Part 1

4.5K 244 49
                                    

"Manjakan dan dukung terus hobby putri kesayanganmu itu." Omelan Lily hanya dibalas dengan senyuman oleh Tom suaminya.

"Mommy cemburu?" Tanya Tom.

Cemburu dengan putri sendiri? Memangnya dirimu yang cemburu pada putra sendiri?"

"Katakan bagaimana daddy tidak cemburu jika mereka begitu manja padamu, tidak ingat usia."

"Mereka melepaskan rindu padaku karena tidak setiap hari bertemu denganku, apakah itu salah?"

"Ya,ya,ya.... Itu tidak salah, daddy yang cemburunya terlalu parah." Tom memang sengaja memancing emosi istrinya dengan mengalihkan topik, hanya saja rencananya dikacaukan oleh teriakan putri bungsunya.

"Daddy....." Helen langsung memeluk Tom tanpa menyadari tatapan mommynya, "Aku sudah melihatnya, persis seperti yang aku inginkan, daddy memang sangat memahamiku."

"Sudah puas meluapkan kebahagiaanmu?" Pertanyaan Lily membuat Helen sadar jika daddynya belum menyelesaikan masalah membelikannya motor seperti yang  dia inginkan sebagai hadiah dia berhasil mendapatkan beasiswanya kembali dengan mommynya.

Helen melepas pelukannya, duduk dengan langsung merangkul dan bersikap manja pada mommynya, "Mommy marah karena daddy membelikan motor atau karena cemburu?"

"Tidak perlu memancing mommy, tadi daddymu sudah menggunakan trik itu untuk mengalihkan mommy." Lily menyadari trik suaminya ketika melihat tatapannya saat memeluk putri bungsu mereka itu.

Helen menatap daddynya yang hanya bisa mengangkat kedua bahunya, tanda yang artinya lebih baik membiarkan mommy meluapkan kemarahannya dulu baru kemudian diluluhkan.

"Baiklah, silahkan mommy meluapkan kekesalan mommy padaku." Walau kata-katanya begitu pasrah tapi tatapannya yang lembut memohon tentu saja membuat Lily hanya bisa menghela napas, dia tidak mungkin melakukan hal itu karena tahu kondisi putri bungsunya itu.

"Daripada meluapkan kekesalan mommy padamu, lebih baik membuatmu berjanji tidak akan melakukan hal-hal yang membahayakan nyawamu dengan hadiah itu."

"Daddy setuju dengan mommy." Kata Tom yang tentu saja tidak ingin terjadi hal-hal buruk pada putrinya, entah terkait dengan kondisi kesehatannya atau juga dengan bahaya yang akan dialami putrinya ketika mengendarai motor tersebut.

"Tapi itu sepeda motor untuk balap, mana mungkin aku mengendarainya dengan kecepatan yang sama dengan kecepatan mengendarai sepeda?" Helen paham apa yang dikatakan mommynya tetapi sejak dia memiliki ijin mengemudi, dia sudah berniat untuk ikut dalam balapan komunitas yang dia sudah dia ikuti.

Lily memandang suaminya yang langsung mengatakan, "Daddy membelikanmu bukan untuk kamu pakai balapan dan siapa yang mengatakan kamu harus mengendarainya dengan kecepatan mengendarai sepeda?"

"Bagaimana jika aku berjanji tidak akan pergi balapan tanpa ijin kalian?" Helen tentu saja akan tetap berusaha untuk meluluhkan hati orangtuanya.

"Daddy dan mommy tahu, aku sudah menyukai balapan sejak aku kecil, apakah kalian tega melihat aku harus mengubur hobbyku? Aku janji tidak akan melakukan hal-hal dil uar batas juga tanpa ijin kalian."

Tom tentu saja tidak akan tega melihat Helen bersedih tetapi dia tidak mungkin langsung menyetujuinya tanpa ijin istrinya maka dia lebih memilih menunggu Lily memberi jawaban daripada dia harus tidur dengan menatap punggung istrinya tanpa boleh memeluknya.

Lily tahu sejak kecil putri bungusnya itu memang memiliki hobby yang paling berbeda dari ketiga saudaranya juga memiliki sifat yang berbeda yang menjadikan mereka semua harus menjaganya, mereka sebagai orangtua tentu saja tetap mendukung hanya saja rasa kuatir pada keselamatan anak-anak mereka tetap saja ada, apalagi Helen memiliki kondisi khusus."

Fall in LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang