Part 44

1K 186 7
                                    

"Kamu mau kemana?" Tanya Lily ketika melihat putrinya berdiri.

"Aku lapar, mau mencari sesuatu di kulkas." Jawaban Helen membuat Illia yang sedang menggendong putranya dan Lily saling memandang, lalu  secara bersama memandang punggung Helen yang menghilang di dapur penthouse Illia.

Helen pulang kuliah mampir ke rumah orangtuanya, Lily yang mau pergi ke rumah Illia untuk merundingkan pesta penyambutan putra Illia langsung mengajak Helen ikut bersamanya, karena menganggur Helen  langsung ikut.

"Mommy tidak merasa Helen bertambah chubby?" Tanya Illia.

Lily mengangguk, "Tadi sebelum kemari dia sudah menghabiskan salad satu mangkok penuh, dan sekarang dia lapar lagi?"

"Apakah apa yang mommy pikirkan sama dengan yang kupikirkan?"

"Adikmu itu benar-benar polos, masa dia tidak menyadarinya?"

"Memangnya mommy waktu hamil pertama langsung menyadarinya?"

"Menyadari apa?" Helen kembali dengan sebuah apel yang sudah tergigit dan tentu saja dia sambil mengunyah.

"Helen, kapan kamu terakhir mendapatkan tamu bulananmu?" Tanya Illia, gemas dengan Helen yang bisa begitu santai.

"Mengapa menanyakan hal itu?" Tanya Helen.

"Karena kami menduga kamu sedang hamil, apakah kamu tidak menyadari perubahan tubuhmu?" Kata Lily membuat Helen diam untuk berpikir.

"Memang dua minggu terakhir ini aku mudah lapar, kadang tengah malam aku bangun dan mencari makan. Hamil?"

"Astaga adikku, apakah kamu dan Sky sudah berhubungan badan? Memakai pengaman atau tidak? Jika tidak maka hamil akan menjadi hasil percintaan panas kalian."

Helen menoleh pada Ilia, "Aku tahu pelajaran itu, tapi aku tidak merasa mual apalagi muntah-muntah. Juga tidak lemas seperti dirimu di awal kehamilan, mungkin aku hanya stress menyelesaikan tugas akhirku, makanya mudah lapar karena otakku bekerja terus."

"Tidak semua gejala kehamilan itu mual, pusing, lemas dan muntah. Karena itu tadi Illia bertanya kapan terakhir tamu bulananmu datang?" Kata Lily yang sama dengan putri sulungnya, merasa gemas sekaligus lucu dengan sikap dan pemikiran Helen yang kadang bisa dewasa tapi kadang bisa sangat polos.

"Oooo..... bulan lalu tidak datang, bulan ini juga sudah terlambat satu minggu."

"Dan kamu tidak menyadarinya?"

"Aku pikir karena sejak pulang berbulan madu, aku sudah disibukkan dengan tugas kuliah dan tugas akhirku jadi aku pikir aku hanya kelelahan dan stress. Tapi apakah benar aku hamil?"

"Nanti pulang dari sini kita mampir ke apotek untuk membeli alat test kehamilan, jika hasilnya positif baru kita ke dokter." Kata Lily.

"Apakah aku harus menelepon Sky dan memberitahukannya?"

"Itu lebih baik dan kamu jangan kesal jika dia langsung kemari lalu menarikmu ke dokter, setelah diketahui kamu benar hamil, dia akan melarangmu bermotor apalagi ikut pertandingan." Niat Illia hanya menggoda Helen tapi tidak disangka emosi Helen langsung terpancing dan tiba-tiba saja dia menangis, membuat Lily dan Illia panik.

"Mengapa kamu menangis?" Tanya Lily.

"Sky tidak bisa melarangku bermotor." Kata Helen disela isakannya membuat Lily menatap Illia yang dia tahu berniat menggoda Helen.

"Aku hanya bercanda, Sky sangat menyayangimu, dia tidak akan melarangmu tapi dengan kondisi kehamilanmu, ikut pertandingan juga tidak memungkinkan, harus menunggu sampai kamu melahirkan." Illia langsung menyadari, dia telah memancing emosi adiknya.

Fall in LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang