013. Bekerja

420 37 0
                                        

"Pengalaman akan membentuk mental kita ke depannya."

~FEARFUL~

•••

"Oma Sarah sudah cerita semua tentang kamu. Saya dengan senang hati menerima kamu bekerja di sini."

Berkali-kali Allea mengucapkan terima kasih. Sebab sudah beberapa hari terakhir berusaha mencari kerja, tapi tidak ada yang menerima karena dirinya masih SMA. Akhirnya neneknya membantu dengan merekomendasikan pada teman arisannya yang memiliki cafe. Sekarang ia diterima tanpa ada proses wawancara dan sebagainya. Kekuatan orang dalam memang nyata.

"Senin sampai Jumat, kamu bisa bekerja sepulang sekolah sampai jam sembilan malam. Sabtu Minggu, kamu bisa bekerja pagi sampai sore. Tugasmu menerima pesanan dan juga mengantar pesanan. Kamu bersedia?"

Allea mengangguk meski sedikit ragu. Pekerjaanya mengharuskan ia berinteraksi dengan banyak orang. Namun, Allea tidak punya pilihan selain menghadapi tantangan ini.

"Yasudah, hari ini kamu mulai training, ya? Seragam karyawan sudah saya siapkan untuk kamu. Nanti ada karyawan senior yang akan mengajarkan kamu melayani pengunjung! Kamu training dulu 3 hari."

Allea mengganti kaosnya dengan seragam karyawan kafe yang di sediakan. Kemudian gadis itu mememui seorang wanita yang merupakan karyawan di kafe itu. Orang itu memberi Allea daftar menu dan buku catatan beserta pulpen.

"Nanti kalau ada pelanggan tinggal kasih daftar menu, terus catat pesanannya. Setelah pesanannya jadi, tinggal kamu antar. Gampang, kan!"

Wanita itu langsung pergi karena punya pekerjaan lain. Tidak punya banyak waktu untuk mengajari Allea.

Allea menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Bingung karena wanita itu tidak mengajarinya terlebih dahulu atau sekedar menjelaskan lebih jelas.

Beberapa saat kemudian, dua orang remaja masuk ke dalam kafe. Setelah mengumpulkan keberaniannya, ia mendekati meja yang mereka tempati. Kedua gadis yang tengah mengobrol langsung menghentikan pembicaraannya saat Allea meletakkan daftar menu di meja tanpa kata.

"Pelayan baru, ya, Mbak?" tanya gadis berambut sebahu.

Allea hanya mengangguk.

Salah satu diantara mereka berbisik pada temannya, "jutek amat. Ga ramah, bintang 1!"

"Pelayan sebelumnya ramah banget, loh, Mba! Makanya kami sering ke sini."

Mau tidak mau Allea menarik kedua ujung bibirnya membentuk senyuman tipis meski terkesan dipaksakan.

Keduanya menahan tawa, entah menertawakan apa.

"Mending gak usah senyum, deh. Bukannya ramah, malah kelihatan fake."

"Mau pesan apa?" tanya Allea datar. Tidak mau mengambil pusing ejekan kedua pelanggan itu.

"Bisa-bisa pelanggan kafe ini kabur semua kalau pelayannya kayak lo."

"Maaf atas ketidaknyamanannya! Mau pesan apa adik-adik?" Pelayan senior yang sejak tadi memperhatikan terpaksa mengambil alih menyapa pelanggan yang berhadapan dengan Allea.

Keduanya akhirnya memesan dan Allea memperhatikan cara kerja seniornya. Setelah pesanan selesai, ia ditarik ke belakang. Diberi ceramah dan dimarahi habis-habisan.

"Gitu aja kamu ga bisa? Kok, bisa kafe terima karyawan kayak kamu! Ga becus banget kerjanya."

"Biasa, masuknya pakai orang dalam," celetuk karyawan yang ada di sana.

Allea menunduk sedih. Dirinya dimarahi di depan karyawan yang lain. Merasa dipermalukan, tapi ia sangat menginginkan pekerjaan ini. Gadis yang terbiasa dimanja seperti tuan putri, kini harus keluar dari zona nyaman.

FEARFUL (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang