"lo mau sampe kapan begitu?" tanya yemima gemes.
sekarang julia lagi masukkin kepalanya ke sebuah bak kecil berisi air dingin. bilangnya mau dinginin otak. beneran didinginin.
"haaa- beneran bego banget gue ma, hoppp!" julia kembali masukkin kepalanya ke bak.
"terus gimana tuh? kok kayaknya si eric eric itu gak peduli ya, tetep tanda tangan kontrak sama lu,"
julia menegapkan tubuhnya lalu natap yemima datar. "gak segampang itu anjir,"
flashback on
"jadi... lo itu??" julia sama sekali gak sanggup untuk berhadapan, kepalanya ditunduk sebisa mungkin.
eric menarik bangku di sebelah dan menepuknya. seakan mentitahkan julia untuk Kembali duduk di bangku tersebut. julia mau gak mau duduk, tapi agak menyamping karena gak sanggup. julia malu banget!
"lo mau bahas kontraknya gak sih?" greget eric karena julia malah diem aja dan bahkan nutupin mukanya pake rambut panjangnya itu.
"kon-kontraknya ada di kantor,"
"pdf?" tanya eric.
julia cuma bengong. belum pernah dia ngajuin kontrak secara pdf ke kliennya.
"gue mau baca dulu kontraknya. kalo gak sesuai kemauan gue, ya gak usah tanda tangan. gak usah kerja sama kita," ujarnya dengan nyebelin.
julia panik. attitude eric yang kayak gini pasti karena dirinya juga. julia gak bisa nyalahin sikap eric yang ngeselin dan gak professional ini kalau dia sendiri juga gitu. julia tau, dia pasti ngomong yang aneh-aneh tadi malam.
"lo tuh niat rekrut gue gak sih, julia?"
dipanggil dengan namanya, julia makin ser-seran. ini sekali dan pertama kali dalam hidupnya, julia diperlakuin kayak gini sama rekan kerjanya. dan sekali lagi, julia gak bisa salahin eric. karena ini semua pasti berawal dari ulahnya sendiri.
"oh maaf, pak eric-"
"gak usah pake 'pak'. lo pikir gue setua itu?"
"maaf.." julia udah gak ada nyali. dia segera cari-cari soft copy kontrak untuk dibaca eric.
"ini pak- eh eric hmm kontraknya,"
eric mengambil ponsel julia dan membaca dengan seksama runtutan kalimat di layar. julia kena anxiety seketika. ekspresi eric gak bisa ditebak dan itu bikin julia mules. kalau sampe dia gak bisa merekrut eric untuk mempublikasi novel baru di kantornya, bisa-bisa dia yang kena masalah.
“gak salah?!” bentak eric tiba-tiba bikin julia mengerjap kaget.
“ah.. ada yang salah?” tanya julia sabar.
“cuma lima ratus cetak? kantor lo ngeremehin gue?”
julia kelimpungan. masalahnya, memang segitu yang harus mereka cetak. mereka juga gak semena menaruh angka 500 tanpa pertimbangan.
“gue best seller empat tahun berturut-turut, wake up hey!” eric menjentikan jarinya depan wajah julia. dan itu sangat amat gak sopan.
“maaf tapi untuk terbitan awal memang harus lima ratus.. nanti kalau setelah terbit dapet respon bagus, pasti kami terus tambahㅡ”
“lo gak usah menggurui gue, gue paham. intinya lima ratus terlalu dikit, gue gak akan tanda tangan,” eric menghempas ponsel julia.
cewek itu mendengus. sebelum-sebelumnya julia selalu berhadapan dengan penulis senior yang umurnya lebih jauh dari dia. baru kali ini dengan penulis yang baru beberapa tahun, dan songongnya minta ampun.
kalau bukan karena popularitasnya di kalangan anak muda, julia ogah berhadapan dengan eric. cowok ini keliatan keras kepala dan susah diajak bernegosiasi.
julia memejamkan mata sebentar. “boleh dipertimbangkan lagi.. eric? royaltinya sangat lumayan kan,”
eric melirik. “hm, lumayan. i deserve that, udah kedua kalinya gue sama kalian harusnya bisa naik dikit lagi sih. tapi gapapa,”
julia tersenyum penuh harap. eric menggeleng.
“gak. lima ratus terlalu dikit,”
“gimana kalau lima ratus sepuluhㅡ”
“seribu”
“hah?”
“gue mau seribu cetak. end of discussion,”
julia dibuat speechless. pantes dua orang rekan kerjanya yang pernah bekerja sama dengan eric, menolak untuk bekerja sama lagi dan malah diserahin ke dia. pantesss.
“tolong jangan bercanda, eric. saya bisa dapet masalahㅡ”
“gak usah sok formal,” julia langsung menutup mulutnya.
“ayolah, ini yang ketiga kalinya kalian sama gue. masa mau stuck lima ratus aja? lupa gimana suksesnya buku gue waktu itu??” eric makin nyolot.
“tapi seribu terlalu- oke, enam ratus,”
“seribu,”
“enam ratus lima puluh?”
eric menghela napas. “sembilan ratus, stop nawar!”
“duh..”
“deal gak nih? gue tanda tangan digital sekarang juga,”
julia melas banget. kedua tangannya terkepal memohon pada eric.
“tujuh ratusㅡ”
“delapan ratus. deal or not?”
julia rasanya mau maki-maki eric. tapi semua itu cuma ada di kepalanya, mana berani dia. julia memaksakan senyum lalu menyodorkan kembali ponselnya ke hadapan eric.
“deal,”
eric pun tersenyum penuh kemenangan.
flashback off
“lah, terus gimana? beneran lo turutin dia minta segitu?” kaget yemima.
julia senderan ke belakang pasrah. “senin baru mau gue ajuin. biasanya tim marketing yang gak setuju soal gini-ginian. lo tau sendiri, kalo novelnya gak laris yang kena pertama ya tim marketing,”
“eh tapi si eric itu bukannya best seller ya? temen-temen gue yang gak demen baca jadi pada baca gara-gara novel dia itu,”
“iya sih, harusnya gue gak usah mengkhawatirkan itu. tapi dia masih terbilang baru, ma. gak semua berjalan mulus,” yemima cuma angguk-anggukin kepala.
“semangat, jul. berakit-rakit dahulu bersenang-seneng kemudian. siapa tau abis ini lo kejatohan durian runtuh?”
“benjol dong!”
“hahaha gak gitu dong. udah gih, mending lo siapin mental buat senin,”
“ah ma jangan gitu, gue lemes serius!”
“selamat berdebat sama tim marketing, beb”
“huhhh gue benci banget sama eric!!!”
ting!
layar ponsel julia menyala. tertera nama eric di atasnya.
from. eric(penulis songong):
jangan lupa
800 atau gak sama sekali
thanks😉“UGHHH HE'S SO ANNOYING! and the wink emoji??? goshhh i want to punch him so bad,”
“awas demen,”
“najis amit-amit!”
yemima menaikan bahunya. “who knows?”
iya juga. who knows?
tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
partner | lia, eric
Fanfiction𝐨𝐧 𝐠𝐨𝐢𝐧𝐠. "why not just make it real?" eric asked.