--Happy reading--
🌹🌹🌹
Hanya kesunyian yang ada di apartemen Tzuyu; dalam seminggu sejak ia putus dengan Taehyung, aroma pemuda itu tidak lagi tertinggal di udara, kehadiran pemuda itu seperti hantu, menghantuinya kemanapun ia pergi. Ini menjengkelkan, namun hanya sedikit yang bisa Tzuyu lakukan. Saat ini yang bisa ia lakukan hanyalah menunggu Hanchul mengabarinya tentang audisi drummer baru. Mereka harus mencari seseorang untuk menggantikan Taehyung, dan sejauh ini tidak berjalan dengan baik.
Tzuyu mencoba memainkan beberapa not pada piano biru mudanya yang cantik tapi semacam writer's block yang aneh mencengkeramnya, dan ia tidak lagi mengalami ledakan inspirasi yang tiba-tiba seperti yang pernah ia rasakan saat menulis lagu. Saat ini ia hanya merasa lelah, jiwanya terkuras dan kecewa dengan seluruh proses penulisan lagu. Hatinya masih sakit setiap kali ia memikirkan Taehyung, dan meskipun ia diasuh oleh Hanchul dan eksekutif lain di labelnya, ia tidak pernah merasa begitu kehilangan seperti ini sebelumnya.
Setetes air mata jatuh dari mata Tzuyu saat ia membanting tutup tuts piano hingga tertutup, mengejutkan dirinya sendiri dengan dentuman keras yang menggema di sekitar apartemennya. Ia perlu menenangkan diri dan beralih dari rasa sakit ini; ia tahu ia bisa lebih baik daripada perilaku semacam ini. Ia tidak pernah membiarkan seorang pemuda mempengaruhinya seperti ini sebelumnya, tapi Taehyung selalu terlihat berbeda, lebih baik dari yang lain. Yang paling menyakitkan adalah sudah lebih dari seminggu sejak ia terakhir kali bertemu dengan Taehyung, dan pemuda itu mungkin akan pergi tanpa pamit.
Membiarkan kepalanya jatuh telungkup di tangannya, Tzuyu masih cemas tentang apa yang harus dilakukan dengan lagu yang sudah mereka rekam. Home secara teknis adalah lagu Taehyung, jadi Tzuyu tidak tahu apakah ia masih bisa menggunakan lagu itu sebagai lagu bandnya, dan juga apakah ia ingin suara Taehyung diabadikan selamanya di albumnya atau tidak. Haruskah ia merekam ulang semuanya ketika ia sudah menemukan drummer baru? Mencoba dan menghapus semua yang mengingatkannya pada Taehyung?
'Tidak,' pikir Tzuyu dalam hati, 'Aku tidak ingin melupakan Taehyung-oppa. Aku ingin dia kembali. Aku masih ingin beberapa penjelasan.'
Jauh di lubuk hatinya, Tzuyu tahu bahwa Irene ada hubungannya dengan perubahan hati Taehyung. Pemuda itu terlihat yakin dalam dedikasinya pada album Tzuyu sampai minggu lalu, dan Tzuyu bisa mengingat tatapan hampa di mata Taehyung ketika mereka harus mengakhiri hubungan mereka di pesta. Pasti ada yang salah. Tzuyu belum pernah melihat Taehyung begitu hancur, dan kata-kata Irene sangat berbisa seperti ular.
"Oh, Taehyung tidak memberitahumu? Dia akan ikut denganku minggu depan dalam turku. Sangat menyenangkan saat pertama kali..."
Kata-kata Irene itu seperti belati di hati Tzuyu, dan pengakuan Taehyung adalah tusukan terakhirnya. Dalam keputusasaannya Tzuyu mengakui cintanya, tapi ternyata itu tidak cukup.
Ketukan di pintu mengejutkan Tzuyu dari lamunannya, dan ia segera berlari ke pintunya, bertanya-tanya siapa itu, berharap tamu itu adalah Taehyung saat ia membuka pintunya.
Tapi jelas bukan Taehyung.
"Selamat pagi, Tzuyu." Suara Irene terdengar ringan saat gadis itu melenggang masuk ke apartemen Tzuyu tanpa diundang, melepas kacamata hitam khasnya dan memandang sekeliling ruangan. "Ini apartemen yang bagus! Dan piano biru muda, lucu sekali." Nadanya mengejek, dan Tzuyu berdiri setenang mungkin saat ia mendekati superstar yang telah mencuri Taehyung darinya.
"Apa yang kau lakukan di sini, Irene-ssi?"
"Apa maksudmu? Aku hanya datang ke sini untuk mengucapkan perpisahan pada penulis lagu favoritku. Aku tidak bisa membuat album ini tanpamu, kuharap kau tahu itu." Suara Irene terlalu tulus, terlalu manis untuk dianggap serius. "Mungkin kita bisa bekerja sama lagi suatu hari nanti."
KAMU SEDANG MEMBACA
Music of the Heart | Taetzu | END✔
Fanfiction[LENGKAP] Chou Tzuyu merupakan penulis lagu di industri musik, tapi hari-harinya berubah saat ia bertemu dengan seorang drummer yang menginspirasinya. 'Tetap profesional, Tzuyu!' Ia berteriak pada dirinya sendiri dalam benaknya, 'Jangan menjadikan d...