Chapter 1

1K 137 10
                                    

- Chapter 1 -

Makan malam berjalan dengan baik seperti biasanya. Celotehan Jiho selalu mendominasi. Minho memang pergi seharian ini, tapi dia pulang sebelum jam makan malam. Jisung merasa senang akan hal itu. Setidaknya Jiho tidak bertanya, kemana papa nya, kenapa tidak ikut makan malam bersama.

"Papa, Jiho punya gambar!"

"Gambar? Gambar apa? Mana coba papa mau lihat."

Jiho berlari ke kamarnya, mengambil hasi karyanya yang tadi siang diperlihatkan pada Jisung.

"Jiho punya teman khayalan, kak."

"Hah? Maksud kamu?"

"Kakak lihat sendiri gambarnya."

Si kecil itu kembali ke ruang makan membawa gambarannya.

"Ini papa, lihat!"

Minho menyernyitkan dahi saat melihatnya, terutama sosok anak kecil berwarna hitam yang digambar oleh anaknya. Matanya melirik Jisung, seakan bertanya memastikan, dan Jisung mengangguk sebagai jawaban.

"Ini siapa? Teman Jiho?"

"Iya! Kimi, Kimi teman Jiho, Kimi juga keluarga."

Minho hanya tersenyum, tidak apa-apa baginya, ini hal yang biasa untuk anak kecil seperti Jiho, justru bagus untuk mengembangkan imajinasi anaknya.

"Tapi kalau bisa Jiho jangan buat Kimi warna hitam seperti ini, kan bisa dibuat lebih cantik."

"Tapi Kimi memang begitu, papa."

"Oke, gak apa-apa kalau begitu, terserah Jiho."

Minho pikir, ini hanya sementara, nanti pasti Jiho juga akan lupa dengan sosok khayalannya itu.

Berbeda dengan Jisung yang entah kenapa perasaannya menjadi terganggu setelah siang tadi melihat sosok Kimi yang digambar Jiho.

.

.

.

Jiho sudah tidur di kamarnya. Jisung dan Minho juga bersiap untuk tidur. Mereka berdua tidur di satu kamar yang sama. Tenang saja, mereka tidak tidur terpisah.

Jisung melihat Minho yang sudah memejamkan matanya, mencoba untuk terlelap.

"Eum... kak, menurut kakak teman yang Jiho bicarakan tadi..."

"Gak apa-apa, Ji. Itu cuma teman khayalan masa kecilnya, nanti juga kalau Jiho udah besar dia pasti lupa dengan sendirinya."

Jisung hanya mengangguk menanggapi Minho. Ya, semoga saja ucapan Minho benar terjadi.

"Ah iya, dua hari ke depan kakak gak di rumah, kakak harus pergi antar Felix ikut pameran di Jeju. Kamu sama Jiho kalau sepi telepon Jeongin aja."

Jisung hanya bisa tersenyum miris. Ucapan Minho itu pernyataan, bukan pertanyaan, artinya Jisung mau tidak mau harus menerima. Ayolah, ini bukan pertama kalinya Minho pergi, tapi kenapa rasanya tetap menyesakkan.

Jeongin, dia satu-satunya orang yang tahu perasaan Jisung. Tempat Jisung bercerita. Jeongin itu adik sepupu Minho, dia lebih muda dari Jisung. Jeongin selalu menemani Jisung dan Jiho saat Minho pergi.

"Ji?"

"I-iya kak."

"Kamu denger kan yang kakak bilang barusan?"

"De-denger kok kak."

"Oke kalau begitu sekarang kita tidur."

"K-kak..."

KIMI - Minsung Horror StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang