya gue gak bilang siapa-siapa."

Mengerjap beberapa kali, Minho lantas mundur selangkah dengan tangan yang mendorong pelan pintu kamarnya hingga tertutup rapat. Diam selama beberapa saat, pemilik marga Lee itu lantas menatap ke arah meja yang ada di dalam kamarnya--ada sebuah buku dengan kertas berwarna coklat pudar di sana.

Belum juga ia bergerak, suara knop pintu yang ditekan membuatnya mundur tiga langkah ke belakang. Dan tepat setelah itu, pintu terbuka dengan wajah Chan yang langsung muncul dari baliknya.

"Kok bangun lagi?" lelaki Bang itu langsung mengajukan pertanyaan ketika manik mereka bertemu, "Tadi kan udah tidur."

Menggeleng kecil pada tempatnya, Minho hanya menggumamkan kata 'haus', membuat Chan mengangguk saja.

"Ya udah tunggu bentar, gue ambilin minum."

Lalu, saat si manis memberikan jawaban dengan anggukan singkat, lelaki Bang itu kembali menarik pintu hingga pintu kembali tertutup.

Setelah Chan pergi, Minho berbalik. Ia berjalan ke arah meja di mana buku tadi masih dalam keadaan terbuka. Pada halaman yang terbuka itu, di halaman sebelah kiri hanya tertulis satu kalimat, sedang di halaman sebelah kanan terdapat banyak coretan sehingga kalimat-kalimat yang tertulis di situ tidak dapat dibaca dengan baik.

Menghela napas pelan, pemilik marga Lee itu lantas menutup buku itu sebelum menyimpannya ke dalam salah satu laci di meja itu. Setelah menyimpan buku itu, Minho memilih untuk duduk di sisi ranjang sambil menunggu Chan kembali dengan air untuknya.



"Lo suka sama dia?"

"Kenapa sih?"

"Ya gue cuma nanya aja. Lo suka sama dia?"

"Urusan lo?"

"Bukan sih. Tapi, gue cuma mau ngasih tahu sesuatu sama lo. Mending, lo lupain dia aja deh. Dia lebih deket sama kakak lo tuh. Dan gue liat-liat, mereka kayaknya saling suka. Dari pada lo sakit hati, mending lo lupain aja."



"Dia itu... kak Chan," bergumam samar, pemilik marga Lee itu lalu menggenggam kedua tangannya sendiri, "Tapi, kak Chan sama kak Ji gak pernah saling suka. Buktinya, sekarang kak Ji pacaran sama kak Sangyeon. Dan gue ingat, kak Chan sama kak Ji itu sahabatan. Iya, gue ingat mereka emang sahabatan."

Diam selama beberapa saat, Minho lantas menatap ke arah pintu dengan otak yang sibuk bekerja memikirkan percakapan singkat tadi.

"Tapi, siapa yang ngomong kayak gitu sama gue?"

Ya, siapa yang berbicara dengannya dalam percakapan itu?

Masih sibuk menggali ingatannya tentang percakapan itu, kepalanya mulai berdenyut nyeri ketika Chan masuk lagi ke kamarnya. Lelaki Bang itu membawa segelas air dan nampak khawatir ketika ia mulai meringis kesakitan.

"Kepala lo sakit lagi?" lelaki itu bertanya setelah duduk di sampingnya.

"Hah?"

Tidak menjawab Minho, Chan langsung menyerahkan gelas yang dibawanya pada si manis, "Minum dulu baru jelasin ke gue."

Minho menerima gelas yang Chan berikan sambil mengangguk kecil. Setelah minum beberapa teguk, ia meletakan gelas itu ke atas nakas sebelum menatap Chan yang masih nampak khawatir.

"Kenapa? Lo ingat sesuatu?"

Mengangguk kecil, Minho lalu mengalihkan tatapannya dari Chan.

"Cuma percakapan kecil aja kok, kak. Tapi, gak tahu siapa orangnya."

"Orang yang sama kayak yang lo ingat tadi siang?"

"Bukan. Mereka beda."

Chan tidak menjawab ucapan Minho. Ia hanya diam dan membuat suasana di kamar itu menjadi hening selama beberapa saat. Minho tidak tahu apa yang sedang Chan pikirkan, tapi berada di samping lelaki itu membuatnya tersenyum begitu saja. Mengetahui jika ia menyukai si Bang itu dulu--walau tidak ia ingat dengan jelas--berada di dekat Chan saja sudah membuatnya senang.

Masih dengan senyum yang sama, adik Jihyo itu lantas kembali menatap Chan.

"Besok kakak sibuk gak?" tanyanya kemudian pada yang lebih tua.

"Lo mau apa?"

Tapi, bukannya menjawab pertanyaannya, Chan malah mengajukan pertanyaan lain padanya.

"Mau minta kakak temenin aku."

"Ke mana?"

"Ke mana aja. Aku mau seharian sama kakak besok."

"Gak salah lo?"

"Emang kakak gak mau?"

Tidak langsung menjawab pertanyaan Minho, lelaki itu terkekeh kecil sebelum mengulurkan tangannya untuk mengusak rambut si manis.

"Apa sih yang enggak buat lo?"

Lalu, apa yang keluar dari mulut Chan sukses  membuat senyum Minho merekah lebar. Detik berikutnya, pemilik marga Lee itu bergerak maju untuk memeluk yang lebih tua dengan bibir yang bergerak mengucapkan terima kasih. Pelukannya dibalas Chan, membuat senyumnya semakin naik. Mereka lalu diam pada posisi yang sama hingga ia mendongak untuk menatap yang lebih tua--tentunya tanpa melepas pelukannya.

"Kak, kelonin dong."

"Heh!"

"Ih, kok kaget?"

"Lo tahu kelon dari mana?"

"Hyunjin. Katanya kak Ji sering minta kelon sama kak Sangyeon biar tidurnya nyenyak. Aku kalo udah kebangun kayak gini susah tidurnya, kak. Jadi, ayo kakak kelonin aku biar tidurku nyenyak."

•oblitus•














Thank you...

o b l i t u s •• banginho/minchanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang