entah sudah yang ke berapa kali julia jalan sama sergio. sejak hari dimana sergio ketemu yemima, cewek itu gencar jodoh-jodohin keduanya. julia paham mungkin maksud yemima supaya dirinya gak terlalu larut dalam bayang-bayang eric.
lagian julia memang seharusnya gak usah terlalu berharap sama eric kan?
hari mulai gelap, sergio mengantar julia pulang. dari dalam mobil julia bisa menangkap seorang laki-laki sedang bersandar pada motor tepat di depan rumahnya.
sialan, itu eric.
julia melirik ke arah sergio yang baru menepi, menahan lengan cowok itu dengan panik. julia seperti sedang ketauan selingkuh, padahal bukan itu yang membuatnya panik.
"boleh puter balik gak?"
"kenapa kak?" sergio yang baru aja lepas sabuk pengaman pun bertanya-tanya.
belum juga julia sempat menjelaskan pada sergio, eric yang telah memeperhatikan mobil sejak kedatangan mereka pun mendekat. sergio menyadari itu dan dia langsung menurunkan kaca mobil.
"julia?"
sergio menyerngitkan dahinya, menatap julia dan eric bergantian. cengkraman julia yang masih di lengannya terlepas, cewek itu menghela napas.
"thanks for today ya sergio, maaf lo kayaknya harus pergi sekarang" ini seperti bukan julia yang sergio tau. intonasinya mendadak dingin, bahkan berbicara tanpa menatapnya. sergio bisa yakini penyebab ini disebabkan karena laki-laki yang kini berdiri di samping mobilnya. entah apa masalah mereka, sergio pikir sepertinya dia bukan seseorang yang penting yang mengharuskan dirinya ikut serta dalam pertikaian ini, mengingat julia bahkan gak menjelaskan dan langsung menyuruhnya pergi.
sergio sekarang mengerti kenapa julia terus menganggapnya gak lebih dari seorang adik tingkat. perasaan kecewa itu ditutup dengan ucapan selamat malam, walaupun julia gak menjawabnya.
ketika pintu mobil tertutup, sergio terus menatap punggung julia yang menjauh. bagaimana laki-laki tadi mengejarnya, sergio tau, mereka pasti ada sesuatu.
sergio memilih pergi, kesenangan yang dia dapat malam ini gak berlangsung lama. dirinya merasa dipermainkan.
kembali pada julia yang kini sedang berdiri di hadapan eric. tangannya memegang tali tas yang dikenakannya, menunggu eric memulai pembicaraan.
"lo kemana aja?"
julia sontak berdecih. setelah berhari-hari dan eric baru menanyakan ini. julia jadi berpikir apakah dirinya benar-benar penting atau hanya diingat ketika perlu.
"jul, seriusan, jawab gue. lo kenapa ngilang?"
eric benar-benar egois. segelah bersikap layaknya seperti gak ada yang terjadi diantara mereka, sekarang bertanya kenapa julia menghindarinya.
"dan tadi.. cowok tadi sebenernya siapa lo? oh right, sergio, dia siapa jul?" belum pertanyaan pertama terjawab, eric lanjut ke pertanyaan kedua.
"it's ten pm for god sake! lo mending pulang sekarang," julia memegang kepalanya yang pening.
"lo gak menjawab pertanyaan gue jul"
"jul, please.." lanjut eric karena julia terus membisu.
julia menghela napas. "bab selanjutnya bakal gue kerjain nanti pagi"
"seriously? lo pikir gue malem-malem ke sini mau bahas kerjaan?"
"ya terus ngapain? hubungan kita kan cuma sebatas partner kerja, ric. iya kan?"
eric mengerut bingung dengan balasan julia. dirinya dibuat bingung oleh perempuan itu, tanpa sadar bahwa dirinya lah yang memberikan mixed feelings selama ini.