setelah sekian lama gak bertemu, sergio tiba-tiba mengkontak julia menanyai kabarnya dan selama satu minggu berturut-turut abraham rajin memberi julia kabar mengenai kegiatannya.
julia sama sekali gak mengerti, pria yang merupakan adik tingkatnya di jaman kuliah secara tiba-tiba mendekatinya. bukannya julia enggan menolak, dia tau jelas maksud sergio apa, tapi julia sebetulnya ingin tau bagaimana respon eric mengenai sergio.
tapi belum sempat julia memperkenalkan sergio pada eric, sesuatu terjadi yang mengharuskan julia menjauhi eric. perihal ciuman itu, julia masih gak tau maksudnya apa. kalau memang dirinya hanya menjadi bahan inspirasi, julia benar-benar akan murka.
karena hal itu pula, dirinya dan sergio makin intim sekarang. sudah 2 kali sergio menjemputnya sepulang kerja dan lanjut untuk makan diluar bersama.
jujur karena sergio pula akhirnya julia gak terlalu memikirkan eric. pesan-pesan yang dikirim eric padanya gak ada satupun yang dia balas, kecuai urusan pekerjaan. eric juga gak ada aksi lain untuk mengatasi masalah mereka ini, jadi julia gak mau ambil pusing lagi.
tapi sekarang mereka gak sengaja berpas-pasan di sebuah rumah makan ketika julia sedang bersama abraham. pria yang lebih muda 2 tahun dari julia ini mengambil langkah di depan julia, menahan eric yang ingin berbincang dengan cewek itu.
"lo siapa sih?" gertak eric karena pria yang lebih tinggi darinya ini terus menghadang.
"lo yang siapa?" sergio ikut menggertak.
julia yang malu jadi pusat perhatian karena ini segera ambil tindakan. melangkah maju, mengisyaratkan sergio untuk duduk dan mengajak eric keluar untuk bicara.
diluar julia terus menatap eric kesal, yang ditatap justru terus melontarkan pertanyaan. seperti, siapa cowok tadi? kenapa gak bisa dihubungin? lo ngehindarin gue?
julia menghela napas, gak mau membuat abraham menunggu terlalu lama di dalam, julia tanpa basa-basi menjawab semuanya.
"sergio, temen gue. buat apa gue jawab chat lo, kita kan cuma partner kerja. gue bukan menghindar, tapi memberi batas, kita gak seharusnya berperilaku lebih dari seorang novelis dan editornya kan?" kalimat panjang dari jawaban julia ini menohok eric.
"julia, we kissed..."
"so what? it was a mistake."
"mistake?" eric gak habis pikir.
"iya, mistake. bukannya lo butuh itu untuk bahan plot cerita lo?" jantung eric seakan berhenti sejenak. dia gak tau kalau julia berpikir seperti itu.
melihat perubahan ekspresi eric, julia tau bahwa pikirannya ternyata benar. ujung bibirnya terangkat, masih gak percaya akan semua ini.
"gue harap lo jujur, eric. dari awal emang niat lo itu kan?"
eric membeku, dia tau satu jawaban bisa merubah semuanya. tapi apa yang dibilang julia itu benar, eric memang mengambil kesempatan dengan memperalat julia untuk bekerja di apartemennya selama ini. dia tau itu salah.
"jawab gue!"
eric mengambil napas dalam. "iya... tapi gue—"
"you're so unbelievable.. really. this is my punishment for working with you, seharusnya gue sadar dari awal kalo lo emang gak bisa dipercaya."
"julia, dengerin penjelasan gue dulu!" eric menahan julia yang ingin pergi, tapi cewek itu menolak.
eric masih berusaha menahannya, hingga tiba-tiba tubuhnya terdorong lumayan jauh ke belakang karena sergio yang muncul dan mendorongnya. julia menatap sergio kaget, lalu ekspresinya menunjukkan kekhawatiran terhadap eric.
KAMU SEDANG MEMBACA
partner | lia, eric
Fanfiction𝐨𝐧 𝐠𝐨𝐢𝐧𝐠. "why not just make it real?" eric asked.