- Chapter 9 -
Minho kembali pada Changbin. Ya, jika dia sedang merasa stress, Changbin lah satu-satunya tempat Minho berbagi keluh kesah.
Malam itu, Minho menghabiskan waktunya di bar bersama Changbin. Minum alkohol untuk menghilangkan stress yang dia rasakan.
Changbin mengambil gelas yang Minho arahkan ke mulutnya, mencegah Minho untuk berhenti minum.
"Lo udah banyak minum, entar lo mabok, gue yang susah bawa lo pulang."
"Gue belum mabok, gue masih sepenuhnya sadar."
Minho mengambil kembali gelas yang Changbin taruh di meja, tapi lagi-lagi Changbin mencegahnya.
"Kali ini apa lagi? Mending lo cerita dah daripada minum-minum gak jelas gini."
Akhirnya Minho menyerah. Menyenderkan tubuhnya pada senderan sofa sambil menghela nafasnya panjang.
"Masalah Kimi lagi. Gue pikir Jeongin juga udah ketularan gila sekarang."
"Ho, sorry, kalau lo tanya gue, gue bakal bilang kalau gue juga termasuk orang yang percaya hal-hal gaib kaya gitu. Dan gue gak bakal ngelak kalau Kimi itu emang beneran ada."
"Lo belum pernah liat kan, Bin? Gimana lo bisa percaya?"
"Denger, lo gak harus percaya, tapi lo cuma butuh buka pikiran lo lebih luas."
"Maksud lo?"
"Terima, lo harus belajar untuk menerima. Jangan selalu berusaha mengelak dan menolak. Itu kan yang lo lakuin selama ini? Coba lo belajar menerima, menerima apa yang orang lain yakini. Lo hidup gak sendirian Ho, pikiran orang beda-beda, dan lo gak bisa ngatur semua orang harus berpikiran yang sama kaya lo."
Tentu saja Minho merasa tertohok dengan semua ucapan Changbin. Semua yang dikatakan Changbin itu benar adanya. Yang Minho lakukan selama ini hanya mengelak, menghadapi semuanya dengan emosi semata.
"Gini deh kalau lo gak mau dengerin nasehat gue, lo dateng aja ke orang yang lebih ngerti, pemuka agama misal pendeta gitu."
Dan saat ini, disinilah Minho. Di gereja tempat dia dan Jisung dulu sering berkunjung, terutama saat mereka masih kecil. Gereja tempat mereka melangsungkan pernikahan yang begitu sederhana. Hanya keluarga inti mereka saja yang datang waktu itu.
Minho datang malam hari, disaat setelah Changbin menyuruhnya. Dan tentu saja tidak ada orang disana. Dia akhirnya ketiduran.
Pagi hari, seseorang menepuk punggungnya pelan. Tapi Minho bukan tipe orang yang susah untuk dibangunkan, alhasil dia langsung terbangun karena tepukan itu.
Itu pendeta yang dia kenal.
"Ah, nak Minho ternyata. Sudah lama tidak bertemu ya. Terakhir bertemu sepertinya saat pernikahan nak Minho."
Minho tersenyum kikuk. Dia memang jarang sekali beribadah ke gereja, bahkan kadang saat Jisung mengajaknya, Minho menolak karena lelah atau ada pekerjaan yang harus di selesaikan.
"Selamat pagi, Bapa. Maaf saya ketiduran disini." Minho membungkuk dan menyapa dengan sopan.
"Tidak apa-apa, nak. Ada perlu apa? Nak Minho pasti ada sesuatu yang perlu dibicarakan bukan? Karena kalau tidak, tidak mungkin nak Minho datang malam hari sampai ketiduran."
Minho merasa malu. Kemana dia selama ini, hingga datang ke gereja hanya disaat dia butuh bantuan.
"Eum... begini, saya punya masalah di keluarga kecil saya."
Minho menceritakan semuanya. Bermula dari Jiho yang mulai bersekolah dan mendapatkan teman khayalan baru, lalu sosok itu diberi nama Kimi, dan keanehan Jisung.

KAMU SEDANG MEMBACA
KIMI - Minsung Horror Story
FanfictionSosok itu bukan sekedar teman khayalan yang ada di dalam imajinasi Jiho, sosok itu nyata, sosok bernama Kimi. Stray Kids. Lee Minho. Han Jisung. MinSung. BxB Warning ⚠️ HORROR. THRILLER. DRAMA. MPREG. Cover diambil dari pinterest Highest rank 2 #Str...