"Dia sangat hebat memainkan peran menjadi teman yang baik."
~FEARFUL~
•••
"Kalian turun aja dulu!"
Tiga pemuda yang berada di dalam mobil memandang satu-satunya gadis yang ada di dalam mobil sport berwarna silver yang mereka gunakan.
"Kenapa nggak turun bareng aja?"
Allea memandang keluar jendela. Lalu lalang siswa SMA Pratama Bakti yang mulai berdatangan membuatnya tak berani turun dari mobil bersama ketiga sahabatnya. Mobil yang mereka gunakan sudah terparkir sekitar lima menitan di parkiran sekolah, tapi belum ada diantara mereka yang turun.
"Gue takut!"
"Takut kenapa?" tanya Jeff yang mulai jengah melihat tingkah aneh sahabatnya.
"Takut digosipin karena dateng bareng kalian."
"Ayolah, Lea! Jangan terlalu dipikirin omongan orang lain," tegur Raka.
Mereka berempat memutuskan untuk datang ke sekolah bersama hari ini setelah berbaikan beberapa waktu lalu. Kebetulan diantara mereka tidak sedang sibuk, jadi bisa datang dan pulang bersama.
"Gue turun duluan!" putus Jeff akhirnya.
"Gue juga, mau ke ruang OSIS dulu." Raka ikut turun bersama Jeff.
Tinggal Allea bersama Riko di mobil. Mereka saling pandang sejenak, lalu saling membuang muka canggung. Hubungan mereka masih sedikit renggang. Mengingat pertengkaran mereka terakhir kali cukup berbekas di hati masing-masing.
"Ayo ke kelas bareng," ajak Riko ingin segera mengakhiri kecanggungan mereka.
Pemuda itu turun dari mobil disusul Allea di belakangnya.
"Lo ga ikhlas maafin gue?" tanyanya sambil mensejajarkan langkah dengan gadis di sampingnya.
"Ikhlas, kok!"
"Terus sampai kapan kita canggung kayak gini?"
Allea melirik Riko yang menatapnya serius. "Sampai lo beliin gue ice cream."
"Dihh, maunya!" serunya sambil menyentil kening gadis itu.
Mereka akhirnya mulai berbincang santai sampai di dalam kelas. Berusaha kembali akrab seperti sebelumnya.
Allea duduk di bangkunya sambil tersenyum tipis pada Riska dan Caca yang sudah di tempatnya masing-masing. Riko malah mengikutinya. Pemuda itu menarik kursi dan duduk di depan menghadap Allea.
"Jadi, kapan mau dibeliin ice cream?"
Allea memasukan tas ke laci. "Terserah lo, tapi secepatnya lebih baik."
"Dasar rakus." Riko tersenyum mengejek.
Brakkk ...
Suara meja dipukul membuat suasana kelas seketika hening. Pandangan orang-orang tertuju pada Riska yang mengeraskan rahang dan menatap sinis Allea dan Riko yang duduk di dekatnya. Ia berdiri dan keluar dari kelas.
Allea menatapnya Riko dengan mata memicing. "Kalian marahan?"
Riko mengedikan bahu tak acuh. Memilih pergi ke tempat duduknya tanpa kata. Membuat Allea mencibirnya pelan. Perasaannya mulai tidak enak, sepertinya ada yang sesuatu yang buruk terjadi.
Gadis itu memutar tubuh ke belakang, menatap Caca yang juga membalas tatapannya. "Riska kenapa?"
"Ga tau! Baru datang dia udah badmood kelihatannya."
Ingin tak terlalu memikirkannya, tapi Allea teringat kebaikan Riska padanya yang selalu ada saat ia kesusahan. Ia ingin membalas budi. Mengingat mungkin alasan kekesalan Riska karena ulah Riko. Ia keluar kelas mencari keberadaan Riska dan melihatnya berjalan di koridor yang tak terlalu ramai. Allea berlari mendekatinya.
"Ris!"
Riska berhenti, menoleh ke sumber suara.
"Lo ... kenapa?" Allea sedikit ragu melihat tatapannya yang tidak biasa.
Senyum sinis muncul di bibir tipisnya. "Gue putus sama Riko gara-gara lo."
Allea merapatkan bibir. Tidak pernah melihat sisi lain Riska yang seperti ini.
"Puas lo sekarang?"
"Kok, gu—"
Ia tak sanggup melanjutkan kata. Heran karena disalahkan atas putusnya mereka berdua. Sejak awal ia tahu mereka akan putus, tapi tidak disangka akan secepat ini dan anehnya Riska malah menyalahkannya.
"Gak usah sok polos, gue tau gimana busuknya lo." Riska melayangkan tatapan tajam padanya. "Lo 'kan yang nyuruh Riko mutusin gue!"
Mata Allea membuat kaget mendapat tuduhan itu. Ia sampai berkedip berulang kali untuk menetralkan keterkejutan nya.
"Gue gak pernah nyuruh Riko mutusin lo."
"Gak usah bohong! Teman gue bilang pernah dengar lo ngomong sama Riko tentang gue. Lo nanya sama Riko kenapa dia mau pacaran sama gue."
"Tapi gue gak minta Riko mutusin lo."
"Udahlah, muak gue sama cewek kayak lo. Munafik!"
Riska mendorong bahunya, membuat Allea termundur ke belakang, hampir jatuh, untung masih bisa menjaga keseimbangan tubuh. Hari ini ia melihat sisi lain Riska yang kasar dan tak berperasaan.
"Gue minta maaf kalo gue emang salah."
"Minta maaf? Em ... bisa, sih! Tapi ...." Riska sengaja menggantung kalimatnya sambil tersenyum miring. "Lo bujuk Riko buat balikan sama gue."
Tatapan Allea berubah datar, tidak habis pikir dengan Riska yang sepertinya terobsesi pada Riko. Selama ini ia tidak memperhatikannya karena Riska pun tidak pernah menunjukannya.
"Gue 'kan teman pertama lo di sekolah ini." Riska meraih tangannya dengan tatapan memohon. "Lo pasti mau 'kan?"
Perasaan bimbang memenuhi hatinya, tapi Allea bukanlah tipe orang suka ikut campur urusan orang lain.
"Maaf, kalian putus karena keputusan Riko sendiri. Gue gak mau terlalu ikut campur dalam masalah percintaannya."
Riska menghempas tangan Allea yang di pegangnya. "Mulai hari ini jangan pernah nyapa ataupun deket-deket sama gue. Jauhin Caca juga! Kalau bukan karena gue, mana mau dia temenan sama lo," hardik Riska dengan gejolak amarah yang terlihat di matanya.
"Kok, lo jadi gini?"
"Karena sejak awak gue benci sama lo."
Allea menelan ludah. "Selama ini gue kira kita teman?"
Tawa meremehkan Riska terdengar. Melangkah maju, mempersempit jaraknya dengan Allea. Berusaha memberi tekanan dan intimidasi padanya. Tangan Allea sudah bergetar melihat orang yang dianggapnya teman, menatap dirinya penuh kebencian.
"HA-HAHA!" Riska tertawa hambar. "Teman? Emang ada orang yang mau temenan sama orang aneh kayak lo? Ngaca dong! Lo cewek ANSOS, beban orang-orang di sekitar lo."
Mata Allea berkaca-kaca mendengar kalimat yang keluar dari mulutnya. Semua perlakuan baik Riska kembali teringat di pikirannya. Saat dia menyapa pertama kali dengan ramah, memilihkan bangku untuknya, jadi teman pertama dan banyak lagi perlakuan baiknya. Namun, hari ini, hanya karena seorang lelaki dia jadi benci padanya.
"Selama ini gue terpaksa jadi teman lo karena ada yang minta. Kalau engga, ogah gue berurusan sama cewek setengah bisu kayak lo."
Meski sakit hati dikatai setengah bisu, Allea lebih penasaran tentang hl lain. "Ada yang minta? Siapa??"
"Lo gak usah tau. Biarkan diri lo jadi orang bego yang gak tau apa-apa tentang apapun. Biarkan lo gatau, gimana beruntungnya hidup lo hanya dengan tidur mulu. Dasar ansos!"
Setelah mengatakan itu, Riska pergi entah kemana. Meninggalkan Allea yang lingkung karena kejadian barusan.
Sakit rasanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
FEARFUL (End)
Ficção AdolescenteAlleana Zanara dengan segala permasalahan sosialnya. Si gadis introvert, pendiam, dan anti sosial. Perpaduan sempurna yang membuatnya tidak bisa bergaul. Beruntungnya ia masih memiliki sahabat. Sebagai orang yang sulit bersosialisasi, kehidupan Alle...